3

8.8K 270 4
                                    

Perkenalan sebuah awal untuk menjadi dua orang yang berkaitan.

***

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah dengan normal, maksudnya adalah, hari ini adalah hari pertama masuk sebagai murid di Sma Tunas Bangsa tanpa mos-mos lagi.

Aku berjalan di lorong sekolah untuk mencari kelasku. Kemarin, ada sebuah grup yang dibentuk untuk kelas sepuluh, lalu di sana, kami diberi pengarahan tentang kelas kami masing-masing, akhirnya aku pun tahu kalau aku masuk ke kelas 10 Mipa 3.

"Ra!" teriak seseorang, aku menoleh ke belakang, di sana ada Wulan dengan cengiran khasnya, aku baru ingat, kan Wulan sekelas denganku.

"Duduk sama siapa?" tanyaku padanya.

"Sama lo, iya 'kan?" tanya Wulan, aku hanya mengangguk, lalu kami pun menuju ke lantai tiga, ke kelas 10 Mipa 3.

"Si Azka sama Fito sekelas sama kita?" bisikku, sebab di depan kelas 10 Mipa 3, ada mereka berdua, dengan duduk-duduk santai.

"Iya dong, asik 'kan? Jaka juga sekelas sama kita," ucap Wulan, lalu mataku melotot.

"Jaka yang kemarin gue ceritain?" tanyaku, Wulan mengangguk sebagai jawaban.

"Nah, tuh dia lagi sama Fito," ucap Wulan, aku menoleh, benar saja Jaka, Fito, dan Azka sedang duduk-duduk.

Aku berjalan melewati mereka, aku pun memilih untuk duduk di bangku ke tiga di barisan paling kanan.

"Eh Lan, ayo ke kantin!" teriak Fito. "Gebetan lo kagak romantis amat, manggilnya teriak, kok gak disamperin," ucapku.

"Gak tahu, lo ikut apa enggak?" tanya Wulan. "Ikut kemana?" tanyaku.

"Ke kantin lah, sama Azka juga," ucap Wulan, seperti ada peringatan akhirnya aku pun menggeleng. "Gak deh," jawabku.

"Kenapa? Ada Azka lo," goda Wulan, namun tetap saja aku menggelengkan kepalaku sebagai jawaban. "Oke deh, gue duluan ya," ucap Wulan, lalu aku pun mengangguk.

Aku bosan, akhirnya aku lebih memilih mendengarkan lagu dan ikut dalam iramanya, tiba-tiba ada yang duduk di sebelahku, ternyata dia adalah Azka.

"Lo ngapain di sini?" tanyaku, aku terkejut, ya bagaimana, si Azka tiba-tiba muncul di sebelahku.

"Kenapa? Gak boleh?" tanyanya dengan wajah datar, namun aku tak menggubris pertanyaannya, karena ya, agak grogi ini.

"Ya udah kalau gak boleh, gue pergi," Azka berdiri, dengan segera aku menarik tangannya.

"Eh jangan, lo gak papa kok duduk di sini," ucapku, seketika aku tersadar jika tanganku berada di lengan Azka.

"Sorry-sorry," ucapku dengan tersenyum.

Azka melihatku dengan wajah datar, jujur, aku takut ia marah, karena tatapannya seperti tak enak untuk dilihat, aku hanya meneguk ludah dan tersenyum, namun Azka tetap saja datar, aku pun memilih untuk diam.

Lima menit kemudian, Azka tertawa, aku menoleh, ia tertawa lepas, lah? Ini orang masih sehat 'kan? Kok ketawa-ketawa sendiri?

"Muka lo kocak," ucap Azka di sela-sela tawanya. "Ha?" jawabku.

"Gue gak marah sama lo, tapi muka lo kayak ketakutan gitu, sumpah kocak parah," ucap Azka dengan tertawa, aku cemberut, ternyata aku dikerjai.

"Tahu deh Ka," ucapku kesal. "Eh eh, jangan marah dong Ra," ucap Azka aku hanya mengangguk.

"Yakin?" tanya Azka dengan mengikutiku, aku menuju ke bangku ku.

"Iya," jawabku dengan sebal. "Jangan marah lo, soalnya kalau marah, cantik lo hilang," ucap Azka, seketika aku menahan senyumku.

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang