Motor Alex berhenti tepat di dekat gedung seperti tenda besar yang dibuat dari lempengan besi yang disatukan. Semua truk dari Evidence yang tiba masuk ke gedung itu, saling tersusun rapi seolah akan terparkir lama di sana.
Mia yang sudah turun dari kendaraan dan sedang menunggu Alex menempatkan kendaraannya. Sambil menunggu, ia memperhatikan sekitarnya dengan tatapan kagum dan ingin tahu. Tidak menyangka kalau kelompok Baron ternyata sebesar ini.
Satu-satunya tempat yang pernah dia kunjungi saat ke sini hanyalah gedung yang dijadikan arena pertandingan, gedung itu sendiri terpisah dari bangunan tempat penyimpanan saat ini, dan itu saja sudah sangat besar bagi Mia.
"Aku masih belum bisa menemukan Carlos. Kita tunggu saja di dalam, ayo." Alex meraih tangan Mia yang masih terkagum dan menautkannya. Satu tangan lainnya memegang dua tas besar berisi pakaian mereka, diangkat ke balik pundak kanannya tanpa masalah.
Mereka berjalan ke arah pintu menuju lorong panjang yang terhubung dengan gedung utama yang sering mengadakan pertandingan. Satu-satunya yang berbeda dari terakhir kali Mia mengunjungi tempat ini, hanyalah tidak adanya kemeriahan dan huru-hara pertandingan dalam arena besi.
Walaupun para survivor di sini masih sangat sibuk, tapi untuk urusan yang berbeda.
Beberapa dari mereka Mia kenali sebagai survivor Evidence, yang kini tengah duduk sambil menikmati minuman mereka. Sebagian lagj kemungkinan adalah survior kelompok Baron sendiri.Alex yang sedari tadi memperhatikan gelagat Mia yang sibuk menganalisa dalam kepalanya. Laki-laki itu tersenyum miring hanya karena melihat ekspresi Mia yang serius. Dengan kepala yang tidak bisa berhenti menoleh ke segala arah, mata besar yang penuh keingintahuan, dan mimik wajah takjub. Sesekali bibir Mia akan mengerucut juga, dan tidak segan-segan berdecak wah tanpa sadar.
"Tempat ini besar sekali..." gumam Mia menyuarakan kekagumannya akhirnya. Dia yakin saat ini wajahnya terlihat seperti orang kampung yang baru menginjakkan kaki di kota.
Alex mendengus, mengarahkan Mia untuk duduk di salah satu kursi kayu, dan meletakkan tas mereka di kursi lain yang tidak diduduki.
"Lebih besar dari Evidence?" bisik Alex yang dijawab dengan anggukan oleh Mia. " Tahu apa yang lebih besar?"
"Apa?" tanya Mia dengan polosnya, sambil menengadah untuk melihat Alex yang senyumnya perlahan mengembang sambil ia melirik ke bawah. Dua alisnya kemudian naik turun untuk penekanan.
Mia yang akhirnya mengerti seketika teringat kejadian kemarin malam. Wajahnya memerah. Dia mendorong Alex di dadanya dan menoleh ke arah lain.
"Kau menyebalkan." Membuat laki-laki itu terbahak. Alex, dengan tenaga kudanya kemudian menarik kursi Mia lebih dekat ke arahnya agar dia bisa mengalungkan sebelah tangannya ke pundak gadis itu. Mia tidak menepisnya, walaupun kulit wajahnya masih terasa panas dan dia menolak menatap Alex.
"Baiklah aku serius, jika kau pikir tempat ini besar, maka bayangkan tempat ini dikali dua, sebesar itulah kelompok dari Selatan."
Kedua alis Mia terangkat sedikit, merasa kalau info itu menarik. Dia tidak pernah ke sana sebelumnya.
"S-sebesar itu?"
"Yup, dengan persenjataan dan keamanan yang kuat. Tapi meskipun begitu mereka tetap ingin bergabung dengan Evidence," dia terkekeh. Ada nada bangga bercampur geli dalam suara Alex saat mengatakan itu.
Mia memang pernah mendengarnya kalau Evidence salah satu kelompok yang diperhitungkan meskipun mereka tidak terlalu besar. Selain karena kepemimpinan Jhonny, mereka juga menginginkan Jimmy.
"Baron saaangat menginginkan Jimmy," bisik Alex pelan sehingga hanya Mia yang bisa mendengarnya.
"Kenapa Jimmy tidak ingin bergabung ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Rush (Behind The Wall Trilogy #2)
Science FictionKetika tempat teraman di seluruh dunia baru ini tak lagi menjadi tujuannya. Mia Sanders kini berusaha mencari alasan baru untuk bertahan. Dengan usahanya sendiri, Mia ingin membuktikan kalau dia pantas untuk diterima. *** Kepulangan Alex setelah be...