Chapter 5 : The Watch Dog

12.1K 2.2K 162
                                    

***

"Panggilkan Sandra kemari." Baron berbisik kepada salah satu pengawalnya yang bergegas keluar ruangan, meninggalkan tuannya, Jimmy, Ades, dan Jhonny.

Jhonny terlihat seperti akan kehilangan akal akibat kondisi Alex yang baru ditemukan. Laki-laki itu sadarkan diri, tapi kondisinya sangat memprihatinkan. Satu matanya membengkak, sementara yang satunya lagi terlihat merah dan tidak fokus. Dia masih memakai pakaian yang sama seperti hari itu, tetapi semua senjatanya lenyap tak bersisa.

Luka luar terparah terdapat di kakinya.

"Kita harus membawanya kembali." Jhonny berhenti berusaha mengajak Alex yang tidak menyahut ketika dipanggil. Dan berbalik mencari Jimmy yang duduk di sudut sambil menyantap buah kaleng.

Jimmy berhenti mengunyah. Mulutnya gembung karena terlalu penuh.

"Huh?"

Belum sempat dia membuka mulut untuk menjawab, Baron sudah menengahi. "Biarkan Sandra merawatnya, Jhonny. Lagipula kalian tidak punya seseorang yang cukup ahli untuk menangani luka serius."

"Aku curiga dia diberi obat." tambah Baron sambil memegang leher Alex yang berdenyut kencang.

"Aku bersumpah akan menghancur kelompok Selatan ini." Jhonny berdesis marah. Rahangnya terkatup rapat.

Jhonny mulai agak lebih tenang waktu seorang gadis yang terlihat seperti hanya menggunakan pakaian dalam masuk ke dalam ruangan dan mulai berlutut di depan meja yang dijadikan tempat tidur untuk Alex.

"Bagaimana caramu menemukannya?" Ades yang dari tadi juga ada di ruangan bertanya pada Jimmy dengan suara pelan. Tidak ingin mengganggu Jhonny dan Baron yang sedang sibuk.

Jimmy menelan isi mulutnya dan menyeruput sisa air di dalam kaleng yang dia pegang. Tak lupa bersendawa keras.

"Menyusup." Jawabnya singkat, lalu meletakkan kaleng kosong bekas makanannya ke bawah bangku kayu yang dia duduki.

"Dari kamera pengawas," tambahnya lagi.  "Pernah dengar game  Watch Dog? Sebenarnya alat seperti dalam game itu bisa dibuat versi sederhananya kalau barang-barang yang dibutuhkan ada. Jadi aku mencoba membuatnya seminggu belakangan ini."

Ades terdiam, takjub. "Lalu?"

"Kemudian untuk uji coba aku pergi berdua dengan seorang survivor Evidance ke Selatan karena jangkauan sinyalnya terbatas, beberapa kali gagal tapi kemudian berhasil. Kami menemukan Alex dari kamera pengawas mereka dan kemudian datang ke sana begitu saja, kuminta pada mereka untuk melepaskan tahanannya, atau kami akan meledakkan diri dengan bom yang sudah aktif yang terpasang di badanku."

Ades menggeleng pelan tidak percaya, namun tentu saja yang dikatakan Jimmy bukanlah bualan belaka karena objek penyelamatannya kini terbaring nyata sambil dirawat oleh Sandra.

"Dan mereka melepaskannya?"

Jimmy berdehem mengiyakan, "Ya. Entah mereka takut aku meledak atau ada alasan lain, aku tidak tahu. Yang jelas ancamanku berhasil. Mereka mengembalikan Alex."

"Kau benar-benar gila, Jim. Tidak waras."

Jimmy terkekeh, "I'll take that as a compliment. Thank you."

Dan memang Ades sedang memuji, karena sesungguhnya dia masih kagum dengan isi otak laki-laki ini.

Jhonny yang masih belum mengetahui kronologi penyelamatan, memandang marah ke arah Jimmy yang terdengar tertawa-tawa bersama Ades. Mood-nya yang kelam serta harga dirinya sebagai pemimpin yang terasa seperti diinjak-injak, kini membuatnya membenci semua gurauan dan senyum siapa pun.

Behind The Rush (Behind The Wall Trilogy #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang