Terkadang hati berkata apa adanya, namun mulut berkata ada apanya.
***
Pagi yang cerah menyapaku dengan hangatnya, aku yang tengah duduk-duduk manis melihat Kak Hikam memangkas rumput yang ada di halaman rumah, ya sekarang aku pulang ke kampung halaman untuk liburan.
"Jangan duduk-duduk aja! Sini bantu," ucap Kak Hikam dengan kesal.
"Males," jawabku dengan minum teh hangat yang tadi sudah kubuat. "Adek durhaka," gumam Kak Hikam dan aku hanya menyengir biasa.
Tiba-tiba Mama datang dengan senampan kue kesukaan Kak Hikam.
"Kak, dimakan dulu kuenya!" teriak Mama yang membuat Kak Hikam langsung cuci tangan dan lari ke arah Mama layaknya anak kecil.
"Mama tahu aja, kalau kakak laper," ucap Kak Hikam. "Ya tahu lah," ucap Mama.
"Ma, temen Mama jadi ke sini?" tanyaku yang membuat Mama mengangguk. "Bentar lagi Mama jemput di bandara," ucap Mama.
"Emang temen Mama dari mana?" tanya Kak Hikam.
"Dari Jakarta, katanya mau liburan di Yogya, ya udah Mama suruh ke sini aja tinggalnya, mulai besok kita mau jalan-jalan," ucap Mama yang membuatku dan Kak Hikam mengerutkan dahi.
"Jalan-jalan ke mana?" tanyaku. "Keliling Yogya lah, 'kan temen Mama ke sini," ucap Mama yang membuatku dan Kak Hikam berseru kata 'o'.
"Ma, ayo ke bandara!" ajak Papa. "Iya," jawab Mama, lalu Mama dan Papa pun berangkat.
"Lo ikut gak?" tanya Kak Hikam. "Ikut kemana?" tanyaku. "Ikut jalan-jalan," jawab Kak Hikam.
"Daripada suntuk di rumah, mending ikut jalan-jalan," ucapku yang membuat Kak Hikam mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Nenek sama kakek mana?" tanya Kak Hikam. "Di kebun," jawabku.
***
Kak Hikam sedang berjalan-jalan dengan teman-temannya, ia berkata kalau itu reuni, kalau aku? Aku punya jadwal sendiri dengan teman-temanku, namun bukan sekarang.
Ketika aku sedang mengelus kucingku, tiba-tiba ada ketukan pintu kamar, yang membuatku membukanya.
"Kamu itu di kamar mulu, di bawah ada temen Mama lo," ucap Mama tiba-tiba. "Ya aku gak tahu Ma," jawabku beralasan.
"Ya udah ayo ke bawah, ketemu sama temen Mama," ucap mama yang membuatku berjalan mengekori Mama. Sebenarnya aku malas, tapi apa boleh buat?
Aku bersalaman dengan sopan pada teman mama, aku akui anak pertamanya tampan, namun ia seumuran dengan kakakku.
Anak keduanya sedang di kamar mandi, katanya sih cowok dan seumuran denganku, bisa lah kalau buat gebetan, ya 'kan? Nah, kalau yang terakhir ini perempuan, ia manis nan cantik, masih berumur sepuluh tahun.
"Kamu sekolah dimana emang?" tanya Tante Kayla, teman mama.
"SMA Tunas Bangsa tan," jawabku yang membuat mata Tante Kayla berbinar. "Wah! Anak tante juga sekolah di situ," ucap Tante Kayla.
"Oh iya?" tanyaku. "Iya, kayaknya kamu kenal deh sama anak tante, aduh dia lama di kamar mandinya," ucap Tante Kayla, aku hanya tersenyum.
Satu sekolah denganku? Siapa? Kenapa aku merasa akan ada musibah kepadaku?
Author Pov
Tiba-tiba ada seseorang yang berkata, "maaf lama," ucapnya. Rahma menoleh, seketika mata Rahma dan mata seseorang melotot bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Teen FictionNyatanya, menyukai seseorang yang disukai banyak orang membuat Rahma harus terdiam dengan rasa sukanya. Apalagi semenjak orang yang disukainya ternyata menyukai orang lain. Membuat rasa yang ada padanya harus terpendam dalam. Seseorang yang disukai...