"Gitaa Tunggu..." Suara kecil yang manja memangil dengan begitu lelahnya.
Gia berlari dari belakang untuk mengejar sumber suara.
"Ayo, aku akan menunggu mu" Jawab Gita dengan lembut.Hari ini adalah Hari spesial bagi semua anak panti, mereka akan mengadakan pertunjukan seni yang Akan Di saksikan oleh beberapa donatur panti asuhan.
"Mengapa aku yang harus jadi bawang merah?" Kesal gia kepada sahabatnya.
"Apa kamu ingin Kita bertukar peran?" Jawab Gita dengan manis.
gita selalu bisa dan bersedia mengalah untuk sahabat baiknya ini.
"Tidak mungkin bisa, aku sudah merengek kepada ibu pengasuh agar dia mengizinkan aku menjadi bawang putih, tetapi semuanya percuma" ekpresi gia terlihat begitu kesal.
"Dia memang lebih menyukai mu, dibandingkan aku. SELALU..." tambahnya
gita hanya terdiam seribu bahasa, karena memang tidak bisa di pungkiri, semua orang menyukai gita di panti hasuhan ini.
Pertunjukan masih akan Di mulai 3 jam lagi, jadi mereka memiliki sedikit waktu untuk bermain Di taman panti.
Taman bermain itu terletak Di belakang gedung panti, banyak sekali bunga-bunga yang Di tanam disana, mawar, kembang sepatu, bunga Lili, bakung, melati dan masih banyak lagi.
Tidak hanya dipenuhi dengan bunga, Di setiap sudut lapangan Juga Di lengkapi dengan berbagai macam permainan, mulai dari ayunan, perosotan, pasir pantai, dan permainan lainnya.
Tempat ini selalu ramai oleh anak-anak penghini panti Di sore Hari."Bagaimana untuk beberapa jam kedepan, aku memanggil mu bawah merah" pinta gia dengan sungguh-sungguh.
Gita tahu, bahwa gia adalah anak yang sangat keras kepala, didalam hatinya dia masih tidak bisa Menerima kalau ibu asrama memberinya peran sebagai bawah merah.
"Baik bawang putih" jawab Gita sambil tersenyum.
Sejam kemudian yang terdengar adalah panggilan nama bawang merah, Dan bawang putih Di antara kedua anak kecil itu.
****
tiba-tiba mereka melihat seorang ibu yang sedang berjalan menyusuri taman bunga
"Dia sangat cantik" ucap Gita terpesona
"Jika aku besar, aku Akan lebih cantik dari dirinya" kata gia dengan sedikit angkuh.Mereka berdua memang terkenal memiliki watak yang bersebrangan.
Gita adalah gadis Manis, memang tidak sangat cantik, tetapi Gita memiliki sifat yang sangat lembut, baik, Dan ramah.
Sedangkan gia, memiliki wajah yang cantik, lebih egois Dan sangat ambisius.
Tetapi entah alasan apa yang bisa membuat mereka bersama, mereka bagaikan semut Dan gula, dimana selalu ada gita maka disana akan ada gia.
***
"Aku harus ke asrama, aku ingin memastikan bahwa aku akan mendapatkan kostum bawang merah yang tercantik " gia berlari untuk memasuki ruang asrama.Gita hanya memandang gia berlari dengan begitu kencang.
"Asalamualaiku" Gita mendengar sebuah suara.
"Walaikumsalam" jawab Gita manis."Kamu tinggal di panti ini? umur kamu berapa tahun?" Tanya ibu yang cantik itu dengan sangat ramah
"Iya, saya tinggal disini, sekarang umur saya 5 tahun"
"Apa kamu tahu siapa dan dimana orang tua mu?" Lanjut sang ibu masih dengan penasaran.
Gita hanya menggeleng
"Apa kamu suka tinggal disini?" ibu yang cantik itu masih terus bertanya
"Iya, aku sangat menyukainya. Aku memiliki banyak teman, bisa bersekolah, aku berjanji kelak aku akan menjadi wanita yang baik dan sukses" kata Gita dengan sungguh-sungguh."Aminn, semoga doa kamu terkabul" jawab sang ibu kemudian.
Mereka berbincang berbagai hal, makanan kesukaan, warna favorit, hobby dan bermacam-macam diskusi yang sangat mereka nikmati, tidak hanya itu mereka tertawa dan membahas hal-hal yang sangat lucu.
dalam hatinya gita sangat menginginkan moment ini, dimana ia bisa bercerita, bermanja dan mengeluh kepada seorang ibu, gita berharap ibu ini adalah ibu kandungnya.
"Jadi nanti kamu akan mengikuti pementasan?" Tanya sang ibu itu kemudian.
"Iyaa, kami akan mementaskan drama. Aku harap ibu akan menontonnya, kami telah berlatih berbulan-bulan" kata Gita dengan antusias.
"Peran kamu sebagai apa?" Tanya ibu itu lagi dengan sangat penasaran.
Ketika Gita ingin menjawab, terdengar sebuah suara yang memanggilnya.
"Bawang merah, ibu asrama memanggil mu, kita akan memulai pementasan" kata suara itu dengan penuh semangat.
"Sepertinya kalian akan memulai pementasan" kata ibu itu kemudian
"Iyaa Bu, saya sedikit dek-dekan"
"saya yakin penampilan kamu pasti memukau, semangat BAWANG MERAH !!"
Gita ingin mengatakan bahwa dia akan berperan sebagai bawang putih, tetapi tidak bisa karena gia selalu memanggil manggilnya untuk segera memasuki aula panti.
"Dah.. ibu" hanya itu kata perpisahan yang di ucapkan olah Gita.
*****
Pementasan berjalan dengan sempurna, meraka melakukan dengan sangat mengagumkan.Gita mendapatkan banyak pujian dari semua orang.
Tiba-tiba gia berbisik "kamu akan mendapatkan ibu angkat?"
"Ah, darimana kamu tahu?" Jawab Gita dengan penasaran.
"Itulah yang di bicarakan olah pengasuh-pengasuh kita, jika kamu mementaskan drama dengan baik, para donatur bisa mengadopsi kamu menjadi anaknya" tambah gia.
"Apakah kamu akan mengajak ku" tanya gia kemudian
"Tentu saja, bahkan aku bisa tidak pergi jika dia tidak mengajak kamu bersama ku" jawab Gita dengan penuh keyakinan."Kamu sudah seperti saudara ku sendiri, dan aku tidak ingin berpisah dari mu" gia tersenyum dengan bergitu tulus kepada saudaranya ini.
****
Seminggu terakhir banyak sekali kabar yang mengatakan bahwa Gita akan segera memiliki orang tua asuh. bagi anak-anak panti, diadopsi adalah sebuah karunia, mereka memiliki kamar sendiri, kedua orangtua yang menyayangi mereka, dan masa depan yang hampir sudah di pastikan akan cerah.Hari itu pun datang, ibu pengasuh dengan wajah datar memanggil salah satu nama anak
"Bawang merah, ada yang ingin menemui mu"
Semua wajah anak-anak di ruang makan sangat kaget.
Bawang merah dengan berlari segera menemui ibu pengasuh.Anak-anak yang lain di ruangan itu hanya bisa berbisik, dan berkata
"Gia sangat beruntung, mungkin karena dia sangat cantik makanya dia bisa segera mendapatkan orang tua angkat"Gita hanya tersenyum dan bahagia karena saudaranya akan segera memiliki orang tua asuh. Mungkin dia memang sedikit kecewa, bagaimana mungkin tidak, karena semua orang berkata dialah yang akan mendapatkan orang tua asuh, tetapi ternyata semua itu hanya harapan-harapan kosong yang di berikan kepadanya.
Gita berusaha menyabarkan diri, mungkin Allah merasa tetap tinggal di panti adalah hal yang paling bagus untuknya.***
Gia masih belum kembali dari ruangan kantor pengasuh, sedang kan sekarang adalah waktu bagi mereka kembali ke kamar dan bersiap-siap untuk pergi tidur.Beberapa menit kemudian gia masuk ke dalam kamar, dan mengambil beberapa barang miliknya.
Dia hanya berkata dengan suara yang cukup keras "akhirnya aku akan meninggalkan tempat yang jelek ini"Beberapa anak-anak sangat kesal mendengar perkataan gia, gia memang tidak pernah di sukai oleh anak-anak perempuan yang lain, karena dia begitu sombong dan angkuh.
"Gita, terimakasih. Walau aku bukan bawang putih, tetapi aku mendapatkan orang tua asuh lebih dulu" ucap gia tanpa expresi kemudian dia segera keluar dari kamar asrama.
Mendengar ucapan gia, hanya membuat Gita terdiam. Dia tidak menyangka kalau teman yang sudah dia anggap sebagai keluarga tega berkata seperti itu kepadanya.