-11.2 : Am i wrong?

794 132 11
                                    

"Jadi tolong,”

Ia membungkukkan tubuhnya dan berbisik di telingamu,

“Menjauhlah, dan jangan halangin jalan aku.”

Bulu kudukmu merinding saat itu juga.

Tubuhmu menegang saat Vania menunjukan ekspresi tegas penuh peringatan, matamu berusaha menghindari tatapan tajamnya, kamu bisa merasakan ia menyeringai sekarang,

“K-kak,”

Tapi sedetik kemudian seringaian itu berubah menjadi kekehan jahil, ia tertawa sambil memegang perutnya,

“Hahahaha, serius amat!” Katanya sambil masih tertawa, merasa puas karena telah membuatmu mati ketakutan, “Ya, aku cuma bercanda, emang aku senyeremin itu ya? Hahaha”

Iya, senyeremin itu.

Kamu tidak melihat bahwa ia sedang bercanda, tawanya yang nyaring membuatnya terlihat seperti nenek sihir, ugh, kamu tidak pernah berfikir bahwa Vania yang pertama kamu temui akan semenakutkan ini.

Maksudmu, kamu sangat ingat saat  pertama kali bertemu dengannya disini, waktu itu sikutmu terluka karena tergores pagar sekolah, itu adalah hari pertama kamu menajadi anak baru di sekolah ini.

Vania, menurutmu, sangat cantik, lemah lembut, sopan, dan ramah, ia selalu tersenyum setiap berbicara, yang bagaimanapun membuatmu merasa nyaman.

Tapi semakin berjalannya waktu, ia justru terlihat seperti antagonis di cerita-cerita yang pernah kamu baca.

Seseorang yang memiliki muka lebih dari satu.

“Ah, bel masuk udah bunyi,” Katanya saat bel tanda masuk berbunyi, “Kamu disini aja, nanti ada suster yang jaga,”

Kamu mengangguk canggung, “Ne,”

“Bentar, kamu gak  bener-bener mikir aku bakal ngapa-ngapain kamu kan?” Tanya Vania memastikan bahwa yang ia katakan terakhir kali itu hanya sebuah candaan.

Yang menakutkan.

“E-enggak kok,” jawabmu sambil tersenyum mencoba rileks setenang mungkin.

“Aku bercanda soal terakhir, tapi soal-soal sebelumnya, aku serius,” Ujarnya, “Si Jimin ini, lebih baik kamu mempertimbangin dia dari pada Yoongi.”

Tapi kak Vania, kamu gak tahu apa-apa, jadi berhenti ikut campur tentang perasaan aku.

Tapi kamu akhirnya hanya mengangguk pelan, “Ne,”

“Chotta, aku pergi dulu, cepet sembuh y/n”

Vania melangkah pergi dan kini hanya tersisa kamu yang merebahkan diri di ranjang.

Benar, setidaknya ia benar mengenai kamu yang harus istirahat total, kamu butuh mengistirahatkan otakmu dengan segala hal yang terjadi.

Bagaimanapun juga, kata-kata Vania tidak bisa hilang dari otakmu,

***

Vania memasuki kelasnya mendapati Yoongi yang menaruh kepalanya di atas meja, menutup wajahnya dengan buku, dan semua orang pasti sudah bisa menebak apa yang terjadi dengannya.

“YA!!” Teriak Yoongi saat seseorang menyingkirkan buku yang menutupi wajahnya, Vania yang duduk tepat di depannya menyilangkan tangan di depan dada, Jisung yang menjadi teman sebangkunya hanya terlonjak sedikit lalu melanjutkan aktifitasnya membaca.

“Bangun kali, tidur jam berapa sih? Cuci muka sana!” Ejek Vania,

Yoongi memutar kedua bola matanya, “Bawel.”

First love. -sgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang