Kata berpisah, bukan akhir dari segalanya bukan?
***
Tak terasa Ujian Nasional sudah di depan mata, sistem Ujian kali ini adalah menggunakan cbt, namun untuk Azka, ia menggunakan manual karena ia masih berada di rumah sakit.
Tak terasa kalau sebentar lagi Rahma akan menjadi seorang mahasiswi dan akan menghadapi hari-hari yang dipenuhi dengan tugas yang lebih menumpuk dari biasanya.
Tak terasa pula, Dana akan melepas Negara kesayangannya karena mamanya sudah mengirimnya ke luar negeri untuk berkuliah di sana, ia akan tinggal bersama tantenya.
Kali ini Rahma dan Dana mendapat sesi dan kelas yang sama, membuat keduanya yang awalnya tak saling menyapa mau tak mau harus belajar bersama. Itu karena program yang dilakukan sekolah, yaitu program belajar bersama sebelum Ujian Nasional.
Selama seminggu penuh Dana dan Rahma belajar bersama, namun tak ada percakapan yang mereka mulai. Hingga, saat ujian tiba, akhirnya mereka melakukan sebuah percakapan.
"Ra," panggil Dana membuat Rahma menoleh. "Iya?" tanya Rahma.
Dana menghela napas lalu ia menampilkan senyumnya ke arah Rahma. "Semoga berhasil ya ujiannya," ujar Dana. Rahma tertegun, rasanya seperti ada sesuatu yang menggelitik dalam dirinya, mungkin ia terdengar lebay, namun ini yang dirasakan Rahma.
"Iya, lo juga ya. Semoga berhasil," ucap Rahma dengan tersenyum. Lalu, tiada percakapan yang terjadi antara keduanya. "Rencana kuliah dimana?" tanya Dana. "Ke UI kalau keterima SNMPTN nanti," jawab Rahma.
Dana hanya menganggukkan kepalanya. "Kalau lo?"
Dana terdiam, ia berusaha membuat kata-kata yang tak men-isyaratkan kalau ia akan pergi ke luar negeri. "Wah, gue gak tahu, intinya udah disiapin sama nyokap," ujarnya. Kali ini Rahma yang menganggukkan kepala.
Beberapa detik kemudian, ada pengumuman jika murid harus pergi ke aula untuk mengikuti doa bersama agar Ujian Nasional berjalan dengan lancar.
***
Seminggu sudah berlalu, Rahma sudah selesai Ujian Nasional membuatnya tenang.
"Dek," panggil Hikam. Hari ini jadwal Rahma untuk menjaga kakak satu-satunya ini. "Apa?" tanya Rahma, ia sedang mengupas buah apel untuk Hikam. "Kabar Azka gimana?" tanya Hikam.
"Alhamdulillah baik aja sih, cuma ya kadang masih ada perdarahan dikit, makanya belum bisa keluar dari rumah sakit," jawab Rahma tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Oh gitu, kalau kabar Dana gimana?" tanya Hikam. Rahma terdiam, tangannya berhenti mengupas dan ia mengatur napasnya sejenak.
"Gak tahu, habis ujian dia gak ada kabar," jawab Rahma. Memang, sesudah ujian Dana tiada kabar bagi Rahma, entah Rahma tak tahu perginya Dana. Rahma juga sudah menanyakan keberadaan Dana kepada Rega, namun Rega menjawab kalau ia sudah berjanji akan tidak membocorkan pada siapapun tentang keberadaannya.
"Galau ya," celetuk Hikam diselingi tawanya. Rahma berdecak, kemudian ia menyerahkan apel kepada Hikam.
"Enggak biasa aja, buat apa digalau in, udah capek," ujar Rahma. "Ututu kasihan," ucap Hikam seraya mencubit kedua pipi Rahma dengan gemas.
"Ih apa an sih, lepas!" ujar Rahma, ia menepuk tangan kakaknya dengan sebal, namun Hikam tak membiarkan tangannya lepas begitu saja. Ia terlalu merindukan adik kesayangannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Teen FictionNyatanya, menyukai seseorang yang disukai banyak orang membuat Rahma harus terdiam dengan rasa sukanya. Apalagi semenjak orang yang disukainya ternyata menyukai orang lain. Membuat rasa yang ada padanya harus terpendam dalam. Seseorang yang disukai...