Jinyoung menunggu lift terbuka. Sudah hampir lima menit ia berdiri disini namun pintu lift tak kunjung terbuka. Jinyoung bersandar didinding sesekali melirik arlojinya. Mata kuliah pertama baru saja selesai, sekarang ia harus menemui dosennya untuk mengantar tugas yang kemaren belum ia kerjakan karena saat itu Mark mengajaknya membolos.
Bicara mengenai Mark, sudah dua hari Jinyoung tidak bertemu dengan laki-laki itu. Biasanya hampir setiap hari mereka berpapasan.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Sepertinya doa Jinyoung terkabul. Bukankah tadi ia ingin melihat Mark? Sekarang Mark berada dihadapannya memasang ekspresi seperti biasa. Jinyoung berusaha memasang ekspresi datar meskipun gagal total karena semburat merah dipipinya sudah terlihat. Ternyata ia masih malu jika bertatapan langsung dengan Mark. Sejujurnya Jinyoung sudah tidak marah lagi pada Mark. Jinyoung memang tidak bisa marah terlalu lama pada seseorang. Ia memiliki hati yang terlalu baik sehingga orang-orang sering memanfaatkan kebaikan dan kepolosannya.
Ah! Jinyoung teringat sesuatu. Ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
"Ini kameramu"
"Kau sudah memperbaikinya?"
"Aku tahu kau hanya mengerjaiku. Kameramu sama sekali tidak ada yang lecet apalagi rusak. Kalau kau ingin memerasku, bilang saja. Berapa uang yang kau inginkan?!"
Aish Jinyoung bodoh. Apa yang kau katakan? Aku benar-benar bodoh.
Mark melayangkan tatapan tajam. Ia merebut kamera itu dari tangan Jinyoung.
"K-katakan, berapa uang yang kau butuhkan? A-aku bisa memberimu sebanyak yang kau mau"
Park Jinyoung kembali melakukan tindakan bodoh.
"Aku tidak butuh uangmu" Jawab Mark datar.
"L-lalu kau mau apa?!
Mark menatap wajah Jinyoung yang semakin memerah. Entah benar atau tidak, Jinyoung melihat perubahan diraut wajah Mark.
"Lupakan. Aku tidak ada waktu untuk mengurusi orang bodoh sepertimu"
DEG
Orang bodoh? Banyak orang yang mengatainya seperti itu. Tapi rasanya sangat sakit mendengar kalimat itu keluar dari mulut orang yang ia suka.
Seharusnya aku sadar. Orang sesempurna dia tidak mungkin menyukai orang yang bodoh sepertiku. Benar-benar tidak ada harapan untukku.
Tiba-tiba Jinyoung tertawa yang membuat Mark mengerutkan keningnya.
"Kau benar sunbae. Seharusnya kau tidak meladeni orang bodoh sepertiku hahaha. Nanti kau ikutan bodoh hahaha. Aduh perutku sakit sekali. Sepertinya aku harus pergi sekarang. Sampai berjumpa lagi sunbae"
Jinyoung mulai melangkah meninggalkan Mark. Ia memilih turun kelantai dasar menggunakan tangga. Jinyoung terus melangkah dan tidak mau menoleh kearah Mark. Ia menghapus air matanya yang mengalir dipipinya.
Sementara itu Mark masih berdiri ditempatnya. Terlihat sebuah benda kecil digenggamannya. Gantungan kunci dengan gambar Apeach, tokoh dari emoticon kakaotalk yang sering dilihat oleh Yugyeom dikamar Jinyoung. Ya, Jinyoung sangat menyukainya bahkan mengoleksi semua benda yang berkaitan dengan gambar lucu berwarna pink tersebut.
.
Jaebum sebisa mungkin membalas sapaan dari mahasiswi dari jurusan seni. Kedatangannya difakultas tersebut membuat para kaum hawa heboh. Semua orang dikampus ini tahu siapa itu Im Jaebum. Mahasiwa tampan, pintar, kaya raya dan juga putra tunggal dari pengusaha mobil terkaya dinegara ini.