34

4.2K 185 8
                                    

Hari-hari kelabu akan berlalu dan diganti dengan hari-hari cerah yang menyenangkan.

***

Suasana rumah sakit cukup mencekam karena dokter sedang mengatasi Azka yang detak jantungnya tak teratur.

Tangan Rahma mulai bergetar, entah mengapa ia tak mau mimpinya menjadi nyata, mimpi yang memperlihatkan orang yang dulu ia sayangi akan tiada. Ia menunduk, ia tak tahu harus berbuat apa.

"Dia tadi kenapa Tan?" tanya Rahma pada ibu Azka. "Tadi ada perdarahan, ternyata luka Azka yang ada di kepalanya membuka, jadinya dia harus dioperasi, Tante khawatir," ujar ibu Azka.

Rahma terdiam, ia sangat khawatir dengan Azka, sebab seseorang yang memiliki penyakit hemofilia jika dioperasi maka menguras banyak darah dan itu dapat membahayakan nyawanya.

"Kamu sabar ya," ucap ibu Azka dengan menggenggam tangan Rahma.

Rahma pun mulai mengangkat wajahnya. Rahma mulai tersenyum. "Azka akan baik-baik aja 'kan Tan?" tanya Rahma membuat Ibu Azka mengangguk dengan menitikan air mata.

Rahma mulai memeluk ibu Azka, ia tak mau ketakutan terbesarnya akan menjadi nyata.

Tuuuut. Tuuuut. Tuuuut.

Terdengar bunyi detak jantung Azka walau terlihat lemah, membuat Rahma tersenyum lega.

Beberapa jam kemudian, Dokter mengatakan bahwa Azka mulai tersadar, dan orang yang ia cari adalah keluarga. Dengan segera, ibu, ayah, dan adik Azka mulai bergantian memasuki ruangan.

Rahma tersenyum melihat keadaan keluarga Azka. "Mbak yang namanya Rahma ya?" tanya seorang suster membuat Rahma menoleh seraya berkata, "iya."

"Masnya sering sebut nama mbak loh," ucap suster. "Oh iya sus?" tanya Rahma. "Iya, terus pernah satu kejadian, saya lagi ganti infusnya, eh dia ngigau nama mbak sama bilang kalau mbak itu salah satu orang yang ia sayangi." Rahma yang mendengar ucapan suster hanya mampu tersenyum.

Tiba-tiba Lisa keluar.

"Kak, dicariin Kak Azka," ucap Lisa membuat Rahma berpamitan pada suster dan mulai memasuki ruangan.

Rahma tersenyum melihat wajah Azka yang pucat dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Ha-hai," ucap Azka dengan serak, membuat Rahma menahan air matanya. "Hai Ka," ucap Rahma dengan nada cerianya.

"Apa kabar nyet?" tanya Azka membuat Rahma tersenyum. "Alhamdulillah baik nih," jawab Rahma. Untuk informasi Rahma dan Azka terakhir bertemu sebelum Ujian Nasional.

"Lo gak kangen gue?" tanya Azka. "Sayangnya enggak tuh," ledek Rahma seraya menjulurkan lidahnya. "Ya, gue kangen elo tapi," ucap Azka, ia menunjukkan wajah melasnya pada Rahma membuat Rahma terdiam.

Beberapa saat hanya hening yang terjadi di antara keduanya.

"Apa kabar ya Dana?" tanya Azka. Rahma menghela napas, sudah lama ia mencari Dana namun hasilnya nihil, tetap saja ia tak menemukannya.

"Gak tahu, gak jelas, burem," keluh Rahma membuat tangan Azka terulur untuk mengacak rambut Rahma.

"Makanya, kalau suka itu diperjuangin, kan kalau udah hilang gini nyari," sindir Azka membuat Rahma memutar bola matanya.

"Siapa suka siapa?" tanya Rahma.

"Itu, si Rahma suka Dana," ucap Azka membuat Rahma mencubit lengan Azka. "Enak aja kalau ngomong!"

"Emang bener 'kan? Gak ceweknya, gak cowoknya sama-sama gengsi. Kalau begini, kapan majunya?" tanya Azka membuat Rahma terdiam, ia tak mampu membalas perkataan Azka yang tepat sasaran.

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang