"Cium aku"
Jinyoung melotot kaget. Permintaan macam apa itu? Bukankah mereka sudah dua kali berciuman? Sekarang Mark memintanya lagi. Kini jarak Mark dan Jinyoung sangat dekat. Mark bisa melihat semburat merah dipipi Jinyoung. Jika diperhatikan dari jarak sedekat ini, wajah Jinyoung sangat mulus tanpa cacat sedikitpun.
"Cium aku" Mark mengulang ucapannya.
Jinyoung mendorong dada Mark agar menjauh darinya. Tidak tahukah Mark, Jinyoung sudah memerah seperti kepiting rebus dan jangan lupakan detak jantungnya yang sudah tidak bisa dikontrol.
"Apa kau sudah gila? Kau meminta ciuman dari kekasih sahabatmu sendiri? Sebaiknya kau pergi dari sini dan berhentilah menggangguku"
Mark terlihat biasa saja saat Jinyoung mengusirnya.
"Baiklah. Kali ini aku benar-benar akan pulang. Tapi maaf, aku tidak bisa hidup tenang jika tidak mengganggumu. Ah iya satu lagi... ku pastikan kau akan menjadi milikku"
Jinyoung membuang muka. Ia membiarkan Mark pergi dari rumahnya. Setelah Mark pergi, Jinyoung berlari memasuki rumahnya. Ia melewati ibunya begitu saja lalu masuk kedalam kamar.
"Ini gila! Ini benar-benar gila!" Teriak Jinyoung.
.
.
."Jinyoungie" Jinyoung tersenyum kearah Jaebum yang berlari menghampirinya. Jaebum duduk disisi kiri Jinyoung.
"Maafkan aku. Tadi ada mata kuliah tambahan jadi aku terlambat"
"Tidak apa-apa hyung"
"Tapi, apa kau yakin ingin makan siang disini?"
"Iya tidak apa-apa. Lagi pula dikantin juga lebih nyaman" Alasan Jinyoung saja. Karena ia tahu disetiap hari Rabu dan Kamis, Mark akan menghabiskan waktu istirahatnya di restoran milik Sungjae. Mengingat nama Mark membuat Jinyoung teringat pada perkataan Mark pada hari itu.
"Hyung mau makan apa?"
"Samakan saja denganmu"
Saat Jinyoung berdiri ingin mengambil minuman, seseorang tidak sengaja menabraknya sehingga baju Jinyoung terkena tumpahan jus yang orang itu bawa.
"Maafkan aku. Aku tidak sengaja"
"Ah iya tidak apa-apa"
"Sekali lagi maafkan aku" Sesal orang itu kemudian pergi dari sana.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Jaebum dengan raut khawatir.
"Sepertinya aku harus ketoilet untuk membersihkan ini"
"Aku temani"
"Tidak apa-apa hyung. Kau disini saja. Aku hanya sebentar"
"Hah baiklah"
.
Jinyoung membersihkan noda dibajunya dengan air. Lihatlah ekspresinya itu. Lucu sekali.
"Ish kenapa nodanya tidak mau hilang"
Karena terlalu sibuk membersihkan bajunya, Jinyoung tidak menyadari seseorang memasuki toilet dan berdiri disampingnya. Bukannya tidak tahu ada yang datang. Jinyoung hanya merasa orang itu adalah mahasiswa lain yang ingin buang air kecil atau sekedar mencuci tangan.
Jinyoung terperanjat saat orang itu memegang tangannya.
"M-Mark hyung?!"
"Kenapa kau terkejut? Aku bukan hantu" Gurau Mark.
Mark mendorong Jinyoung masuk kebilik toilet lalu mengunci Jinyoung diantara tembok dan tubuhnya.
"A-apa yang kau lakukan?"