Gita masih berada di Canada, Minggu ini dia akan kembali ke Indonesia. Selama 3 tahun di Canada selalu saja dokter Julio yang menemaninya kemanapun mereka pergi, mereka sudah seperti sahabat, persahabatan mereka tidak pernah membahas keluarga ataupun masalah pribadi.
Julio pergi ke Amerika meninggalkan cinta pertamanya, tidak bisa ia pungkiri hanya Gita yang selalu ada di setiap mimpinya.
Awalnya Julio sedikit kaget bisa bertemu dengan dengan Gita di Canada, ternyata Gita juga mengambil kuliah profesinya di universitas yang sama dengan Julio.
Ada sejuta pertanyaan yang ingin Julio tanya kan kepada Gita, tetapi Gita tidak pernah ingin membahas nya. Sekarang mereka bersahabat, hanya satu hal yang membuat Julio harus bisa perlahan-lahan membuang perasaannya kepada Gita, adalah cincin perak yang melingkar di jari manisnya, itu adalah pertanda bahwa dia sudah menjadi milik orang lain, jika Gita mengizinkan, Julio siap menunggunya sampai kapanpun.
***
"Mas, kapan kamu akan kembali ke Indonesia?"
Sekarang Gita memanggilnya dengan sebutan Mas, karena mereka memiliki perbedaan usia sekitar 4 tahun.
"Kamu kapan ? " Tanyanya lagi.
"Dokter Agung ingin aku pulang secepatnya" jawab Gita sambil tersenyum.Semua riset dan study Gita telah selesai disini, saatnya dia kembali ke Indonesia dan mempraktekan semua ilmunya, sedangkan dokter Julio memang sengaja memperpanjang risetnya di Canada, walau Gita tidak bertanya ia tahu alasan itu semua hanyalah karena dirinya.
***
Gita sudah terbiasa tinggal sendiri sekarang, tanpa mama dan papa.
Dia telah mengirimkan semua barang-barang yang akan dibawanya pulang.
Tiba-tiba.. handphone nya berbunyi, Gita melihat panggilan video tersebut. Ternyata dari gia.
Sudah 6 bulan mereka tidak berbicara, karena Gita sangat sibuk dengan kuliah dan risetnya, begitu juga gia yang memulai karirnya di Prancis.
"Gita... "Teriak gia dari sana.
"Taraaahhh, aku akan menikah" suara gia sangat bahagia.
"Selamat, kapan?" Tanya Gita penasaran.
"6 bulan lagi, lihat.. ini cincin berlian, dia laki-laki yang sangat tampan dan kaya, bagaikan mimpi rasanya ketika akhirnya dia melamar ku" curhat gia dengan sangat antusias.
Terakhir mereka video call gia memang menceritakan seorang laki-laki kepadanya, laki-laki ini sangat sulit di dekati, tetapi gia akan terus bertekat dan mengejarnya, sampai akhirnya mereka resmi berpacaran.
"Yah.. gia memang selalu ambisius seperti biasanya" kata Gita di dalam hatinya."Syukurlah, aku akan datang ke acara pernikahan mu" jawab Gita dengan tulus.
Menikah adalah hal yang sangat membahagiakan, ketika seseorang melamar mu di tempat yang indah, suasana romantis, dengan buket bunga mawar yang indah.
Semua itu hanya akan di dapatkan wanita lain, bukan dirinya.Gita ingat bahwa dia harus menelpon papa agung, dan mengatakan besok dia akan pulang ke Indonesia.
"Asalamualaikum pa, papa apa kabar? Sehat. Besok aku akan pulang ke Indonesia"
"Baik sayang, papa sangat senang. Tiga tahun terasa seperti 10 tahun" kata papa dengan becanda.
"Iyaa, aku juga merasakan kebosanan disini" balas Gita lagi.
"Adam akan pulang ke Indonesia" kata papa tiba-tiba.Hati Gita langsung berdesis mendengar nama suaminya di sebut. Sudah berapa lama mereka tidak bertemu, kurang lebih 6 tahun. Selama itu juga Adam tidak pernah menelpon atau sekedar mengirim SMS kepada dirinya.
Gita masih mengingat semua perkataan Adam, Gita berharap Adam telah berubah dan mau menerimanya sebagai istri. hal itulah yang selalu Gita ucapkan di setiap sholatnya.
"Syukurlah pa, kalau begitu kita akan ketemu di Indonesia"****
Ini adalah salah satu pesawat yang cukup ternama di dunia, Gita lebih memilih duduk dan membeli tiket ekonomi, betapa kagetnya dia ternyata ada sosok laki-laki yang ia kenal juga duduk disampingnya.
"Mas, kamu pulang juga hari ini?"
Tanya Gita kaget.
Julio hanya tersenyum kemudian berkata
"Tanpa mu, Canada terasa sangat membosankan"Perjalan ini akan sangat panjang, mereka hanya berbicara beberapa tentang perkembangan baru dunia kedokteran, kemudian mendadak Julio bertanya.
"Berapa lama kamu akan hidup begini Gita?"
"Maksud dokter?" Gita mulai berbicara formal kepadanya.
Julio tahu Gita tidak suka membahas masalah pribadinya.
Akhirnya Julio menyerah dan memutuskan akan tertidur nyenyak disamping belahan jiwanya ini.***
Bandara internasional Sukarno Hatta Sanga ramai, semua orang bergerak dengan cepat. Gita dan Julio sudah mengambil barang-barang mereka, tiba-tiba tanpa rasa malu seseorang berteriak begitu antusias.
"GITA..GITA"
Gita mencari sumber suara, dan akhirnya dia menemukan dari mana suara itu berasal.
"GIAA" balas Gita dengan senyum lebar.
Mereka berdua berpelukan dengan sangat hangat.
"Kamu tidak bilang kalau penerbangannya adalah hari ini, siapa yang akan menjemput mu?" Kata gia lagi.
"Aku akan pulang naik taksi, kamu sendiri? Mama dan papa sudah tahu kalau kamu akan pulang dan sampai di Indonesia hari ini?"
"Tidak, aku sengaja tidak memberitahukan mereka, karena pasti mereka akan memaksa menjemputku di bandara"Senang sekali rasanya melihat saudaranya sudah kembali ke Indonesia, papa dan mama pasti senang melihat gia kembali ke rumah.
tiba-tiba terdengar sebuah suara, Suara itu membuat jantung Gita seakan berhenti berdetak.
"Sayang, koper kamu mana?"
Gita menyakinkan diri, bahwa suara itu bukan suara orang itu.
Ketika matanya menatap mata Gita, Gita tahu itu memang Adam."Ohh, sayang. Kenalkan ini saudaraku Gita"
"Oh.. ..... Hay" Adam berkata dengan santai.
"Dan ini" Gia menunjuk laki-laki yang ada disamping Gita.
"Ini sudah pasti suami kamu kan " tebak Gia seenaknya.gita tidak mengucapkan kata apapun, tiba-tiba gita lupa bagaimana seharusnya cara mengeluarkan bersuara.
"Bukan, walau pun aku sangat ingin menjadi suaminya" akhirnya julio memberikan klarifikasi dengan tersenyum.
" Ohh, kapan kamu akan memperkenalkan ku dengan suami mu?" Tanya gia lagi.
"Nanti, kalau sudah waktunya pasti kenal juga" jawab Gita tanpa expresi.Tiba-tiba gia memeluk Gita lagi dengan sangat manja, "kangen kamu kak, dan aku akan menikah"
****
Gita sudah sampai di rumah dari sore, tetapi Adam juga belum muncul. Ia tahu bahwa Adam mungkin akan memilih untuk tinggal di apartemen dari pada harus satu rumah dengan dirinya.
Ternyata memang benar, sudah jam 3 pagi, Adam juga belum pulang ke rumah.***
Gita sangat merindukan rumah sakit, setelah dia lulus kuliah kedokteran Gita tidak pernah datang kerumah sakit itu lagi.
Dan hari ini dia akan mulai bekerja disana.Gita mulai turun ke lantai bawah ruangan makan dengan setengah berlari ia berteriak menyapa papanya.
"Papa.. aku sangat merindukan rumah sakit! "
gita melihat ada wajah baru yang duduk disana.
Gita berjalan dengan perlahan-lahan. Iya menghampiri Adam dan mengulurkan tangan, Adam mengulurkan tangannya kemudian Gita mencium tangan itu. Adam agak merasa risih tetapi ia tidak bisa melakukan apa-apa.
"Gmn kabarnya Mas? " Tanya Gita kemudian.
"Baik" hanya itu yang Adam katakan."Hari ini kamu akan mendapatkan ruangan mu sendiri" kata papa kepada Gita dengan samangat luar biasa.
"Makasih pa" jawab gita dengan tersenyum.
"Papa sudah menyesuaikan semua warna dan perabotan dengan selera kamu" jawab papanya lagi.
"Papa jangan repot-repot, aku suka semua yang ada di rumah sakit" balas Gita sambil tersenyum."Aku ingin bercerai"