1

16.4K 469 20
                                    

Pertemuan di awal bisa jadi akan berubah menjadi perpisahan di akhir.

***

Rahma Pov

Hari ini adalah hari pertamaku untuk masuk sekolah. Ya, aku baru saja lulus dari SMP dan melanjutkan ke sebuah SMA yang ada di Jakarta. Sebenarnya rumahku ada di Yogyakarta. Namun, aku dipaksa kakak laki-lakiku untuk melanjutkan sekolah di Jakarta agar bersamanya. Jadilah aku SMA di Jakarta. Tinggal bersama nenek, kakek, dan kakakku. Ia beda tiga tahun denganku.

"Kak!" teriakku. Aku berada di depan rumah. Sedangkan kakakku masih bermalas-malasan. Memang, hari ini kakakku masih menganggur. Sebab, perkuliahannya masih dua minggu lagi dilaksanakan.

"Kakak! Cepetan woy!" teriakku kembali.

Huh. Menunggunya itu seperti menunggu mantan mengajak balikan. Eh. Buat apa mengharapkan orang yang tidak pasti?

"Apa sih Ra?" tanya Kak Hikam dan dia masih menggunakan boxer dengan kaos yang jelek. Serius. Walaupun ku akui, wajahnya masih terlihat tampan.

"Anterin gue ini hari pertama mos!" ucapku dengan sebal. "Berangkat sendiri sono! Naik angkot," ucapnya. Enak ya kalau ngomong. Tinggal ceplos. Padahal, tadi dia yang maksa buat anter. Habis sholat subuh.

"Pala lu naik angkot! Ini udah diambang batas woy! Ayo anterin!" ucapku seraya menarik pergelangan tangan Kak Hikam.

"Iye bentar. Gue ganti baju dulu," ucap Kak Hikam.

"Gak usah! Ini udah telat!" ucapku. Namun, Kak Hikam tetap diam. "Gue mau ngambil kunci mobil ding," ucap Kak Hikam. Aku pun mengangguk.

Dengan segera Kak Hikam mengambil kunci mobilnya, lalu dia segera melajukan mobilnya. Aku berharap hari ini aku tidak telat karena jika aku telat. Aku membayangkan seperti cerita-cerita di wattpad, aku akan bertemu seorang badboy. Lalu ia dan aku saling suka. No! Aku tidak mau dengan badboy! Cukup kakakku yang badboy.

***

Aku sampai di sekolah dengan selamat. Segera aku berlari ke arah lapangan karena sebentar lagi acara pembukaan mos akan dimulai. Hari ini cuaca panas sekali. Sepanas hatiku ketika melihatnya bersama orang lain. Eh. Serius. Hari ini cuaca panas sekali. Lalu selepas upacara, para murid baru pun disuruh ke kelas masing-masing.

Aku berjalan dengan langkah tidak semangat. Memang aku akui. Kakak kelas di sekolah ini tampan-tampan. Angkatanku pun ada yang tampan. Namun, sepertinya di kelasku ini tidak ada yang tampan. Oh sebentar. Aku meralat omonganku sejenak. Ada dua orang yang tampan, duduk di pojokan kelas.

Yang satu matanya bagus. Berwarna coklat, wajahnya pun tampan. Sedangkan yang satunya sih tampan. Namun, wajahnya seperti orang yang songong. Hih.

"Permisi," ucap seseorang. Aku menoleh padanya. Dia perempuan yang manis. Menurutku. "Iya?" tanyaku.

"Boleh duduk sini nggak?" tanyanya. Aku mengangguk. Lalu ia mulai duduk. Entah kenapa, aku merasa ada yang memperhatikanku.

Ketika aku menoleh. Benar saja, si anak sok keren itu sedang melihatku. Walaupun aku melihatnya balik, ia tetap melihatku. Hingga teman sebangkuku menepuk pundakku karena ada osis yang datang ke kelas.
Aku sedang berjalan dengan teman sebangkuku itu. Dia bernama Wulan. Dia sama sepertiku mengambil jurusan ipa. Kami sedang menuju aula dikarenakan ada acara sosialisasi.

Di sana, aku merasa mengantuk. Mana kemarin aku tidak bisa tidur karena di rumah nenek ada kebun yang sedang direnovasi. Mataku mulai menipis watt-nya dan aku pun bersandar di pundak Wulan. Mulai mencari posisi nyaman.

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang