Piece 1 Who am I

5.7K 285 4
                                    

How I wish those days would never end, how I wish those days would never be forgotten.

____

Lara datang padanya di saat nelangsa belum pergi, tanpa ada jeda apalagi aba-aba. Tapi gadis itu masih kokoh berdiri di tempatnya berpijak. Bukan berarti ia kuat dan tak pernah rapuh. Ia hanya berusaha bertahan. Dunia bukan tempat sandaran melainkan sesuatu yang disebut laga. Tapi itu baik, lagipula sengsara hanya sementara, seiring dengan suka cita.

Tak lupa ia mengatur volume musik dari pengeras sura kecil tua di meja belajarnya menjadi lebih pelan, mengingat hari sudah semakin larut.

Dalam malam ini si gadis manis kembali terbuai, beberapa deret kata menari-nari dalam benaknya. Dijadikan menulis sebagai perantara. Apa-apa saja, entah sesak, bahagia, atau perasan yang ada di antaranya. Sudah cukup lama hal itu berlangsung. Seingatnya sekitar pertengahan September tahun lalu.

Semilir muson datang,
Kala itu pun Tuan membawa butir-butirku pergi.
Terhempas ke dataran antah berantah yang sunyi lalu mengiring bunyi sepi bagai melodi.
Pada gesek dedaunan malam ini.
Mimpi-mimpi bawa aku pergi.
Ke rembulan atau mentari.
Asal jauh dari deru hati yang benci.
Tapi bawakan aku penyudah rindu ini.

Lisa hanya ingat pada pria kecilnya yang ada di danau itu. Imajinasi akan rupa pria kecilnya tak pernah lepas dari ingatannya. Lisa sangat penasaran padanya. Apa kabar ia sekarang? Dasar, rindu. Semakin dipikirkan semakin menyiksa. Hidup yang terus mengalir kadang kala membawa pada nostalgia di balik hal kecil tak teratensikan sebelumnya.

Lagu Imagine-John Lennon sudah sampai di bagian terakhir saat Lisa memutuskan menyudahi tulisannya. Penyanyi yang punya nama belakang sama dengan ayah kandungnya itu terlampau bertalenta hingga karyanya bisa didengar lintas generasi.

Malam semakin malam. Nuri, sang nenek sudah terlelap beberapa saat setelah menjemputnya dari bandara. Bukannya tidak bisa, sejujurnya selain jet lag, menurutnya malam hari adalah saat terbaik untuk memikirkan sesuatu. Malam itu tenang dan sosok yang apa adanya membuat dirinya tak perlu bersandiwara. Kadang malam nembawa jiwa untuk hanyut dalam kesendirian. Menjelajah pikiran.

Sehingga banyak ide-ide yang bermunculan. Baginya sayang sekali jika waktu emas itu terlewat karena tidurnya. Kali ini Lisa memutuskan untuk memposting artikel di blog pribadinya.

Ia mengamati sekeliling kamar. Tidak ada yang berubah. Lisa lalu merebahkan tubuhnya di kasur dengan seprai biru muda itu. Akhirnya. Akhirnya ia tiba di rumah. Gadis itu mulai membayangkan hal-hal yang terjadi di masa lalu. Bernostalgia sendiri.

-----

[What happened in Lisa's past]

Langit mulai gelap ketika sang penari striptis keluar dari kediaman mungilnya. Tidak biasanya langit begitu ramah menyapa orang sepertinya. Titik-titik putih yang bersinar di atas sana tak lantas mampu menerbitkan senyum di wajah murungnya.

Wanita itu melangkahkan kakinya menjauhi daun pintu. Hellen Dorothy, bohong jika ada orang yang tidak terkagum melihat kecantikannya. Kulitnya putih dengan rambut hitam pekat bergelombang. Sorot matanya tajam dengan alis tebal dan hidung mancung. Semua ciri fisik itu diwariskan pada putri semata wayangnya, Lisa Dorothy. Bedanya rambut Lisa lurus dan alisnya tidak setebal milik Hellen.

the Edge.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang