Chapter 29 : The Question

5K 555 174
                                    

Alex bisa merasakannya. Tatapan 2 orang survivor yang akan pergi dengannya mencari supply ke daerah baru begitu terasa tapi tidak ditanggapi sedikit pun oleh Alex. Dia tetap saja mengencangkang tas bawaannya, menyandangnya dan mulai naik ke motor yang ternyata berhasil ditemukan kelompok Selatan sebelum kelompok Selatan palsu menangkap dan menahannya di tempat mereka.

Motor hitam hasil jarahan beberapa tahun silam itu masih terlihat bagus dan hanya memiliki beberapa lecet saja. Sebuah Triumph Thunderbird 900 yang dia temukan tanpa sengaja saat mencari supply ke sebuah daerah yang mungkin dulu adalah tempat pemukiman orang bermodal besar.
Benda itu sudah jadi tunggangan Alex selama hampir 3 tahun sejak ditemukan. Berwarna gelap, serupa dengan pakaian messanger sebuah kelompok survivor.

"Kau yakin akan baik-baik saja mengendarai itu Alex? Maksudku kakimu ... Jhonny bisa membunuhku jika aku tidak mengatakan sesuatu." akhirnya Rick memutuskan untuk mengatakan sesuatu setelah sekian lama.

Pertanyaannya itu sama sekali tidak membuat Alex berhenti.

"Jhonny terlalu sibuk sekarang ini, dia tidak akan tahu jika tidak ada yang memberitahu." kepala Alex menoleh, tanpa membalikkan badannya.

Seperti peringatan, kedua survivor itu cepat-cepat menggeleng, panik. Belakangan Alex memiliki emosi yang tidak stabil. Dan meski pun kakinya masih belum sembuh sepenuhnya, berada di sisi yang bersebrangan dengan laki-laki itu bukanlah pilihan yang bijaksana.

"Tentu saja, kami tidak akan mengatakan apa pun."

Alex tidak menjawab, tapi dia tidak lagi menoleh. Dan dalam hitungan detik, dia sudah menyandang tas yang akan dia bawa.

"Kalian pergilah lebih dulu. Aku akan menyusul, motor ini lebih cepat dari truk itu."

"Baiklah." Rick menepuk pundak rekannya dan mengedikkan kepala, menyuruhnya menuju ke kursi kemudi sementara dia naik ke sebelahnya.

Alex memperhatikan kendaraan itu pergi, sambil memakai helm miliknya. Namun, baru dia akan memutar kunci seseorang memanggil namanya dengan tergesa-gesa. Alex melirik dari balik helm hitam yang dia kenakan dan mendapati Mia, dengan wajah merah, napas yang tersengal-sengal karena berlari, melambaikan tangan dan menghampirinya.

Butuh waktu lima menit untuk gadis itu sampai di samping Alex.

"Alex ... Alex .... Tunggu aku!" Dengan sesak, Mia memegang pergelangan tangan Alex.

Dari balik kaca helmnya Alex memutar bola mata.

"Memangnya apa yang kulakukan dari tadi."

Mia sepertinya tidak mendengar pertanyaan retoris Alex tadi karena masih terlalu sibuk mengatur napas. Dia hanya pernah berlari sekencang itu dua kali dalam hidupnya. Saat dikejar anjing lapar bersama Carlos, dan yang tadi itu.

"Kau ingin pergi ke mana? Kau tidak seharusnya mengendarai ini." Mia akhirnya bicara setelah tambahan dua menit berlalu. Matanya tampak panik ketika mendapati Alex menyandang tas hitam besar di punggungnya, "Kakimu masih belum sembuh."

Lagi-lagi, dari balik kaca helm hitam itu Alex memutar bola matanya.

"Kakiku sudah sembuh. Kembalilah ke dalam," ujarnya.

Wajah gadis itu terlihat bingung. Lalu perlahan dia mengangkat tangannya dan menarik lepas helm Alex. laki-laki itu membiarkannya.

"Aku tidak bisa mengerti kalau kau pakai ini."

"Aku bilang," Alex mengulangi perkataanya, "Kakiku sudah sembuh. jadi kembalilah ke dalam," lalu meletakkan tangan ke setang motornya dan entah kenapa itu membuat Mia menjadi semakin panik.

Behind The Rush (Behind The Wall Trilogy #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang