8

3.2K 156 1
                                    

Walau masalah keluarga masih tetap ada, mereka tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Semua orang di rumah tampak murung kecuali gia yang masih saja tertawa bahagia, semua orang rumah sangat senang melihat gia masih ceria seperti biasanya, setidaknya suasana itu bisa mejadi penghibur bagi mereka.

Gia telah pergi ke mall bersama teman-temannya, Gita hanya diam di rumah karena memang hari ini adalah jadwal dia untuk check up.

****
Gita sudah membuat janji dengan dokter jam 1 siang, awalnya hanya mama yang akan menemaninya, karena papa memang sudah tidak berkerja lagi akhirnya papa ikut dan menemani mereka.

Ruang tunggu rumah sakit ini sangat nyaman, tidak di ragukan lagi karena rumah sakit ini bertaraf internasional.
Gita bahagia melihat papa dan mamanya masih bisa tersenyum.

"Pasien atas nama Gita nurola"
Seorang suster memanggil namanya
Ternyata papa dan mamanya juga mendengar suara itu.

Mereka bertiga segera memasuki ruangan pemeriksaan.

"Ohh kamu, pasien yang dibawah oleh Adam" kata dokter Budi dengan santai.

"Adam siapa git? " Tanya papa dan mama Gita secara bersamaan.

Ohh.. namanya Adam, kata Gita dalam hati.

"Kecelakaan lalu lintas kan?" Tanya dokter itu lagi.

"Iya dok" jawab Gita polos.

"Setelah dari sini, nanti langsung ke ruangan dokter Agung ya, nanti kamu akan diantarkan oleh suster kesana" jelas dokter itu dengan lembut.

Tidak ada satupun diantara mereka yang bertanya siapa dokter Agung.

Kondisi Gita sudah lebih baik, dia sudah bisa berjalan walau dengan tertatih-tatih. Hari ini adalah jadwal check up dan pelepasan gips, setelah semuanya selesai mereka segera diantar ke ruangan dokter yang bernama Agung.

Di saat perjalanan, mama bertanya.
"Dokter agung siapa git" Tanya mama penasaran

"Gita Juga tidak tahu ma"

Ketika pintu Di buka, terlihat lah sosok Laki-laki itu.
Setengah baya, bisa di katakan umurnya tidak jauh berbeda dengan umur Papa Gita.

"Fadlan! " Sapa sang dokter dengan terkejut.
"Agung, astaga sudah lama tidak Bertemu"
Kedua Laki-laki itu berpelukan dengan sangat akrab.

Ternyata dokter agung adalah teman Papa Gita Di saat mereka berada Di bangku Sma.

Jadilah Gita Dan mamanya hanya menyaksikan keseruan dua orang yang sedang reonian, dari situ Gita tahu bahwa Adam adalah anaknya dokter agung. Berdasarkan informasi yang Gita dengar dari percakapan mereka, rumah sakit ini adalah rumah sakit keluarga dokter agung, tidak hanya itu, mereka Juga memiliki rumah sakit lain Di jakarta, dalam hati Gita berkata.
"Benar-benar Kaya"

Sesaat dokter agung melirik Gita Dan bertanya
"Kamu ingin melanjutkan ke universitas apa?"
Papa memang sudah menceritakan kepada temannya kalau Gita sedang dalam persiapan UN dan akan melanjutkan ke universitas.

Dengan mantap Gita menyebut salah satu Universitas yang cukup bagus dijakarta.
Dokter agung melanjutkan
"Kamu pasti pintar, sehingga memilih masuk ke keuniversitas itu?"
Papa kembali menjelaskan
"Dia sangat pintar, Dan rajin, dari Sd sampai sma selalu mendapatkan rangking 1 di kelasnya" ucap papa dengan sangat bangga.

"Benar kah, kamu sungguh beruntung fadlan" jawab dokter angung dengan senyum yang tulus.

"Saya hanya memiliki seorang anak, dia sangat sulit Di atur, malas belajar, setiap saat dia hanya bisa membuat aku pusing" jurhat dokter agung dengan lemas.

Kemudian ibu berkata "terkadang anak Laki-laki memang lebih keras, Kita harus lebih banyak bersabar"

Dokter agung mengganguk dengan setuju.

Tiba- tiba dia tersenyum dan mulai berkata

"Bagaimana kalau kamu kuliah kedokteran, saya akan memberikan kamu beasiswa sampai kamu mengambil spesialis, bayarannya kamu hanya harus bekerja Di rumah sakit ini"
Tawar dokter Agung tiba-tiba.

Papa sedikit kaget mendengarnya, karena papa tahu kuliah kedokteran memang sangat Mahal, mungkin dulu Papa bisa menyekolan Kan Gita disana, tetapi dengan kondisi keuangan keluarga mereka saat ini sangat sulit bagi gita untuk masuk ke fakultas tersebut. Karena terbatasnya dana mereka, Gita bahkan sudah mempersiapkan aplikasi beasiswa agar kedua orang tuannya tidak terbebani oleh dirinya, gita Juga akan bekerja part time untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"Terimakasih tawarannya dok, tetapi sayangnya Gita tidak ingin menjadi dokter, dia ingin menjadi guru" jawab Mama Gita dengan lembut.

"Astaga, mulia sekali cita-cita mu nak" jawab dokter agung dengan begitu antusias..
"Baik, tetapi jika kamu berubah pikiran, jujur saya sangat berharap kamu berubah pikiran, jangan sungkan untuk menelpon Dan menemui saya kapan saja" kata dokter agung kembali.

Pertemuan ini adalah pertemuan yang luar biasa, dokter Agung tahu Fadlan adalah laki-laki yang baik dan pekerja keras. Mereka sangat akrab di zaman SMA, karena dokter Angung harus melanjutkan studi di Amerika, maka mereka kehilangan kontak selama berpuluh-puluh tahun.

Tawan beasiswa ke pada anaknya pak fadlan adalah pilihan tepat untuk mereka saat ini, karena dokter Agung memang sangat membutuhkan seseorang yang ingin bekerja dan menjalankan rumah sakit. dokter agung sudah hampir 2 tahun berjuang memaksa Adam berada di dunia kedokteran, semuanya terasa sia-sia. Sebagai ayah dokter Agung juga tidak ingin membatasi apa keinginan anaknya, karena itu dia sangat berharap Gita mau menerima beasiswa ini dan kelak akan membantunya menjalankan rumah sakit.
Gita memang anak yang baik dan manis, dokter Agung tidak pernah salah menilai seseorang.

***
Sesampainya di rumah, Susana rumah kembali terlihat sepi, gia belum pulang dari mall, mama bilang gia akan pulang sedikit larut Malam, karena dia akan nonton bioskop dengan temannya.

Makan Malam sudah tersedia Di meja makan, lauk yang terhidang sangat biasa, tetapi mereka mencoba memakannya dengan nikmat.

Tiba-tiba papa bertanya
"Kamu yakin tidak ingin mengambil tawaran dokter agung?"

"Entahlah pa, Gita Juga binggung"

"Jujur, keadaan keluarga Kita sudah seperti ini, papa tidak bisa menguliahkan kalian berdua, kamu tahukan kalau gia sudah mendapatkan Surat penerimaan dari Universitas yang di Italia, Dan Papa sudah berjanji kepadanya, bahwa papa akan menyekolahnya disana."

Gita tahu kemana arah pembicaraan ini, memang bukan menjadi rahasia umum kalau papa lebih menyanyangi gia di bandingkan dirinya.

Papa melanjutkan, "dokter adalah profesi yang paling mulia, kamu bisa mengobati orang lain, dan memberikan kebahagiaan untuk orang disekelilingnya. Mama pasti juga banggakan Ma, memiliki anak seorang dokter"

Gita melihat kearah Mamanya sekilas, mama sangat mencintai papa, Gita tahu itu. Sesungguhnya Gita hanya akan mengikuti arahan mama, jika memang mama menginginkan Gita mengambil tawaran itu, dia akan mengambilnya.

Perlahan Mama mulai berkata.
"Sayang, kamu tahukan kalau kita semua menyanyangi kamu. Mama tetap lebih mendukung apa yang menjadi cita-cita dan keinginan kamu. Tapi memang benar apa kata papa, profesi dokter adalah pekerjaan yang baik dan mulia"

Gita memaksakan bibirnya tersenyum, dan kemudian berkata.
"Jika menurut mama demikian, aku akan mengambil tawaran dokter Agung" dalam hatinya Gita menangis sejadi-jadinya.

Ini bukan kali pertama ia harus berkorban dan mengalah kepada gia, sudah ratusan kali.
Tetapi Gita tahu, apapun demi kebahagiaan keluarga akan ia lakukan.

Sell (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang