21

4.3K 194 0
                                    

Sekarang, aku harus bersaing dengan masa lalumu agar kamu menetap di sisiku. -Dana

***

Dana menegelamkan kepalanya pada dua lipatan tangannya, ia mengantuk karena kemarin di rumahnya kedua orang tuanya kembali bertengkar, kejadian itu membuatnya tidak bisa tidur, karena di rumah memang hanya ada Dana dan kedua orang tuanya, kakak dan adiknya sedang berada di rumah nenek mereka.

"Oi Dan," sapa Azka seraya duduk di tempat Rahma, Rahma sedang rapat sekretaris, karena memang ia sekretaris kelas. Dana mengadah, ternyata Azka, lalu ia kembali ke posisi semula.

"Disapa seharusnya dijawab kek apa kek, ini cuma dilihat doang," ucap Azka membuat Dana berdehem dan berkata, "apa?"

"Gak papa, gue cuma mau nyapa aja, kenapa sih lo tidur? Kemarin begadang?" tanya Azka. "Hm," jawab Dana.

"Wah jangan tidur kemaleman Dan, Rahma gak suka sama cowok yang tidur kemaleman, terus juga jangan males-males, yang rajin dikit gitu kek," ucap Azka membuat Dana menegakkan badannya.

"Inti omongan lo itu apa?" tanya Dana, jujur perkataan Azka sulit dipahami Dana.

Azka menyengir. "Intinya jangan malas sama tidur kemaleman, Rahma gak suka cowok gitu," ucapnya kemudian.

Dana mengerutkan dahinya. "Terus? Tujuan lo ngomong gitu apa?" tanya Dana bingung.

Azka sedikit mendekat ke Dana, ia berbisik, "lo suka sama Rahma 'kan? Gue kasih tahu ciri-ciri cowok yang dia sukai," ucapnya lalu ia menjauh dari Dana.

Wajah terkejut Dana membuat kesenangan tersendiri bagi Azka, memang sudah lama ia mengawasi Dana dan karena wajah Dana yang terkejut seperti ini membuat dugaannya benar.

"Gue gak suka dia," tandas Dana kemudian, setelah beberapa menit terdiam. "Yakin? Gue cukup mengamati lo, dan hasilnya itu kalau lo suka sama dia, akui aja lah," ujar Azka, ia menyigar rambutnya yang agak panjang itu.

"Pengamatan lo belum cukup," gumam Dana. Azka tersenyum miring kemudian ia berkata, "cukup kok, ketika lo selalu curhat ke dia, itu udah cukup membuktikan tentang kadar suka lo ke dia."

Dana terdiam ia melirik Azka, sebenarnya apa maunya? Tiba-tiba datang dan membicarakan Rahma, memang benar kalau ia menyukai Rahma, karena Rahma adalah sosok yang menyenangkan bagi Dana.

"Terus?" tanya Dana. "Akui aja kalau lo suka dia, benar 'kan?" tanya Azka lagi.

"Kalau gue akui gue suka dia gimana?" tanya Dana dengan nada sedikit mengintimidasi. Sejujurnya ada beberapa pasang mata yang melihat mereka berdua.

"Ya gak papa, gue cuma ingetin aja jangan sakiti dia, jangan pengaruhin dia tentang hal apapun yang gak baik, dan jangan buat dia nangis," ucap Azka dengan nada serius. "Kalau itu gak usah lo suruh gue bakal lakuin," jawab Dana tanpa sadar.

Azka tersenyum miring. "Ya udah kalau gitu lo hindari hal-hal yang dibenci sama dia, biar dia suka sama lo," ucap Azka. Kali ini Dana yang tersenyum miring. "Buat apa? Dia juga bakal suka sama gue tanpa gue menghindari hal-hal yang dibenci dia," ujar Dana.

"Lo yakin dia bakal suka lo? Setahu gue dia milih cowok yang baik-baik," ucap Azka. Percakapan mereka mulai menimbulkan hawa yang buruk bagi sekitarnya.

"Secara gak langsung lo berkata gue cowok yang gak baik tanpa tahu luar dalem gue," ucap Dana, terlihat sekali wajah kesal yang terpampang di wajah Dana.

"Gue cuma mengutarakan pendapat gue," ucap Azka.

"Oke, kalau lo sendiri gimana?" tanya Dana, Azka menolehkan kepala seraya berkata, "gimana apanya?"

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang