Piece50 is it the only end?

3.3K 146 13
                                    

Tell me that's a lie
You make me fucking crazy.

-----

Hari masih cerah. Siang baru saja jatuh ke sore. Matahari belum tenggelam. Bahkan masih bersinar terang. Orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Berlarian ke sana kemari terengah-engah menyelesaikan tugasnya. Berkutat dengan pekerjaan yang memuakkan demi uang. Uang yang katanya bisa menyelesaikan segalanya.

Tidak, itu salah.

Karena hidup yang sebenarnya adalah bagaimana kita bisa menghidupkan hidup kita. Bukannya diperbudak oleh keadaan.

"Pandora, aku pengen lihat kamu untuk yang terakhir kali. "

Kata lelaki yang berbaring di bankar itu. Di sebelahnya si gadis terus menggenggam tangannya.

"Jangan gitu ngomongnya. Kamu selalu bisa. " Pandora meraih tangan Edwan dan membiarkan jemari itu membingkai wajahnya.

Pandora memejamkan mata menikmati sentuhan lembut itu.

"Ingatin aku tentang kamu kalau aku lupa. Tapi jangan sampai kamu ingat tentang aku nanti. "

Kadang lelaki itu iri. Ingin berontak pada dunia. Membagi sisinya. Memberitakan betapa nista hidupnya. Meneriakkan sisi gelapnya. Agar semuanya tahu, bahwa ia butuh bantuan. Ingin rasa irinya akan kehidupan orang-orang normal bisa teratasi. Ingin menjadi bagian dari mereka yang tidak perlu takut untuk menutup mata di setiap malamnya dan memikirkan apakah masih bisa melihat esok lagi.

Itu inginnya. Sederhana. Tapi entah mengapa sangat sulit terealisasikan untuknya.

"Kamu harus janji." kata Pandora.

"Apa?"

"Jangan pernah tinggalin aku ataupun pergi dari sini." jelasnya setelah Edwan bertanya.

"Mau jawaban yang gimana?"

"Iyain."

"Gak bisa."

"Kenapa?"

"Aku takut nggak bisa menepatinya."

"Jangan takut. Kamu gak perlu takut."

"Not exactly like that."

"How do you feel? Tell me."

"Gak bisa."

"Please."

"Complicated."

Pandora berdecak dan melepaskan tangan Edwan dari wajahnya. Ia memundurkan kursi yang didudukinya agak menjauh dari bankar. Setetes cairan bening meluncur bebas dari sana. Matanya panas. Mungkin sekarang wajahnya sudah memerah. Ia tidak ingin Edwan menyadarinya. Karena itu Pandora memilih menjauh dan menghela napas berkali-kali berusaha menyesuaikan suaranya agar tidak terdengar seperti orang yang menangis.

"Jangan buat aku jadi orang bodoh, Ed. Kamu selalu sama aku. Tapi aku bahkan gak tahu apapun tentang kamu. Itu egois. Aku capek berdebat soal ini sama kamu."

Edwan berdecak. "Bukan gitu maksudnya."

"You need to tell me. So that, you won't feel alone. Bagi beban kamu ke aku. Kita hadapi sama-sama. Karena cuma itu satu-satunya cara yang buat aku merasa berguna di samping kamu."

the Edge.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang