2.

4.9K 171 1
                                    

Gia sangat senang bertemu dengan papa barunya, pak Fadlan sangat baik dan ramah. Tidak hanya itu pak Fadlan memiliki mobil yang bagus, serta memiliki supir sendiri, gia yakin hidupnya akan sama seperti Putri di kerajaan.

Mobil itu berhenti disalah satu kawasan elit di Jakarta Selatan, gia merasa sangat takjub melihat rumah yang sangat besar yang ada didepannya.
"Ayo masuk, kamu akan menemui mama" kata pak Fadlan dengan lembut.

Gia memasuki rumah besar itu dengan sedikit perasaan khawatir, khawatir dia tidak disukai, khawatir bahwa dia melakukan kesalahan yang akan membuat orang-orang di rumah itu mengusirnya dari sana.

"Mama, ini dia bawang merah" kata pak Fadlan dengan lembut kepada istrinya

Istri pak Fadlan sangat terkejut melihat sosok gia, dia berkata.
"Ini bawang putih pa, bukan bawang merah"

Sesaat kemudian gia merasa langit akan runtuh, gia tahu yang di maksud oleh ibu ini ada gita bukan dirinya.

Tanpa gia sadari, air matanya mengalir begitu deras, apakah nasibnya memang lebih bagus dari Gita, jika dia kembali tinggal di panti maka dia akan tambah di kucilkan oleh teman-temannya.

Walau tidak jelas, tapi gia bisa mendengar apa yang di ucapkan oleh istri pak Fadlan.

"Papa, Mama tidak mau dia, Mama mau gadis itu"

Gia tambah menangis tersedu-sedu.

"Baik ma, kita akan menemukannya" jawab pak Fadlan kemudian.

"Hay, gita. Mengapa kamu menangis?" Tanya pak Fadlan kepadanya

"Saya sedih karena saya tidak diinginkan" jelas Gia dengan suara serak

"Siapa yang bilang begitu, papa menginginkan mu" jelas pak Fadlan dengan sangat lembut

"Kita bisa mengambil 2 anak kan ma?" Tanya pak Fadlan kemudian

"Iya pa" jawab istirnya, karena dia juga tidak tega mengembalikan anak ini ke panti asuhan

***
Setelah kepergian gia dari panti asuhan, Gita menghabiskan banyak waktunya di perpustakaan panti, membaca banyak buku.
Tidak bisa di pungkiri kepergian gia seakan membuat Gita terasa hampa, di siang hari Gita akan membantu ibu pengasuh di dapur, sekedar mengobrol atau memotong sayur.

Tiba-tiba ibu pengasuh berkata "jika kamu besar, kamu ingin menjadi apa?"
"Ingin menjadi guru" jawab Gita dengan segera.
"Apakah aku bisa Bu?" Tambah Gita kemudian, karena dimatanya terlihat sedikit kehampaan.

bagi anak panti, lulus dan mendapatkan izajah SMA adalah suatu karunia, membayangkan bisa menjadi sarjana adalah keajaiban.

"Bisa, ibu yakin. Asalkan kamu menjadi anak yang pintar, baik dan pekerja keras" jawab ibu pengasuh dengan bijaksana.
"Iya Bu, aku akan ingat semuanya" jawab Gita dengan penuh semangat.

***
Gita sedang mempersiapkan diri untuk ujian memasuki sekolah dasar, dia sangat senang karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan teman-teman baru, dan mendapatkan ilmu baru disekolah. Gita semakin suka tinggal di panti, dia menyukai semua ibu pengasuh dan teman-temannya disana, Gita akan melakukan yang terbaik yang dia bisa untuk orang yang menyanyanginya.
Tiba-tiba ibu pengasuh membuka pintu, dan melihat kearah Gita yang sedang membaca buku dengan asik,
"Nak, ada yang ingin bertemu dengan mu" terlihat senyum merekah di wajah ibu pengasuh

Dengan enggan Gita berjalan ke arah ibu pengasuh, kemudian ia berjalan mengikuti ibu pengasuh ke ruangan kantornya.

Ketika mereka memasuki ruang kantor, Gita merasa tidak asing melihat wajah sang ibu.
"Hay gita, ibu sangat senang bertemu lagi dengan kamu" kata ibu itu dengan manis
"Maaf, karena ibu salah mengadopsi anak" lanjut wanita cantik itu.

Gita seakan kaget mendengar kata salah mengadopsi, jadi seharusnya dia yang akan di adopsi, bukan gia.
Sekilas Gita mengingat bahwa memang sang ibu mengetahui dirinya adalah bawang merah, bukan bawang putih.

Jika Gita menerima ajakan adopsinya, bagaimana dengan nasip gia, gia adalah anak yang rapuh, Gita tahu dirinya lebih kuat dari pada gia.
Gita tidak akan membiarkan saudaranya menghadapi Beban yang sangat berat.

"Aku sangat senang bertemu dengan ibu, masalah salah adopsi anak, aku tidak apa-apa Bu. Sepertinya Allah ingin aku tinggal disini, membantu ibu pengasuh dan bermain dengan adik adik yang lain " jawab Gita dengan bijaksana

"Gita, kamu harus memikirkan masa depan mu" potong ibu pengasuh dengan lembut

"Bukankah ibu pernah bilang, aku bisa mendapatkan cita-cita ku dengan bekerja keras, menjadi anak yang pintar, serta baik hati"
Tanpa Gita sadari air matanya mengalir begitu saja.

"Benar Bu, aku tidak apa-apa. Aku sangat menyanyangi gia, dan aku tidak akan mengambil apapun yang telah ia miliki "

Dalam hati kecil gita, ia tahu, sebenarnya gia lah yang telah mengambil apa yang seharusnya dia miliki.

Tiba-tiba ibu itu berkata, "jika kamu tidak ikut dengan kita, ibu akan membatalkan pengadopsian gia, karena pada awalnya ibu menginginkan kamu menjadi anak ibu"

Semua orang disana tahu apa jawaban Gita, semua orang sekarang tersenyum. Tetapi Gita tidak, gita tidak ingin merusak kebahagiaan gia.

Sell (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang