Piece30 schizoid

1.6K 116 11
                                    

Aku punya kehidupan yang sempurna, setidaknya itu yang kupikirkan.

Keluarga yang harmonis, rumah besar, mainan mahal, liburan ke luar negeri, naik mobil mewah, teman-temanku banyak, dan aku bahagia. Anggota tubuhku lengkap, semua yang kuinginkan pasti terwujud, dan aku sehat.

Uang, bukan masalah dalam hidupku. Semua jenis kemewahan pernah aku rasakan. Bahkan sejak aku lahir, tidak pernah kekurangan. Akan ada banyak asisten rumah tangga yang membantuku.

Saat aku tiba di sekolah, teman-temanku bakal menggerumbul di sampingku sampai aku pulang. Para guru begitu menyayangiku, karena aku pintar. Semua nilaiku bagus. Aku suka basket, dan sering ikut kompetisi di luar ataupun dalam sekolah.

Jadi, di rumahku banyak piala. Karena itu, orang tuaku semakin menyayangiku.

Aku benar-benar menikmatinya, sampai suatu hari aku merasa ada yang salah di dalam diriku. Waktu itu aku masih delapan tahun. Kayaknya kelas tiga SD semester genap. Masih anak-anak, dan aku cuek aja atas perasaan aneh yang tiba-tiba muncul itu.

But as time passed by i realize. I can't take it easy anymore.

Perlahan tapi pasti semua di kehidupan aku mulai berubah. Aku ngejauhin teman-temanku, semuanya. Selama ini aku tahu, mereka  temenan sama aku nggak benar-benar tulus. I think they want to get some of my popularity or my money. I tired of that fake friendship. I'm done with 'em.

Aku merasa ngelakuin hal yang benar dengan ngejauhin mereka. Sama sekali gak ada rasa menyesal atau bersalah. Malah aku puas. Sampai akhirnya nggak ada seorang teman pun yang aku punya. Aku jadi mirip-mirip orang antisosial di sekolah. Sendiri dan dikucilkan.

Nggak cuma di sekolah, di rumahpun aku juga jadi penyendiri. Apalagi orang tuaku makin sibuk sama bisnisnya. Mereka jarang pulang.

Pikiran-pikiran aneh mulai ngeracuni otakku. Aku pikir mereka nggak pernah benar-benar sayang sama aku. Seperti halnya teman-temanku. Jadi aku juga semakin ngejauh dari mereka. Akhirnya mereka mulai pergi ke LA, untuk nerusin bisnis keluarganya papa. Soalnya kakek aku udah lumayan tua di sana. Dan mereka pulang setahun sekali.

Tapi, aku ngerasa baik-baik aja. Karena waktu itu aku males banget berhubungan dengan orang lain. Aku nggak mau berhubungan dengan siapapun, dan terikat sama siapapun. Aku benci orang lain. Tapi aku suka diriku yang sekarang, setidaknya untuk sementara.

Dalam kesendirian, aku menemukan ketenangan. Berkhayal? Sering. Aku menciptakan dunia khayalan yang detail, lengkap, dan eksklusif tentang kehidupan sosialku. Aku pernah dibantu sama LSD. You know LSD right? Katanya itu halusinogen yang bagus.

Kenapa? Ya, karena aku merasa nggak butuh ngomong sama orang. Itu, tenang aja sekarang aku udah nggak make gituan lagi kok. Waktu itu cuma sekali. Trippingnya emang enam sampai delapan jam, offernya juga cuma dua sampai enam jam. Tapi serius itu nggak enak. It's a bad way. Karena nggak semua halusinasi yang dia bikin itu indah, banyak yang jelek dan malah kayak mimpi buruk. Dan lagi aku nggak mau jadi pecandu. Jadi aku jauh-jauh dari itu.

Sound crazy right?

Padahal manusia kan mahkluk sosial.

Aku nggak tertarik membentuk hubungan akrab sama orang lain, termasuk keluarga. Orang lain cuma mengganggu. Lebih suka tenggelam dalam khayalan, memilih hidup tanpa orang lain. Dingin sama orang lain, sulit mengekspresikan perasaan, dan nggak punya motivasi dan tujuan hidup.

Pada dasarnya, aku tetap manusia. Manusia itu serakah kan? Aku punya kehidupan yang sempurna, dan dengan gobloknya aku ninggalin semua itu. Aku udah ngelepasin teman-teman dan keluarga aku. Sekarang, aku tahu sendiri itu pahit.

the Edge.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang