Chapter 7 : The Map

10.1K 2.2K 184
                                    

Sandra memperhatikan wajah laki-laki yang sekarang terbaring tak bergerak. Merebah tanpa pakaian di balik selimut tipis yang dipakaikan, demi kemudahan untuk mengobati luka-luka pada tubuhnya.

Ini sudah nyaris 12 jam berlalu, namun hingga sekarang kesadaran Alex masih belum juga kembali. Dia terlalu tenang, napasnya stabil walaupun keringat terus bercucuran dari tubuhnya.

Sandra mengusap kening Alex dan membelai wajahnya.

"Masih belum?" Pertanyaan itu muncul beserta kehadiran Ades yang tiba-tiba ke dalam ruangan Baron yang disulap menjadi tempat perawatan Alex.

"Aku yakin dia diberi obat bius atau sesuatu sejenis morfin. Tapi seharusnya sekarang Alex sudah bangun. Aku mulai khawatir." bisik Sandra was-was.

Ades duduk di sebelah Sandra, memperhatikan perempuan itu memeriksa kedua pupil mata Alex.

"Apa sebaiknya kita beritahu Jhonny?"

Sandra menggeleng, tangannya kembali mengusap lembut rambut gelap Alex yang mulai panjang serta lengket oleh keringat.

"Jangan dulu. Itu hanya akan membuatnya semakin khawatir. Kita tunggu saja sebentar lagi."

"Baiklah." Ades patuh, namun tidak beranjak dari sana. Dia menatap Alex dari kepala hingga kaki, lalu meringis ngilu melihat kayu yang dibalut bersama perban di kaki kirinya.

"Apa yang mereka lakukan ke kakinya?"

Sandra menoleh ikut memandang ke arah Ades menatap, "Aku tidak yakin. Tapi seperti dilindas oleh sesuatu yang berat. Tulangnya remuk, tapi kaki kanannya tidak begitu parah. Semoga saja obat herbal dari Nawa yang diberikan Bahrein memang benar-benar ampuh."

"Ya."

Ades terdiam sebentar memikirkan kondisi Alex. Lalu tak lama keningnya mulai berkerut. Mulai terjerembab masuk ke dalam kejanggalan, "Tapi tidakkah menurutmu ini aneh? Mereka melukainya tapi memberinya obat bius. Untuk apa?"

"Hal itu juga yang kupikirkan. Dari penampilan Alex, entah kenapa aku yakin obat yang diberikan kepadanya bukanlah sesuatu yang berbahaya terlepas dari seberapa besar dosisnya. Tapi untuk tujuan apa, aku juga tidak mengerti. Mungkin untuk rencana gila lain yang tidak ingin kuketahui." Ujar Sandra sedih.

Ades memperhatikam Sandra, lalu menarik pundak gadis itu untuk bersandar ke bahunya. Sementara Sandra menggenggam tangan Alex.

"Akan kita balaskan setelah Alex bangun. Aku yakin Jhonny tidak akan diam saja melihat Alex seperti ini."

Sandra mengangguk.

Menit demi menit berlalu, Ades mengganti topik pembicaraannya dengan Sandra ke sesuatu yang lebih tenang. Hingga gadis itu sampai lupa ada sesuatu yang dia temukan ketika membuka pakaian Alex.
Ketika Ades mulai bicara tentang kekagumannya pada blue print ciptaan Jimmy untuk memperketat pengamanan Evidance.

Sandra akhirnya kembali teringat.

"Aku sampai lupa mengatakan sesuatu yang penting Ades."

Ades menengadah, ingin menatap wajah Sandra yang sekarang sudah berdiri dan berjalan ke arah sebuah keranjang.

"Apa?"

"Waktu membuka pakaian Alex satu persatu, aku tidak sengaja menemukan sesuatu dibalik rompi pelurunya." Jelas Sandra tanpa menoleh. Sibuk mencari-cari dan membelakangi Ades.

"Apa?" Ulang Ades bingung.

Sandra bergumam, "Terlihat seperti kertas perkamen, tapi aku tidak mengerti isinya." Jelasnya.

"Ini dia... coba kau lihat, apa ini penting?" Sandra kembali duduk di dekat Ades dan menyerahkan kertas berwarna kuning tipis kepada laki-laki itu.

Tanpa basa-basi, Ades langsung membuka kertas yang terlipat-lipat itu, hingga membentang dan berukuran 50 x 40 cm.

Behind The Rush (Behind The Wall Trilogy #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang