Piece40 way

1.7K 121 16
                                    


Lisa mengulum senyum manisnya.

"Serius?" tanya gadis itu gembira pada si penelpon.

Setelah sekian lama ia terjebak dalam angan yang juga membuatnya muak, akhirnya Lisa bisa tersenyum kembali dengan tulus.

Beberapa saat lalu Jimmy menelponnya dan memberitahu bahwa Edwan sudah bangun dari komanya. Gadis yang beberapa hari ini tidak memiliki semangat untuk melakukan apapun itu selalu antusias menyambut telepon dari Jimmy. Karena ia benar-benar ingin tahu apa yang terjadi pada Edwan. Bisa dibilang, Jimmy adalah mata dan telinganya.

Gadis itu gembira bukan main hingga ia menari-nari kecil.

"Ga ada untungnya juga gue bohong. " jawab orang dari seberang. "Udah bener-bener baikan dianya. Tuh, lagi pacaran sama Pandora. " katanya santai.

"Ck. " Lisa berdecak. Padahal baru saja ia senang.

Kenapa harus diomongin juga sih?

"Kenapa? " tanya Jimmy.

Lisa yang tidak mengerti, mengulangi pertanyaan Jimmy. "Kenapa? "

"Kenapa lo bilang, ck.. gitu? "

"Apa sih? " suara gadis itu menunjukkan kalau ia nampak kesal.

"Ya gak usah ngambek dong. Kan Edwan sama Pandora emang pacaran. Dibilangin jangan ganggu, juga. " tuturnya santai.

"Terserah! "

"Mendingan sama gue aja, ya nggak? Daripada ngejar-ngejar yang gak pasti? "

Lisa memutar bola matanya. Suaranya terdengar super datar. "Maksudnya apa? " gadis itu berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

"Mau dijelasin? " Jimmy memberi jeda beberapa saat. Namun tidak ada suara balasan dari telepon itu.

Jimmy menoleh menatap layar ponselnya yang menunjukkan kalau ia masih terhubung dengan Lisa.

"Halo? Masih disitu? " tanyanya.

"Kenapa? "

"Jadi dijelasin gak nih? "

"Gak perlu. "

"Gini deh. Jadi gue tadi maksudnya ma-"

Tut... Tut... Tut..

Lisa memutuskan sambungan telepon itu sepihak. Sementara Jimmy menatap teleponnya sambil tertawa.

"Imut banget sih tu cewek. Sayang ambisius. " gumamnya.

Tanpa diketahuinya, kalimat yang dia ucapkan memberi pengaruh besar bagi Lisa. Hingga kini saat sambungan telepon sudah terputus, Lisa bahkan masih bisa mendengar suara itu samar-samar di telinganya. Seperti rekaman audio yang sengaja diputar berulang-ulang.

Mendingan sama gue aja, ya nggak? Daripada ngejar-ngejar yang gak pasti?

Apa pula maksud lelaki itu. Kenapa jantungnya berdegup kencang karena ini? Pipinya bahkan sudah memerah. Tidak mungkin. Ia hanya mau Edwan. Bukan Jimmy. Jimmy hanyalah perantaranya.

Ketika sedang berdebat dengan dewi batinnya bel pintu rumahnya berbunyi. Padahal hari sudah lumayan sore.

Ting.. Ting..

Pikirnya itu pasti Eros. Lisa segera membuka pintunya. Benar dugaan gadis itu, Eros yang datang. Tanpa pikir panjang Lisa segera memeluk Eros. Lelaki itu sempat tersentak. Ia tidak menyangka Lisa akan memeluknya terlebih dahulu. Apa ini artinya, cintanya selama ini akan terbalas?

the Edge.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang