Gita berjuang sendirian memasuki rumah dengan tongkat yang barusan mereka beli, Adam hanya menonton dari depan mobil.
Kemudian seseorang membuka kan pintu dan berteriak dengan sangat kaget.
"NON, apa yang terjadi, ibu dan tuan sudah tahu, sudah kerumah sakit, sudah beli obat, berapa lama non harus begini ?" Gita di hujat banyak pertanyaan."Mba, nanti ya ceritanya, aku mau duduk dulu" jelas Gita dengan sabar.
"Iya non, pasti non capek"
Kemudian mata mba Rina melihat sosok yang dari tadi memperhatikan mereka, sesat juga mba rina langsung bersuara.
"Non itu siapa?, Pacar non?" Tebak mba rina seenaknya."Bukan, dia driver online" jawab Gita sembarangan.
"Kok tampan?" Kata mba Rina kemudian."Gila, gue di bilang driver online, yang benar aja" celetuk Adam dengan sedikit tersenyum.
kemudian dia masuk dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah gita.
***
Ketika tiba di rumah, papa dan mama Gita sangat shock melihat keadaan anaknya, karena kecelakaan ini Gita tidak bisa datang ke sekolah selama 2 minggu.
"Sayang, sekolah kamu gimana?" Tanya Mama Dewi dengan lembut.
"Tidak apa-apa ma, kan aku anak yang cerdas, aku bisa mengejar pelajaran yang tertinggal" Gita berusaha menenangkan pikiran mamanya."Lagian kan ada gia, nanti dia bisa mengajarkan ku" tambah Gita lagi menyakinkan mamanya agar ia tidak menghawatirkan apapun.
"Iya ma, benar. Mama juga bisa bersenang-senang dengan Gita di rumah selama 2 minggu, iya kan sayang?" Tambah papa dengan lembut.
"Papa benar" kini terlihat sudah senyum di wajah mamanya.
Gita telah belajar dari ia masih anak-anak, bagaimana caranya merubah musibah menjadi sebuah berkah. jadi dia tidak pernah ambil pusing dengan semua hal buruk yang menimpanya.
****
"Adam, siapa yang kamu tabrak?" Tanya papanya dengan sedikit marah.
"Pa, sabar. Dengar dulu penjelasan dari anaknya" Mama Adam berusaha menenangkan suaminya.
"Ma, papa malu dengan semua staf di rumah sakit" tambah papanya lagi.Adam hanya mendengarkan perdebatan kedua orangtuannya, dia tidak berkomentar apa-apa sama sekali. Setelah ia rasa keduanya sudah tenang, Adam segera naik ke lantai dua, dimana kamarnya berada.
Hari ini adalah hari yang cukup berat untuk dirinya, ini pertama kalinya Adam menabrak seseorang, dan wajah itu akan selalu terbayang-bayang olehnya.
Senyum yang sangat menawan, aroma tubuh yang manis, dan semua lekuk tubuhnya.Adam berdoa di dalam hati, semoga perempuan itu kelak yang akan menjadi istrinya.
****
Beberapa hari ini Gita selalu memikirkan laki-laki itu, semua tentangnya terasa indah, santai dan nyaman.
Dia bahkan dengan mudah mengatakan akan menikahi dirinya jika gita ingin minta dinikahi. Gita selalu menjauhi laki-laki sampai saat ini, karena baginya memiliki pacar membuatnya tidak fokus dengan impian dan cita-citanya.
Ia khawatir perhatian dan perasaannya akan terbagi dengan keluarganya sendiri.****
Sudah satu Minggu Gita di rumah tanpa melakukan apapun, sesekali ia hanya membaca buku, menonton tv, bermain komputer dan menulis blog.Rasanya waktu begitu lama berlalu, sangat bosan berada di rumah tanpa melakukan apapun.
Tiba-tiba Gita ingin menemui mamanya, ada beberapa hal yang ingin dia diskusikan.
Tetapi yang terdengar adalah suara yang sangat berbeda dari biasanya."Apa pa? Perusahaan kita bangkrut. Kenapa ini terjadi?" Terdengar suara Mama yang sedih dan sedikit kecewa kepada papa.
"Bagaimana kita akan menjalani hidup?" Mama melanjutkan
"Mama bisa hidup miskin, tapi kedua anak kita tidak akan bisa""Papa tidak bisa melakukan apa-apa lagi ma, tidak ada bank yang bisa memberikan papa pinjaman, teman-teman papa juga seakan melupakan jasa papa begitu saja" jelas papa mereka dengan lemah.
Gita tahu hidup akan selalu berputar, karena dia sudah pernah berada dibawah, tidak akan sulit baginya untuk berada dibawah lagi. Tetapi bagaimana dengan papa dan mama, Gita tidak akan membiarkan kedua orang yang dicintainya melalui betapa sulitnya hidup ketika berada di bawah.
Pelan-pelan Gita memasuki pintu kamar, karena memang pintu itu tidak tertutup dengan rapat."Pa, ma, aku dengar semua yang kalian ucapkan. Maaf.." kata Gita dengan lembut.
"Ohh, sayang. Maaf kan papa" suara ayahnya terdengar lembut.
"Tidak apa-apa pa, dunia bisnis memang begitu, Gita yakin papa sudah sangat bekerja keras dan sudah memberikan yang terbaik untuk kita semua"
Ke tiga keluarga itu menangis bersama.
Sesaat suara Gita terdengar serak
"Hutang papa berapa?"
"10 milyar" suara pak Fadlan terdengar lemah.
"Aku ada uang 500 juta, papa bisa pakai" jawab Gita kemudian.
"Tidak sayang, itu tabungan kamu dan uang yang kamu kumpulan dari lomba-lomba yang kamu ikuti, papa tidak bisa memakainya" tolak pak Fadlan dengan sungguh-sungguh.
"Pa, uang bisa di cari, tetapi kebahagian keluarga kita tidak" balas Gita dengan tulus.