Chapter 21 : The Promise

8.3K 1.4K 141
                                    

Kaki Alex memang masih belum membaik sepenuhnya tapi dia sudah bisa berjalan sendiri dengan bantuan kruk. Belakangan sejak kejadian dengan Sandra dua hari lalu, Mia sadar kalau Alex sering keluar dari kamarnya, dari pagi hingga sore, lalu kembali di malam hari. Mia selalu harus menunggu sendirian selama beberapa menit di dalam kamar, duduk di tepi ranjang.

Aliansi dan kelompok dari Selatan akan melakukan pertemuan penting mereka besok, pagi-pagi sekali. Jhonny memerintahkan Mia untuk membantu Alex bersiap-siap menuju pertemuan yang akan dilakukan di bunker bawah tanah mereka.

Dan karena pertemuan penting itu dilakukan cukup pagi, Mia memtuskan untuk mengesampingkan pertengkarannya dengan Alex sebelumnya, dan kembali tidur di sini setidaknya untuk malam ini. Tapi orang yang ia kira akan dia temui begitu membuka pintu kamarnya sore itu, ternyata tidak ada dan sudah berjalan keluar sendirian.

Sempat terbesit pikiran untuk pergi saja karena Alex sepertinya sudah cukup mampu untuk mempersiapkan dirinya sendiri, tapi niat itu ia urungkan karena itu artinya melawan perintah.

Mia menghela napas, dan memutuskan untuk mengganti pakaiannya, lalu menyibukkan diri dengan membenahi kamar Alex.

Sejam sudah berlalu, gadis berambut cokelat yang dikuncir rendah itu mulai merasa bosan dan memutuskan untuk melihat ke luar jendela yang dipenuhi banyak orang dari lima kelompok berbeda. Perapian sudah mulai dinyalakan, beberapa survivor yang sedang tidak bertugas tampak mengobrol mengelilingi perapian yang tersebar di beberapa titik, menjaga mereka tetap hangat.

Tak jauh dari dinding pembatas gedung utama dengan jalanan yang diisi oleh tenda-tenda survivor, Mia langsung mengenali laki-laki yang berpegangan pada satu keruk, mengenakan kaos dan celana kargo hijau army, dan baru saja keluar dari salah satu tenda besar. Alex tampak berbicara pada dua messanger kelompok Selatan yang Mia kenali sebagai Steven dan Eric, sesekali mengangguk dan tersenyum sekilas.
Dan sebelum Alex berjalan kembali ke arah gedung, entah bagaimana tatapannya bertemu dengan Mia walaupun berada di lantai yang cukup tinggi, memancing dua orang lainnya untuk ikut melihat ke arah gadis itu.
Tapi tidak seperti Alex, Steven dan Eric kemudian mengalihkan tatapan mereka ke arah lain, sebelum menepuk pundak Alex dan kembali masuk ke dalam tenda kelompok mereka.

Mia yang mengalihkan pandangan dan memutuskan kembali duduk di tepi ranjang. Apa yang dilihatnya tadi sedikit banyak menambah kegelisahannya. Memurutnya Alex sudah cukup aneh dengan bertindak defensif pada Sandra. Dia juga sering terlihat dengan Steven dan Eric.

Lalu dua orang itu, Mia tahu kalau Steven dan Eric beberapa kali memperhatikannya ketika dia sedang bekerja, saat mereka mengira Mia tidak menyadarinya. Sementara Damien tidak pernah lagi terlihat saat dia berada di luar untuk membantu menyiapkan makanan di dapur umum.

Gadis itu menarik napas dalam, dan menghembuskannya perlahan sebagai usaha menangkan pikirannya. Dan saat itulah Alex masuk ke dalam.

"Mia, aku tidak tahu kau akan datang ke sini, bukannya perbanku baru diganti?" Alex menyapa lalu menutup pintu.

"Aku tidak ke sini untuk mengganti perban."

"Oh? Lalu?" Alex meletakkan kruk nya menyandar ke dinding di dekat ranjang, sebelun dia duduk di sebelahku, perlahan-lahan menarik sepatunya.

"Pertemuan besok pagi. Jhonny memintaku membantumu bersiap-siap. Jadi aku akan ... tidur di sini supaya lebih mudah."

Alex mengangkat kepalanya, dan menatap Mia yang menunduk memperhatikan kakinya sendiri.
"Begitu. Jadi kau akan tidur di sini lagi?"

Mia mengangguk tanpa menjawab.

Alex terkekeh mengusap kepala Mia sebelum bangkit ke arah lemarinya. Kedua sepatunya tergeletak sembarangan di bawah tempat tidur, "Kau terlihat bersemangat sekali."

Behind The Rush (Behind The Wall Trilogy #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang