MIA
"Angkat dengan hati-hati..." perintah Annona pada survivor yang sekarang sedang menurunkan senjata yang disimpan di ruangannya terdengar bahkan sampai ke atas kamar Alex. Satu per satu kotak-kotak kayu yang tampak berat itu digotong dua sampai tiga orang prajurit yang kemudian dinaikkan ke dalam truk dan silih berganti menjemput apa yang bisa diselamatkan.
Mereka hanya akan meninggalkan sebagian kecil saja barang-barang untuk menunjukkan kalau memang benar mereka berhasil dikalahkan oleh Eagle Eyes sesuai rencana dari orang-orang di balik dinding.
Aku tahu ini bagian dari rencana, tapi tetap saja saat mulai mengemasi pakaian-pakaianku yang tersimpan sudah cukup lama di kamar ini, dan tiap kali melihat seluruh sudut gedung ini, perasaan sedih kerap kali muncul karena tahu semuanya akan dihancurkan.
"Mia ...," suara berat Alex terdengar dari arah pintu, membuatku menoleh untuk melihat dia sudah siap dengan stelan messenger-nya. "Kau sudah selesai membenahi barang-barangmu? Kita harus pergi sebentar lagi. Biar kuantar kau ke tempat Baron sebelum aku pergi."
"Ke mana?"
"Aku harus mengikuti Damien ke Selatan. Ada hal yang perlu dipersiapkan," jelas Alex sambil membuka lemari dan mengeluarkan pakaian-pakaian yang ada di lemari. Kebanyakan adalah pakaian Alex sendiri, milikku tidak terlalu banyak.
"Masih banyak yang perlu dibenahi, dari tadi kau melamun ya?" tanyanya begitu melihat isi lemari itu. Nadanya saat mengatakan itu tidak sedang marah, tapi tetap saja aku merasa tidak enak karena tidak terlalu membantu.
"Maaf, akan kuselesaikan sesegera mungkin," ucapku bergegas berjalan ke arah lemari dan mengeluarkan pakaian-pakaian itu lalu menaruhnya ke atas tempat tidur. Melipat sebelum memasukkannya ke dalam salah satu dari dua tas hitam yang disediakan.
Alex membantuku, dia membawa lebih banyak pakaian dari lemari dengan sekali tangkupan tangan yang lebar, ia meletakkannya ke atas tempat tidur, kembali mengambil lagi dan sebentar saja lemari itu sudah sepenuhnya kosong.
"Terima kasih," gumamku. Tersenyum kecil ke arahnya, yang membalasku dengan kedipan lamban kedua matanya. Dia tidak pergi begitu selesai membantuku mengeluarkan seluruh pakaian dari lemari, tapi duduk di sebelahku dan ikut melipat.
"Kau menghkawatirkan sesuatu." Perkataanya lebih ke pernyataan ketimbang pertanyaan.
Aku menggeleng, tanpa berhenti mengerjakan pekerjaanku kali ini. "Bukan khawatir, hanya sedikit sedih karena tempat ini harus dihancurkan."
Alex mengacak-acak rambutku sekilas, membuatku menatapnya sedikit kesal. Rambutku sudah cukup berantakan, tidak perlu dia tambahi. Tapi senyum lebar di wajahnya sulit membuatku tetap kesal.
"Ketika kita berhasil dengan misi ini, kita akan bangun tempat yang lebih besar dan lebih bagus. Ingat kelompok petani yang kita temui minggu lalu?" tanyanya. Aku hanya mengangguk, bagaimana mungkin bisa melupakan kelompok yang hampir membunuh Alex.
"Jhonny mengizinkan mereka bergabung dengan kita. Mereka akan jadi Evidence. Kita tidak perlu terlalu khawatir mencari lokasi penjarahan lagi, karena ada sumber makanan lain. Wilayah Evidence akan semakin luas."
Mendengar itu membuatku tersenyum, daerah pertanian di Evidence, itu terdengar bagus.
"Ini masih rahasia," tambah Alex dengan kilat di matanya waktu aku menatapnya bingung. Kalau ini rahasia, apa tidak apa-apa dia memberitahuku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Rush (Behind The Wall Trilogy #2)
Science FictionKetika tempat teraman di seluruh dunia baru ini tak lagi menjadi tujuannya. Mia Sanders kini berusaha mencari alasan baru untuk bertahan. Dengan usahanya sendiri, Mia ingin membuktikan kalau dia pantas untuk diterima. *** Kepulangan Alex setelah be...