Untaian kejadian, hanya akan menjadi kenangan.
***
Matahari mulai menampakkan teriknya, membuat Rahma harus menggeliat, menutupi wajahnya dengan selimut lagi.
"BANGUN! UDAH JAM SEGINI! BAGUN!" teriak Hikam dengan menarik selimut Rahma.
"Apa an sih," keluh Rahma dengan menutupi wajahnya lagi. "Bangun! Kita mau ke pantai hoi!" ucap Hikam dengan menarik selimut Rahma dan melipatnya.
"Kak Hikam ih!" ucap Rahma. Penampilannya acak-acakan, rambut yang berantakan, kaos lengan panjang dan celana pendek kesayangannya.
"Rapiin tuh rambut, terus mandi, cepetan, satu jam lagi mau ke pantai," ucap Hikam memperingatkan agar adik kesayangannya ini tak tidur lagi.
"Eh iya btw, kamar mandi atas airnya mati, jadi mandi di bawah aja ya," ucap Hikam seraya pergi.
Beberapa menit kemudian Rahma bangkit dari kasurnya dan mulai membereskan kamarnya yang agak mirip kapal pecah.
Rahma Pov
Aku mulai menuruni anak tangga dengan membawa gayung yang berisi peralatan mandiku dan handuk yang aku selempangkan ke pundakku.
Suhu udara di sini cukup hangat membuatku terbiasa walaupun mengenakan celana pendek.
"Baru bangun?" tanya seseorang dari arah dapur membuatku segera menoleh. Ternyata dia adalah Dana.
"Iya," jawabku dengan menaruh gayungku sejenak. Aku ingin meminum air putih.
"Cewek kok bangunnya jam setengah tujuh," ejeknya membuatku memutar bola mataku. "Berisik," jawabku padanya.
"Cepetan mandi, bau lo busuk," ejek Dana lagi membuatku menjitak kepalanya.
"Enak aja kalau ngomong!" protesku seraya berjalan ke arah kamar mandi, di sekolah maupun di rumah sama saja. Sama-sama menjengkelkan!
***
Semua sudah bersiap, kami akan pergi ke Pantai Teritis.
"Mobilnya mogok," ucap Papa membuatku menghela napas. "Terus? Sekarang gak jadi?" tanyaku.
"Yaaa, padahal besok aku pulang, masa sekarang gak jadi," ucap Tasya dengan raut wajah yang terlihat jelas kalau dia kecewa.
"Gimana kalau pakai sepeda aja?" tawar Kak Hikam.
"Sepeda di rumah cuma ada dua," ucap Mama, seketika Papa berseru.
"Oh ya udah kalau gitu, mending kalian berlima aja yang ke pantai, Mama sama Papa gak ikut atau nanti kami menyusul. Gimana?" tawar Papa membuat Kak Hikam tersenyum miring sekaligus melirikku.
"Ya udah, aku sama Fahrul sama Tasya. Kalau Dana sama Rahma, gimana?" tanya Kak Hikam membuatku mendelik.
"Gue harusnya sama lo Kak Hikam! Kak Fahrul sama Dana sama Tasya juga!" ucapku dengan sedikit protes.
Bagaimana tidak protes? Masa aku harus bersama terus dengan Dana. Cowok yang menyebalkan.
"Udah, gue lebih suka usul Hikam. Ayo berangkat, keburu siang," ucap Kak Fahrul membuatku sedikit menganga.
Jadi? Aku harus bersama cowok menyebalkan bin tak menyenangkan ini?
"Mau ikut apa gak lo?" tanya Dana membuatku melangkah pasrah. Semoga, hariku menyenangkan tak menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Teen FictionNyatanya, menyukai seseorang yang disukai banyak orang membuat Rahma harus terdiam dengan rasa sukanya. Apalagi semenjak orang yang disukainya ternyata menyukai orang lain. Membuat rasa yang ada padanya harus terpendam dalam. Seseorang yang disukai...