Everylost will find
a way back home.-----
Kelas sebelas MIPA tampak riuh pagi ini. Tidak terlalu berbeda dari hari-hari sebelumnya. Beberapa mengobrol mengelilingi meja, bermain game di laptop, membaca novel, dan yang ini mungkin jarang sekali, belajar.
Sang ketua kelas yang berjaga di pintu, segera berlari ke bangkunya setelah mendapati seseorang menuju ke kelasnya.
"Bu Dewi otw!" Serunya, yang langsung membuat kelas itu senyap. Semua kembali ke bangku masing-masing.
Dalam sekejab kelas yang super ramai mendadak sepi.
"Selamat pagi!"
"Pagi, bu."
"Baiklah, hari ini kita kedatangan teman baru. Masuklah, nak." kata Bu Dewi pada seseorang di luar.
Lalu seorang gadis cantik berambut hitam lurus sepinggang dengan poni rapi masuk. Gadis ini cantik sekali, kulitnya putih bersih.
"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru dari Los Angeles sana. Silakan kamh perkenalkan dirimu, Nak." Ia melangkah ke depan kelas dihadapan seluruh siswa, lalu membungkuk dengan anggun.
"Perkenalkan, nama saya Lisa, Lisa Dorothy." sambil tersenyum. "Panggil saja, Lisa."
Dan mata semua orang langsung tertuju padanya. Seperti paku yang tertarik oleh magnet.
Bukan tampang-tampang western.
Bisa bahasa Indonesia lagi.
Malah kayak orang Korea
Beberapa bisikan sempat terdengar. Dengan cermat Lisa mengamati satu per satu wajah mereka lalu berkata dalam batinnya.
Nggak disini.
"Ada yang ingin ditanyakan?" Tanya Bu Dewi.
"Lisa." Sapa Tito antusias sambil mengangkat alisnya naik-turun dengan posisi tangan kirinya menopang dagu saat Lisa masih memperkenalkan dirinya.
Gadis itupun mengangguk lembut dan tersenyum sopan.
"Rumahnya dimana?" tanya Robby si paling tidak bisa lihat perempuan cantik.
"Di, di perum Permata Indah blok C." Jawabnya.
"Baiklah anak-anak, saya rasa cukup untuk perkenalan hari ini. Lisa kamu bisa duduk sekarang di sebelah sana." Bu Dewi mempersilahkan Lisa mengambil posisi duduk tepat di belakang bangku Amel dan Ica.
"Hai Lisa, aku Eva!" sapa teman sebangkunya kala ia duduk. Ia mengangguk pelan.
Kemudian tetangga depannya menoleh dan memperkenalkan diri mereka
"Kenalin aku Ica!"
"Aku Amel!"
Mereka lalu berjabat dan berbincang kecil, berbisik tepatnya. Karena hari ini pelajaran matematika, jadi kali ini Ica dan Amel memilih untuk lebih memfokuskan konsentrasi mereka daripada bercakap lebih jauh dengan Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
the Edge.
Teen FictionKetika divonis mengidap kanker otak yang sudah cukup membuat Edwan porak-poranda, sang ibu malah memilih pergi meninggalkan dirinya dan ayah yang tak pernah sepaham bersama lelaki lain. Tak cukup di situ, sahabat satu-satunya yang ia punya bukan men...