"gia, apa kabar?" Tanya Gita di suatu malam.
Terkadang sesekali Gita menghubungi gia melalui video call, memang lebih jarang di angkat oleh saudaranya itu."Baikk, sangat baik, bagai mana kabar kamu? " Tanya gia kemudian
"Baik, seperti biasanya"
Dari penampilannya, gia terlihat lebih cantik, kini dia terlihat lebih menawan, menggunakan makeup di wajahnya, rambut yang sedikit di warnai, ya.. Gita sangat bahagia karena akhirnya gia bisa mewujudkan mimpi-mimpinya.
"Kamu sedang di mana?" Tanya Gita kemudian karena suasana disana sangat ramai.
"Club' malam, seorang teman sedang berulang tahun, jadi kami menghabiskan waktu disini" jawabnya santai.
"Gia, jangan lupa jaga diri, kamu seorang diri disana. Fokus sama kuliah, dan cepat kembali ke Indonesia. Papa dan mama kangen" nasehat Gita kepadanya.
"Cerewet, baik ibu dokter" katanya sambil tersenyum.
"Okey, good bye. Titip salam sama papa dan mama"
Gia mengakhiri video call tersebut.Sekarang saatnya Gita mempersiapkan makan malam mereka, tetapi yang di lihat Gita adalah sesuatu yang sangat membuatnya khawatir.
Hal ini sangat jarang terjadi."Papa, keterlaluan. Apa saja yang sudah papa jual?" Teriak mama dengan penuh emosi.
"Kenapa papa tidak cerita sama mama, ini semua kan bukan hanya milik papa, tetapi juga warisan dari orang tua mama"
Papa hanya terdiam, tidak mengeluarkan kata-kata apapun.
Gita ingin naik keatas dan membiarkan kedua orang tuannya menyelesaikan urusan mereka masing-masing.Kemudian dengan suara lembut mama berkata.
"Kita cerai saja pa"
Mendengar perkataan itu Gita segera turun lagi ke lantai bawah, dan memeluk mamanya.
"Ma, ada apa ini, jangan hanya karena emosi mama bilang begitu sama papa. Mama lupa betapa mama sangat mencintai papa" pujuk Gita dengan sangat lembut.
"Sayang, mama sudah tidak bisa hidup dengan papa, papa kamu tidak pernah menceritakan apapun masalah dalam keluarga kepada mama, mama seakan tidak dianggap, untuk apa mama bertahan lagi, dan kamu tahu. Papa juga sudah menjual semua aset keluarga kita, bahkan warisan beberapa ruko dari keluarga mama""Ma, hartakan bisa di cari, tetapi rasa cinta tidak, mungkin papa memang salah, kita akan mencari solusi ini bersama-sama" pujuk Gita dengan sangat bijaksana.
Kemudian papa berkata dengan lemah.
"Maafkan Papa ma, papa memang kalap, papa malu menceritakan semua ketidak mampuan papa menafkahi keluarga kita, papa baru memulai usaha baru, tetapi papa di tipu, papa juga harus mengirimkan uang untuk gia di Italia, papa tidak bisa menolak semua permintaannya, papa memang salah, dan papa pantas mendapatkan hukumannya. Ma.. papa mau bilang kalau rumah ini juga sudah papa gadaikan ke bank, dan satu bulan lagi kita harus segera pindah dari sini"Gita seakan shock seketika mendengar pernyataan dari papanya, Gita segera melihat reaksi mamanya, mama Gita sudah duduk lemas di sofa.
"Suruh gia pulang ke Indonesia, kita tidak bisa sengsara hanya bertiga sedangkan dia berfoya-foya disana" balas mama dengan suara yang pelan."Tidak mungkin ma, papa akan bertahan menguliahkan dia sampai dia lulus" hanya itu yang di ucapkan papa, kemudian dia segera naik ke lantai atas.
"Mama tidak percaya dengan apa yang papa kamu lakukan, kita sekarang sudah tidak memiliki apa-apa lagi sayang" mama menangis sejadi-jadinya.
Gita hanya memeluk mamanya dengan sangat erat, dan berbisik.
"Tidak ma, kita masih punya keluarga"****
Sekarang mereka sudah pindah ke rumah kontrakan yang lebih kecil, rumah itu hanya memiliki 2 buah kamar tidur, sangat jauh berbeda dari rumah mereka yang sebelumnya.
Papa setiap hari pergi mencari pekerjaan, mama juga mencoba mencari pekerjaan, termasuk Gita.Pagi ini Gita datang ke rumah sakit menemui dokter Agung, dengan muka yang tebal Gita bertanya.
"Dok, aku bisa bekerja di rumah sakit?"
"Haha, apa kamu sudah tidak sabar menjadi dokter! Tunggulah 3 tahun lagi" jawab dokter Agung dengan tersenyum.
"Bukan menjadi dokter dok, menjadi cleaning service" jawab Gita dengan malu.
"Ada apa? Kamu membutuhkan uang? Saya bisa memberikannya?" Jawab dokter Agung dengan cukup terkejut.
"Iya dok, saya membutuhkan uang. keuangan keluarga sedikit tidak stabil, tetapi aku tidak ingin di berikan uang begitu saja, dokter tidak tahu beban apa yang sekarang aku pikul hanya karena dokter membayar semua uang kuliah ku, dan aku benar-benar tidak bisa menambah beban itu lagi jika dokter juga memberikan aku uang tambahan, aku ingin bekerja dengan keringat ku sendiri dan mendapatkan uang dengan hal itu"
Ucap Gita dengan sangat bijaksana."Baiklah, kamu boleh bekerja" kata dokter Agung kemudian.
***
Sepulang dari kuliah Gita bekerja di rumah sakit itu, melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang cleaning servis, menyapu dan mengepel lantai, membuang sampah, mencuci piring dan lain-lain. Satu Minggu bekerja disana hampir membuat Gita ingin menangis, karena padatnya kuliah kedokteran di tambah dengan dia harus membanting tulang bekerja di rumah sakit. Tetapi dia sadar, dia ingin meringankan beban kedua orang tuannya. Dengan gaji yang ia dapatkan perbulan di rumah sakit, membuat ayah dan ibunya tidak harus memikirkan bagaimana membayar uang kontrakan rumah mereka. Gita bahagia bisa membatu mama dan papa.***
Enam bulan telah berlalu, Gita masih berkerja di rumah sakit, ayahnya sudah mendapatkan pekerjaan yang cukup bagus, memang dengan gaji yang standar, tetapi lebih dari cukup untuk menghidupi kehidupan mereka.Rumah sakit ini selalu ramai oleh pengunjung, begitu banyak perawat, dokter, pasien dan keluarga pasien yang berjalan hilir mudik. Kemudian tanpa sengaja Gita menabrak seseorang laki-laki.
Ember yang berisi kotoran air pel tumpah mengenai sepatu laki-laki tersebut.
Dengan keras dia berkata
"Astaga, lu egk punya MATA"
Gita kaget mendengar suara tersebut, dan ia segera minta maaf.
"Ini kuman semua, bagaimana gue bisa masuk keruangan pasien kalau begini" katanya dengan mengeluh.
"Maaf, saya akan ambilkan pakaian ganti di ruangan dokter" jawab Gita dengan lembut.
"Azzz, sial, lu kira waktu gue tidak berharga" bentaknya kepada Gita.Beberapa orang yang ada disekeliling mereka melihatnya, Gita hanya tertunduk.
Dalam hati dia berkata "beginilah rasanya di rendahkan"***
Hasil ujian semester sudah keluar, seperti biasa Gita selalu mendapatkan IPK tertinggi di angkatannya. Gita sangat bersyukur karena memang dia tidak ingin mengecewakan dokter Agung.Rumah sakit masih sibuk seperti biasa, Gita tetap semangat membersihkan semua lantai yang kotor.
Semua orang tersenyum menyapanya, karena Gita memang terkenal baik dan ramah di rumah sakit.
Hanya satu orang yang selalu melihatnya dengan sinis, siapa lagi kalau bukan dokter koas itu.
Gita tidak tahu namanya, dan dia tidak ingin mengetahuinya.Ketika Gita mengelap kaca pintu masuk rumah sakit, hatinya tiba-tiba menjadi kacau, Gita tidak pernah merasa malu menjadi seorang cleaning service, kecuali didepan seorang laki-laki itu.
Sebelum laki-laki itu membuka pintu, Gita telah menunduk begitu dalam, sehingga dia yakin Adam tidak akan melihat wajahnya.
Akhirnya dia berhasil selamat dari penglihatan Adam, tetapi ternyata dia salah. Karena dia mendengar sebuah suara di belakangnya.
"Lu lebih cocok menjadi cleaning servis" suara Adam terdengar mengerikan.