Satu bulan kemudian...
Jinyoung duduk diatap sambil mendengarkan lagu dan sambil membaca buku.
TUK
Tiba-tiba sesuatu melayang diatas kepalanya. Sebuah gulungan kertas. Jinyoung melepas earphonenya lalu mengitari pandangannya keseluruh penjuru arah. Tidak ada siapa-siapa.
Jinyoung membuka gulungan kertas tersebut.
Aku ingin kau datang ketaman belakang sekolah sepulang sekolah nanti
"Heol! Enak saja menyuruhku. Memangnya dia siapa? Pasti ini ulah orang yang ingin mengerjaiku"
Jinyoung merobek kertas itu lalu membuangnya. Jinyoung memilih pergi dari sana sebelum murid-murid nakal itu mengerjainya lagi.
.
Jinyoung berjalan dengan riang menuju lokernya. Hari ini tidak ada seorangpun yang membullynya jadi ia merasa sedikit legah karena tidak perlu menangis dan berteriak meminta tolong lagi.
Tiba-tiba langkah Jinyoung terhenti saat melihat sosok bak pangeran -menurut Jinyoung- berdiri didepan sana sambil menatapnya dengan tajam.
Mark hyung?
Jinyoung beralih menatap sesuatu ditangan kanan Mark. Jepit rambut berwarna biru. Entah kenapa Jinyoung menjadi sedih melihatnya. Jinyoung pernah melihat salah satu seniornya memakai jepit rambut persis seperti yang ditangan Mark. Hati Jinyoung semakin sakit saat seorang gadis menghampiri Mark lalu menyentuh pundak Mark. Mark tersenyum pada gadis cantik tersebut.
"Ini punyamu"
"Ah gomawo Mark. Ini jepit rambut kesayanganku. Oh iya, apa kau sudah makan?"
"Belum. Apa kau mau menemaniku?"
"Kalau kau mau mentraktirku, aku mau" Gadis itu tersenyum innocent.
"Kaja"
Jinyoung menatap kepergian kedua orang itu dengan sendu.
"Seharusnya dari awal aku tidak menaruh hati padanya. Sekarang aku sendiri yang patah hati. Ahhh eomma~ aku tidak suka seperti ini"
Jinyoung membuka pintu lokernya. Seperti biasa, ia menemukan berbagai macam makanan kesukaannya. Jinyoung mengembangkan senyumannya. Sudah menjadi kebiasaannya menerima semua ini dan jangan lupakan memo bertuliskan kata-kata yang membuat Jinyoung semangat datang kesekolah. Ketahuilah, Jinyoung pecinta semua makanan kecuali coklat. Jika Mark memberikannya puluhan kupon makan, Jinyoung akan menerimanya dengan senang hati. Tapi tidak mungkin juga Mark memberikan kupon makan sebanyak itu. Ia tidak mau Jinyoung menjadi gedut. Postur tubuh Jinyoung yang sekarang sudah pas dan Mark menyukainya. Apalagi pipi Jinyoung yang sedikit chubby, dan tatapan polos seperti anak kucing.
"Jinyoung"
"Appa"
Tn. Park melirik isi loker anaknya. Ia terkejut melihatnya. Dari mana anaknya mendapatkan makanan sebanyak ini? Ia sangat mengenal anaknya. Jinyoung tidak akan membeli banyak makanan tanpa seizinnya maupun ibunya.
"Appa jangan salah paham. I-ini semua... i-ini dari seseorang"
"Siapa?"