10

5.6K 226 7
                                    

Aku hanyalah penambah ceritamu, Sementara dia, yang menjadi cerita sesungguhnya.

***

Hari ini aku sedang berjalan-jalan dengan Kak Hikam, sedangkan Vino sedang ke rumah Gina. Kemarin Vino menceritakan pertemuannya dengan Gina, dan sekarang Vino ingin mendekati Gina.

"Vino tadi kemana? Kok gak ikut?" tanya Kak Hikam. "Ke rumah temen gue, mau ngapel dia," jawabku yang hanya diangguki Kak Hikam.

"Makan yuk," ajak Kak Hikam yang hanya aku angguki. Akhirnya aku dan Kak Hikam pun memesan makanan.

"Tumben ajak jalan gue? Bukannya ajak jalan sang gebetan," godaku yang membuat Kak Hikam menjitak kepalaku.

"Ye, anak kecil sok tau aja," ledek Kak Hikam yang membuatku mendengus.

"Gue ajak jalan lo, soalnya gue mau curhat sama lo," ucap Kak Hikam.

"Katanya gue anak kecil, kok curhatnya sama anak kecil," ucapku yang membuat Kak Hikam cengengesan.

"Ya gak gitu, gue mau curhat soal gebetan gue nih," ucap Kak Hikam. "Ya udah, curhat aja," ucapku.

"Gebetan gue ini orangnya cuek masa, emang si gue sama dia udah deket lama, gue dari dulu perjuangin dia, dia luluh sama gue, tapi gue bingung, cara nembak dia gimana?" tanya Kak Hikam yang membuatku tertawa.

"Jadi lo cuma bingung nembak? Astaga Kak," ucapku seraya menggelengkan kepalaku. "Ya tinggal bilang, 'lo mau gak jadi pacar gue?' gitu aja kok repot," ucapku yang membuat Kak Hikam mendengus.

"Menurut lo gitu aja gampang? Kagak lah," ucap Kak Hikam yang membuatku berpikir.

"Ya udah, lo datang ke rumahnya dia, minta izin sama orang tuanya dia buat pacaran, terus kalau udah, lo tembak di rumahnya," ucapku yang membuat Kak Hikam mengangguk-anggukkan kepala. "Terus?" tanyanya.

"Ya nembaknya di halaman belakang rumah aja, sama bucket bunga. Lo bilang, 'mau gak jadi pacar gue?' udah gitu aja," saranku yang sepertinya disetujui oleh Kak Hikam. "Boleh juga sih cara lo," ucap Kak Hikam.

"Namanya siapa?" tanyaku. "Fifi," jawab Kak Hikam. "Semoga berhasil deh," ucapku yang membuat Kak Hikam tersenyum lebar.

"Yoi. Kalau lo gimana?" tanya Kak Hikam. "Gimana apanya?" tanyaku dengan mengerutkan dahi.

"Udah move on belum sama mantan?" tanya Kak Hikam. "Ya udah lah ya, mantan mah udah lewat," ucapku dengan sok, padahal mah, aku move on-nya baru-baru ini.

"Gayamu dek dek," ucap Kak Hikam. "Lagian buat apa sih susah move on? Gak guna, masa iya yang sini susah move on, yang sana udah move on, gak lucu."

Setelah aku berkata, makanan kami datang, akhirnya aku dan Kak Hikam makan dengan candaan yang terlontar dari Kak Hikam.

"Habis ini kemana?" tanya Kak Hikam setelah selesai makan. "Jalan-jalan aja, siapa tahu ketemu sesuatu yang wow," ucapku yang diangguki Kak Hikam.

Selama berjalan aku dan Kak Hikam tak henti-henti-nya saling melontarkan candaan.

"Rahma?" beo seseorang yang membuatku menoleh. "Jaka?" beoku juga. "Siapa lo Ra?" bisik Kak Hikam. "Temen sekelas gue," jawabku.

"Em ... kenalin Jak, ini kakak gue, namanya Hikam," ucapku yang membuat Jaka tersenyum pada Kak Hikam.

"Jaka, temannya Rahma," ucap Jaka. "Hikam," ucap Kak Hikam seraya berjabat tangan dengan Jaka.

"Lo sendiri Jak?" tanyaku setelah lama hening menghinggapi kami bertiga.

"Oh enggak, gue sama nyokap gue, tapi nyokap gue lagi beli baju, jadinya gue jalan-jalan deh," jawab Jaka yang membuatku mengangguk-angguk kan kepala. "Reza gak diajak?" tanyaku.

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang