"Jinyoung-ah"Jinyoung mengangkat kepalanya. Ia melihat sang kakak berdiri dihadapannya. Sooyoung langsung menarik Jinyoung kedalam kepelukannya.
"Aku mengkhawatirkanmu" Lirih Sooyoung.
Sementara Jinyoung menatap kepergian seorang pemuda dengan tatapan sendu. Ia sangat berharap orang itu adalah Mark.
Tidak mungkin. Mungkin dia hanya murid yang tadi datang kesini.
Sooyoung melepas pelukannya. Ia menghapus jejak air mata dipipi adiknya.
"Sekarang ayo kita pulang"
"Tapi..."
"Kita akan merayakan ulang tahunmu dirumah"
Jinyoung hanya bisa pasrah saat sang kakak menyeretnya keluar gedung. Diam-diam Jinyoung mengambil kotak yang tergeletak disamping kue ulang tahunnya.
.
.
.Jinyoung mengalami demam tinggi pasca acara ulang tahunnya yang gagal tadi malam. Jinyoung menolak dibawa kerumah sakit karena memang dasarnya Jinyoung tidak suka dengan bau obat-obatan.
"Eomma, apa tidak sebaiknya kita panggil saja dokter? Demamnya tidak kunjung turun"
Ny. Park mengusap surai putranya yang sedang dikompres.
"Aku tidak mau" Ucap Jinyoung dengan suara parau.
Sooyoung mendesah pelan. Jinyoung memang sering demam, tapi tidak sampai separah ini. Ny. Park mengisyaratkan Sooyoung untuk tetap memanggil dokter. Sooyoung segera keluar dari kamar serba biru itu untuk menghubungi dokter yang biasa menangani keluarga mereka saat sakit.
.
Mark mondar-mandir didepan kelas Jinyoung sambil memperhatikan satu-persatu murid yang masuk kekelas. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi tetapi Jinyoung belum menampakkan batang hidungnya. Padahal Jinyoung adalah murid yang paling rajin datang kesekolah. Jinyoung hanya akan membolos saat ia sakit.
"Apa dia sakit?"
Bel masukpun berbunyi. Semua murid sudah memasuki kelas masing-masing kecuali Mark. Ia masih betah berdiri didepan kelas Jinyoung berharap Jinyoung segera muncul dihadapannya. Mungkin Jinyoung datang terlambat, begitulah pemikirannya.
Tiba-tiba Mark terlihat gugup saat kepala sekolah beserta beberapa orang penting disekolah ini berjalan melewatinya. Mark membungkuk hormat menyapa ayah dari pujaan hatinya tersebut. Ingin sekali ia bertanya pada Tn. Park kenapa hari ini Jinyoung tidak datang kesekolah, tapi ia ragu mengingat Tn. Park adalah orang terpandang disekolah ini dan Tn. Park juga terlihat sibuk dengan tamu yang berkunjung kesekolah. Mark menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan pelan.
"Tunggu"
Entah mendapat keberanian dari mana, Mark langsung memanggil Tn. Park. Katakan Mark tidak sopan, tapi ia tidak peduli. Yang ada dipikirannya saat ini adalah Park Jinyoung.
Tn. Park menghentikan langkahnya. Ia menatap Mark dengan tatapan penuh tanya. Mark semakin gugup saat Tn. Park menatapnya seperti itu.
Tenang Mark.
"B-bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Hm tanyakan saja. Aku akan menjawabnya jika kau bertanya mengenai pelajaran"
"T-tapi ini bukan mengenai pelajaran"
"Kalau begitu aku tidak bisa menjawabnya"
Tn. Park berbalik dan kembali melanjutkan langkahnya bersama keempat tamunya.