Chapter 18 : The Aid

8.9K 1.5K 105
                                    

Beberapa jam berlalu dan malam semakin larut. Mia masih duduk di tempatnya sejak tiba di sini. Sandra sudah kembali ke dekat Baron, bersama Ades. Tangan Baron yang tampak kuat tersampir di pundak Sandra, tertawa-tawa sambil ketiganya mengobrol santai bersama beberapa survivor yang tidak pernah ku lihat sebelumnya. Sepertinya bukan dari Evidence.

Jhonny atau Carlos juga masih duduk di tempatnya bersama Alex, mengobrol dengan laki-laki yang selalu berhasil membuat Mia merasa kurang nyaman itu, pemimpin kelompok dari selatan bernama Damien. Laki-laki itu berambut cokelat pendek, duduk membelakangi Mia. Tapi tiap kali dia menoleh, Mia bisa melihat sebagian wajahnya dan ekspresinya yang selalu terlihat tersenyum.

Alex yang duduk di sebrang Damien sesekali tampak mengangguk ke arah lawan bicaranya dengan kedua alis yang sedikit menukik serius, tapi sulit mengartikan apakah dia senang atau benci dengan apa yang dia dengar.

Saat obrolan itu masih berlangsung mendadak Rick--survivor dari Evidence berjalan dengan langkah besar ke arah Carlos. Dia tampak membisikkan sesuatu sebelum Carlos menepuk lengan Jhonny dan menyampaikan apa yang dia dengar.

Mia yang melihat dari jauh tidak bisa terlalu mengartikan apa yang sedang terjadi, karena kalaupun itu adalah sesuatu yang genting, ketiga orang itu berhasil untuk menjaga ekspresinya. Meski begitu, Mia tetap yakin kalau itu sesuatu yang sangat penting sampai pemimpin Evidence itu beranjak dari tempatnya, setalah mengucap salam singkat kepada orang-orang di meja panjang itu. Disusul oleh Carlos, dan beberapa survivor tepat di belakangnya.

Tatapan Alex tak sengaja terarah ke Mia waktu perempuan itu memperhatikan kepergian Jhonny, dan Carlos, dengan alis yang bertaut dan kukunya yang menarik kulit tebal yang ada di pinggiran kukunya, hal yang selalu dia lakukan tiap kali merasa cemas tapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia tidak yakin 100% tapi entah kenapa dia khawatir terjadi sesuatu pada Jimmy.

Sejenak ekspresi kaku Alex berubah lebih santai, ketika Mia mengangkat wajahnya dan tatapan keduanya bertemu. Alex kemudian berdiri, menepuk pundak Damien, dan beranjak dari tempatnya.

Mia sontak berdiri, bersiap untuk menghampiri Alex dan membantunya berjalan. Tetapi, sebelum ia sempat melangkah, dua jari tangan kanan Alex yang terbalut sarung tangan kulit itu menyuruhnya untuk kembali duduk.

Alex berjalan tanpa kesulitan dengan kruknya, yang ternyata tidak mengurangi aura kuat dari dirinya dan tak berapa lama dia sudah ada di depan Mia. 

Dia duduk di sebelah perempuan itu dan tersenyum kecil. Entah kenapa Mia merasa ada sesuatu yang berbeda dari Alex sejak dia bicara pembicaraannya di meja panjang itu, tapi tidak bisa dia katakan.

"Aku ingin kembali ke kamar, bantu aku?" mintanya.

Tanpa menjawab, dan hanya mengangguk, Mia menghampiri sebelum mereka kembali ke gedung utama.

Berbeda dari saat mereka datang ke tempat ini, Alex tidak mengalungkan tangannya ke pundak Mia layaknya seseorang yang butuh bantuan untuk berjalan. Mia bahkan yakin Alex bisa berjalan sendiri tanpa masalah jika dia mau, meskipun dengan kruk.

Tapi meskipun bisa, Alex tetap memilih untuk berjalan perlahan dengan kruk di sisi kirinya, dan tangan kanan yang menggenggam salah satu tangan Mia. Bukan untuk menjaga keseimbangannya, tapi hanya karena dia mau melakukannya.

Mia yang sensitif dengan perubahan suasana hati Alex, memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun, atau bahkan protes meskipun dia masih belum ingin berdamai setelah kejadian kemarin malam.
Ia membiarkan tangannya digenggam, karena sepertinya hal itu juga adalah solusi yang baik untuk udara malam yang semakin dingin, serta perasaannya yang masih cemas dengan keadaan Jimmy.

Behind The Rush (Behind The Wall Trilogy #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang