18

4.5K 192 0
                                    

Jadilah layaknya mentari di pagi hari, karena dapat menyejukkan hati, jangan jadi seperti petir pada hujan pagi, sebab dapat menyakiti hati.

***

Hari kamis, hari dimana kelas 11 Mipa 3 mulai sibuk-sibuknya dengan tugas yang ada.

"Ra, nyontek dong," pinta Dana membuat Rahma menghela napas.

"Lo rajin dikit kenapa si Dan, gemes gue," gumam Rahma seraya menyerahkan buku tugasnya pada Dana.

"Lo gemes sama gue?" tanya Dana dengan menyalin jawaban Rahma. "Hm." Rahma duduk di samping Dana dengan membaca novelnya.

"Jangan!" seru Dana membuat Rahma menoleh. "Kenapa?" tanya Rahma dengan raut wajah bingung.

Dana menoleh dengan menunjukkan senyum konyolnya. "Soalnya kalau lo gemes, lama-lama bisa jadi suka tahu," ujar Dana membuat Rahma menjitak kepala Dana.

"Percaya diri lo turunin dikit ya, gedek yang denger," ucap Rahma.

Rahma pun lebih memilih duduk di luar kelas membuat Dana melempar penghapus ke arahnya.

"Jangan jauh-jauh lo dari gue, kalau kangen baru tahu rasa!" serunya membuat Rahma melempar kembali penghapus kepada Dana.

Rahma menarik napas, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Duduk di samping Dana membuatnya harus siap-siap selalu menguras tenaga.

"Sabar dong Bu, namanya juga Dana pasti sifatnya gitu," ucap Azka dengan duduk di samping Rahma. "Iya Ka, lama-lama gue kebal kok," jawab Rahma.

"Makin deket aja," ledek Azka membuat Rahma melirik sarkas ke arahnya. "Deket pala lu botak, orang setiap hari bertengkar mulu," jawab Rahma dengan sedikit sebal.

"Lo tumben deket-deket sama gue, mau nagih apa an sih lu sama gue," ucap Rahma membuat Azka menyentil dahinya.

"Lo suudzon mulu sama gue Ra," ucap Azka membuat Rahma berdecak.

"Setahun gue temenan sama lu, gue mah sudah hapal kelakuan lo," ucap Rahma membuat Azka tersenyum yang menampilkan deretan gigi putihnya.

"Itu persiapan nembaknya gimana?" tanya Azka.

Rahma terdiam, ia melirik Azka yang menatapnya dengan penuh harap.

"Udah siap, kapan mau dilaksanain? Tapi lo udah setuju 'kan sama ide gue?" tanya Rahma dengan polos.

"Kalau gue gak setuju, gue gak bakal nanyain tentang kelanjutan nembaknya," ucap Azka membuat Rahma menepuk dahinya. "Eh iya ya, hehe," ujar Rahma dengan tertawa.

"Hari minggu aja, biar semuanya lancar, gimana?" tanya Azka. Rahma mengangguk sebagai jawaban.

"Terus enaknya dimana ya tempatnya?" tanya Azka.

"Wah gue belum tahu, tapi itu terserah elo sih, gue bakal kabarin anak-anak juga biar bantuin," ucap Rahma dengan tersenyum.

"Makasih ya Ra," ucap Azka.

"Buat apa?" tanya Rahma. "Buat semuanya sih, lo sahabat terbaik gue soalnya, kalau lo butuh apa-apa bilang ke gue. Inget ya," ujar Azka membuat Rahma tersenyum.

"Santai aja, yang jelas siap-siap jadi babu ya," ucap Rahma seraya menepuk pundak Azka. "Tai," balas Azka.

Hening mulai menyelimuti, Rahma ingin kembali dalam kelas, namun ia tak tahu kata apa yang harus ia katakan pada Azka.

Dana yang mendengar percakapan Azka dan Rahma dan mengetahui keadaan Rahma, kemudian Dana keluar kelas.

"Ra, gue gak paham itu tulisan lo. Tulisan kek ceker ayam gitu," ucap Dana. "Eh, tulisan lo yang kayak ceker ayam, tulisan gue mah bagus," ucap Rahma membuat Dana gemas dengan Rahma.

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang