Chapter 33 : The Kiss and Jealousy

2.5K 128 10
                                    

I will kill that Motherfucker ...

Carlos yang ada di samping Alex bisa mendengar makian tidak cukup pelan dari Alex yang sepertinya juga tidak berniat merahasiakan buah pikir murninya.
Dan ketika Carlos menoleh untuk melihat ke arah temannya memperhatikan, senyumnya perlahan mulai terkembang.

Di seberang ruangan perkumpulan hari itu, Mia dan Tyaga duduk berdampingan seperti dua orang normal membicarakan sesuatu yang bagi Tyaga perlu ia bahas untuk kelancaran rencana mereka. Dan meskipun Mia ditemani dua survivor Evidence yang berdiri tidak jauh dari keduanya, tetap saja di mata Alex, Mia tidak seharusnya bersama orang yang sudah melecehkannya berbulan-bulan sebelum dia diambil Evidence.

Tapi tentu saja Alex tidak bisa mendapatkan semua yang dia mau di dunia ini.

"Hmm... maksudmu siapa? Mia atau Tyaga?" Carlos memutuskan untuk memperkeruh suasana hati Alex, because why not?

Dengan tatapan membunuh yang sama, Alex melihat Carlos dari sudut mata kirinya.

"Diamlah," gerutunya, "Kau sama sekali tidak membantu."

Carlos terkekeh, sebelum akhirnya memutuskan dia tidak akan menambah alasan Alex untuk menerjang ke kursi di sebrangnya dan mengganggu pertemuan aliansi mereka hari ini. Alex sudah punya cukup banyak alasan untuk itu.

Saat ini mereka tengah duduk di kursi kayu yang dibentuk berbaris lima di setiap sisi dan saling berhadapan untuk para anggota inti tiap aliansi. Di tengahnya ada sebuah podium kayu yang dibuat khusus untuk deklarasi aliansi dan masih kosong, karena para pemimpin kelompok masih ada di dalam tenda untuk merundingkan kembali apa yang akan mereka berikan dan dapatkan dari aliansi ini.

Jarak antar baris kursi itu sekitar 100 meter. Tidak cukup jauh sebenarnya, tapi lumayan untuk menerjang.

"Ayolah Alex, kalau kau bisa seterganggu ini hanya karena mereka berdua di ruanganan yang sama denganmu, bayangkan ketika mereka masuk ke balik dinding berdua dan kau tidak bisa ikut. Kau perlu berpikir jernih untuk membantunya keluar dari sana."

Alex terdiam, sebagian otaknya yang masih waras mengakui kalau Carlos benar. Dia harus mulai terbiasa kalau tidak ingin jadi gila ketika Mia harus bersama si berengsek itu selama beberapa hari di balik dinding.

Sebagian otaknya yang tidak waras mengatakan screw it, dan bunuh saja mantan pemimpin Eagle Eyes itu sekarang.

Bagian otak yang lebih gegabah itu tampaknya hampir saja menang ketika ia melihat Tyaga menyentuh rambut Mia untuk menyelipkannya di balik telinga gadis itu. Alex menangkap sangat jelas gelagat tidak nyaman Mia dari matanya yang sedikit mengernyit, dan itu sudah cukup untuk membuat Alex berdiri dari kursinya.

Tentu saja Carlos juga melihat situasi itu dan seketika menahan tangan temannya itu, "Alex, tenanglah ... dia punya remote electric shock pemberian Jimmy, ingat? Benda itu bahkan bisa melumpuhkan gajah, apalagi Tyaga! Dia bisa melindungi dirinya kalau memang dia merasa terancam. Kau tidak perlu membuat semua mata tertuju padamu lagi hari ini," bisik Carlos.

Sesungguhnya Alex tidak begitu mendengar perkataan Carlos. Suara jantungnya yang bergemuruh sudah cukup memekakkan telinganya. Tapi dia bisa melihat Mia menoleh ke arahnya, gadis itu tersenyum kecil, terlihat sedikit terpaksa. Lalu menggeleng ke arah Alex.
Melarangnya untuk bereaksi meskipun ekspresinya sendiri terlihat tidak nyaman dengan aksi Tyaga tadi.

Alex berdecak kesal lalu menarik paksa tangannya dari cekalan Carlos, "Ini benar-benar membuatku gila." Lalu berjalan ke belakang, ke arah para prajurit biasa duduk mengelilingi api unggun sambil menunggu hasil dari perundingan aliansi.

Alex sebenarnya sudah tahu hasil dari perundingan ini, tapi statusnya sebagai anggota inti Evidence mengharuskan dia berada di sini. Jadi pindah ke belakang agar dia bisa lebih fokus adalah solusi satu-satunya yang bisa dia pikirkan saat ini.

Behind The Rush (Behind The Wall Trilogy #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang