Piece25 Afraid

1.7K 113 6
                                    

The best day in my life
Saturday 9 December
With you in my home i hope it
will be last forever as long
As you are with me
-PANDORA-



----

"Bro!"

Merasa kenal dengan suara itu, Edwan pun menoleh. Didapatinya Jimmy berada beberapa langkah dibelakangnya. Ketika ia berada di area parkir apartemen Pandora.

Lelaki dengan jersey basket sekolah edisi lama itu melangkah mendekat padanya. "Darimana aja?" nada suaranya dingin begitu juga ekspresinya. Kedua alis Jimmy menyatu, menimbulkan kerutan di dahinya. Ini tidak seperti Jimmy biasanya.

"Hmm," Edwan menggaruk kepalanya tidak gatal, "kenapa?"

Edwan mencoba bersikap seperti biasa.

Bugh...

Jimmy melayangkan tinjunya sekuat mungkin kepada seseorang di hadapannya yang sudah menghilang selama hampir seminggu ini.

"Anjing!" Edwan mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Lalu meringis perih. Ia sampai terhuyung beberapa langkah ke belakang. Untung tidak sampai terjerembab.

"Geregetan banget pengen mukul lo! Akhirnya kesampean juga!"

Jimmy itu suka boxing. Jadi tinju itu tadi menyakitkan sekali. Namun Edwan membiarkannya. Ia tahu benar alasan Jimmy memukulnya.

"Kita semua khawatir sama lo!" ekspresinya berubah, menunjukkan rasa kecewa. "Kemana aja lo, ha?"

"Makasih." Edwan tersenyum samar.

Kenapa sih ni anak?

Bukan reaksi itu yang Jimmy harapkan.

Kali ini Jimmy sudah tak bisa menahannya lagi. Ia mencengkeram kerah jaket Edwan. Lelaki itu ingat untuk hari ini sudah dua orang yang melakukan hal tersebut.

"Kenapa sih lo?"

"Gak pa-pa."

"Kayak cewek tau, nggak!" Jimmy kesal sekali dengan Edwan. "Sebenarnya lo kemana aja, njing?"

"Harus gue pamit sama lo?"

Tangannya sudah terkepal.

Bugh...

Jimmy meninju wajah orang di hadapannya lagi. Kali ini orang itu sampai terjatuh dari tempatnya berpijak.

"Kenapa? Hahaha... Anjing! Sejak kapan lo jadi lemah kek gini!"

"Hahahahaa..." tawa itu terdengar kosong. "Sejak gue hidup!" ia meringis lagi. "lo baru tahu?"

Sudut bibirnya perih sekali, bahkan untuk sekedar bicara. Pukulan itu kuat. Edwan bangkit meski ia pusing bukan main. Bahkan untuk tetap berpijak dengan benar lelaki itu mengerahkan hampir semua tenaganya

"Gue, Ago, sama Daffa tuh pusing nyari lo. Lihat, sekarang lo disini dengan santainya seolah-olah gak terjadi apa-apa."

"Ya emang gue harus gimana?"

"Hahaha... Goblok!" Jimmy menendang udara disekitarnya.

"True." ia menyandarkan bahunya pada pintu mobil. Edwan tahu, ia akan limbung jika terus-terusan memaksakan diri untuk terlihat baik. "Dari dulu juga udah kek gitu."

"Ada apa? Apa selama ini gue kurang bisa dipercaya buat jadi tempat lo berbagi?" Jimmy memegang bahu sahabatnya dan ditatapnya mata itu dalam-dalam.

the Edge.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang