Epilog

6.7K 250 23
                                    

Sebelumnya aku mau minta maaf kalau cerita ini gantung di end 😂. Karena aku sengaja buat gitu, nah sekarang aku hadirin epilog dari kisah ini. HAHAHA. Ini udah fix chapter terakhir Pengagum Rahasia ya, jadi dia gak akan gantung kok, santai aja :v

Terus juga gak akan ada sequel kayak Penantian, soalnya chapter ini udah banyak, gak kayak Penantian yang dikit, hehehe. Semoga kalian suka sama epilog yang aku buat ya :'). Maaf juga kalau panjang, huehehe.

Udah deh ya, aku terlalu banyak omong, maaf 😂. Selamat membaca dan kita akan bertemu di lain cerita. HAHAHAHA. Aku mau bagi-bagi quote sedikit ya :v

"Mencintai dalam diam akan menyakitkan, namun mencintai dalam doa akan menyenangkan."

***

Rahma menghabiskan waktunya dengan meminum kopi yang ada di salah satu cafe kesukaannya dan Azka. Ia ingin mengenang masa lalunya dengan Azka di sini, dan benar.

Baru saja ia masuk ke dalam cafe, aroma kopi sudah merasuk dalam diri Rahma, membuat senyum kecilnya muncul, rasanya jika Azka di sini, Azka akan betah berada di Cafe ini.

Rahma memandang ke arah luar, walaupun tak ada hujan tapi pemandangan orang lalu lalang adalah pemandangan yang menyenangkan bagi diri Rahma.

Enam tahun lalu, ia dapat melihat senyum Azka yang merekah, dapat bercanda gurau dengan Azka, namun kali ini? Semuanya hampa, Rahma tersenyum kecil ketika mengingat kenyataan pahit itu.

Enam tahun lalu juga ia dapat berbincang dengan Dana, walaupun perbincangan mereka sedikit menyebalkan kalau Rahma boleh jujur, tak terasa enam tahun ia tak bertemu dengan Dana. Namun, mengapa rasa ini masih saja hinggap di hatinya?

Lagu Wherever You Are - 5 Second of Summer mengalun indah, memasuki telinga Rahma. Seketika senyum pahit Rahma muncul, rasanya lagu ini dapat memahami dirinya dan posisinya. Menurutnya lagu ini adalah lagu yang mewakili perasannya sekaligus lagu yang begitu menyebalkan bagi Rahma.

"Aduh maaf." Lamunan Rahma terhenti ketika ia mendengar bunyi benda terjatuh, dari kejauhan ia melihat ada seseorang pria menabrak bapak-bapak.

"Lain kali hati-hati dong Mas," ujar sang bapak membuat sang pria membungkukkan badannya seraya meminta maaf.

"Maafkan saya, saya tidak sengaja," ujarnya sopan. Entah kenapa Rahma tertarik melihat pria itu, padahal enam tahun belakangan ini Rahma seakan tak tertarik pada siapa-siapa.

"Iya sudah kalau begitu," ujar sang bapak.

Rahma terus melihat kepada sang pria hingga sang pria sempat menoleh. Mata mereka bertatap sebentar sebelum sang pria pergi meninggalkan Cafe. Rahma terdiam, ia mengenal jelas mata itu, mata milik Dana.

Rahma bergegas berlari berusaha mengejar Dana, banyak orang yang berlalu lalang membuat langkah Rahma sedikit terhambat, ia dapat melihat kalau sang pria itu semakin tinggi, Rahma tersenyum.

Dulu, Rahma hampir menyamai tinggi Dana, namun sekarang ia merasa kalau ia akan sebahu saja dengan Dana.

Rahma semakin mempercepat langkahnya, membuat ia menubruk beberapa orang. Ia pun bergumam maaf dan segera mengikuti Dana, hingga ia kehilangan jejak, lagi.

Mata Rahma melihat ke sepenjuru halaman depan lapangan indoor basket, ia menghela napas. Rasanya ia ingin menangis, namun ia masih punya akal. Mana mungkin ia menangis di depan lapangan. Akhirnya ia memasuki lapangan basket, untungnya hari ini lapangan itu terbuka untuk umum.

Pengagum RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang