Rasa asing sering menelusup di sebuah ikatan persahabatan.
***
Pagi ini, aku berjalan dengan tak semangat, karena sedari tadi aku menjadi bahan bully-an dari Kak Hikam. Aku juga berjalan dengan lunglai, sebab, aku merasa tak enak badan.
"Oi!" ucap seseorang dengan menepuk pundakku. Aku menoleh, ternyata dia adalah Azka. "Ya," ucapku, lalu aku kembali berjalan, tak menghiraukan keberadaan Azka.
"Kenapa?" tanya Azka seraya berjalan berjajar denganku. "Gak papa," ujarku.
"Kok wajah lu pucat?" tanya Azka. "Bedak gue ketebalan kali," alasanku, Azka hanya mengangguk-anggukkan kepala.
"Eh lo tahu gak?" tanya Azka seraya berjalan terlebih dahulu, kemudian ia berjalan mundur, dengan melihat ke arahku.
"Gak."
"Gue belum selesai ngomong," ucap Azka. "Apa an?" tanyaku. "Ternyata rumahnya Risa, seperumahan sama gue, cuma ya jauh, beda gang gitu," ucapnya, aku terdiam beberapa detik.
"Terus?" tanyaku dengan wajah datar.
"Terus ya, gue gak nyadar, kenapa baru tahu sekarang ya," ucap Azka.
"Kan jauh, jadi gak pernah ketemu," ucapku. "Tapi kan pasti di awal gang ketemu," ucap Azka.
"Kalau beda berangkat sama pulang, emang bisa ketemu?" tanyaku dengan wajah datar, Azka pun seketika cengengesan.
"Oh iya," ucapnya, lalu aku pun berjalan terlebih dahulu, sebab Azka dipanggil oleh temannya.
***
Bel tanda istirahat kedua pun berbunyi, anak-anak segera melesat ke masjid atau kantin.
"Sholat?" tanya Wulan seraya mengambil mukenahnya. "Enggak, lagi dapet," jawabku tanpa mengalihkan perhatianku dari ponsel kesayanganku.
"Ya udah, gue duluan," ucap Wulan dengan berjalan bersama Gina.
Tiba-tiba bangku di sebelahku bergeser. "Halangan ya?" tanya Risa dengan menghadap ke arahku. "Iya," jawabku seraya melihat ke arah Risa.
Sunyi pun terjadi, karena aku terlalu fokus dengan ponselku, aku sedang berchat ria dengan Kak Hikam.
"Eh Ra," ucap Risa tiba-tiba. "Ya?" tanyaku dengan menoleh ke arahnya. "Gue baru sadar, kalau gue sama Azka satu perumahan," ucap Risa, aku pun menoleh.
Kebetulan yang sangat berkesan ya sepertinya, Azka tadi bilang begitu.
"Wow," ucapku. "Kok wow?" tanya Risa bingung.
"Tadi pagi, Azka bilang, dia juga gak nyangka kalau lo sama dia satu perumahan, eh sekarang, lo bilang juga sama gue, jangan-jangan kalian jodoh," ucapku dengan tersenyum cengengesan.
"Ha? Apa an sih Ra," ucap Risa. "Hayo lo! Suka ya sama dia," tudingku.
"Ya enggak lah, baru juga berapa hari masuk, masa langsung suka," ucap Risa.
"Ya sapa tahu? Cinta pandangan pertama."
"Emang ada?" tanya Risa. "Kalau menurut gue sih, ada," ucapku.
"Tapi menurut gue gak ada tuh," jawab Risa. "Kok bisa?" tanyaku dengan wajah polos.
"Ya pikir aja, cinta pandangan pertama, sekali pandang, langsung cinta? Seharusnya cinta itu mengenal lebih dalam, jangan hanya sekali pandang, kalau sekali pandang, itu biasanya nafsu, soalnya lihat dari luar aja," ucap Risa, aku pun hanya melongo, ada benernya juga ya Risa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasia
Teen FictionNyatanya, menyukai seseorang yang disukai banyak orang membuat Rahma harus terdiam dengan rasa sukanya. Apalagi semenjak orang yang disukainya ternyata menyukai orang lain. Membuat rasa yang ada padanya harus terpendam dalam. Seseorang yang disukai...