Happy Reading!
----------------
Keyna pov
Kring... Kring... Kring...
Untuk yang kesekian kalinya ponselku berdering, menandakan panggilan masuk dan untuk kesekian kalinya aku hanya menatap kesal dengan menelepon diujung sana tanpa perlu aku angkat panggilannya. Tentu saja, bukan kedua adikku yang menelponku tapi dia!.
Kring...
Aku menyerah memilih untuk menggangkat panggilan tersebut, "Kau dimana? Seharusnya sekertarisku berada di kantor sekarang".
"Aku di jalan, menuju kantor". Aku pun langsung menutup panggilannya tanpa perlu mendengar ocehannya dan aku sudah menyiapkan mental jika Ray-yang merupakan boss ku marah nanti. Sekarang aku harus melaju dengan kecepatan tinggi supaya sampai dengan tepat waktu, walaupun sebenarnya aku sudah terlambat dua jam yang lalu tapi aku memilih tak peduli.
Kendaraan lainnya mulai memadati jalan raya dan membuat beberapa jalan menjadi macet. Inilah Jakarta sehari tanpa macet merupakan hal yang mustahil. Aku sudah mengumpat untuk yang kesekian kalinya, betapa sialnya aku hari ini.
Akhirnya setelah menyetir seperti seorang pembalap, aku sampai di kantorku. Aku segera menuju ruangannya yang sialnya berada di lantai 25 gedung ini. Setelah lift sampai di lantai 25 aku langsung ke ruangannya dan betapa bodohnya aku saat melihat ruangannya kosong tanpa penghuni.
Dimana dia!
Aku pun mulai memutar memori otak ku, saat aku terakhir di kantorku. Oh, sial!. Tentu saja, dia tidak ada di kantornya sekarang Ray pasti sedang rapat dengan para pemegang saham. Bagaimana bisa aku melupakan hal itu!
Ini semua gara – gara rumah laknat! Jika saja aku tidak ketiduran di rumah itu. Jika saja aku tidak memilih untuk pergi saat kenangan Mama dan Papa datang, mungkin aku sudah kembali dari Jakarta tadi malam.
Flass Back
Aku memasuki rumah lama kami dengan hati – hati. A3 baru saja memberi informasi bahwa di ruang keluarga terdapat seseorang. Seseorang yang kami duga seoarang pembunuh yang sudah membunuh kedua orang tua kami. Aku siaga dengan pistol laras pendek ku berjenis FN 57 merupakan jenis pistol semi otomatis produksi perusahan asal Belgia dan menjadi salah satu pistol yang digunakan pasukan khusus di beberapa negara. Aku mulai melangkahkan kedua kaki ku sambil mengacungkan pistolku ke arah depan serta tetap waspada dengan keadaan sekitar.
Dinding - dinding rumah lama kami sudah berlumut bahkan beberapa terlihat mulai mengelupas dimakan waktu. Ruang tamu kami tergolong luas dengan beberapa meja dan kursi yang sudah kotor dan usang. Rumah ini benar – benar pengap dengan gorden yang tebal dan kotor. Sarang laba – laba bahkan sudah menutupi langit – langit rumah ini.
Srek.
Aku mendengar suara langkah kaki dari arah ruang keluarga. Itu berarti bukan hanya aku saja di rumah ini, dan informasi A3 benar adanya. Aku mulai melangkah menuju sudut ruang tamu yang kebetulan terdapat pintu dengan warna yang sama dengan dinding rumah kami. Dulu aku sering menggunakan pintu itu untuk tempat persembunyian sekaligus tempat yang terhubung dengan kamarku di lantai atas. Di sudut tempat ku sekarang, terdapaat guci sebesar orang dewasa dan memang sengaja di letakkan di depan pintu dinding supaya tidak ada yang tau kalau terdapat pintu yang menyerupai dinding.
Aku masuk ke dalam pintu yang menyerupai dinding, seperti yang aku kira pintu ini tidak mengeluarkan bunyi berdecit seperti pintu pada umumnya karena Papalah yang membuat sekaligus mendisain ruangan persembunyian untuk ku. Sayup – sayup aku mendengar seseorang berbicara melalui telepon genggam.
"Tidak ada apa – apa disini".
"---". Aku tidak tau seseorang tersebut berbicara dengan siapa di ujung telepon.
"Rumah ini bahkan sudah kosong sekitar belasan tahun yang lalu. Aku menduga mereka tidak akan kembali kesini".
"....".
"Baiklah, saya akan kembali kesana Tuan".
Suara langkah kaki orang tersebut pergi dan semakin tidak terdengar lagi. Aku pun keluar dari tempat persembunyianku untuk melihat keadaan sekitar melalui jendela rumah ini. Benar saja, aku melihat orang tersebut keluar dari rumah ini dengan mobil yang sudah menjemputnya. Aku memutuskan untuk tidak mengejarnya, ada sesuatu yang ingin aku pastikan dari rumah ini.
Aku kembali ke tempat persembunyianku tadi, memastikan sesuatu sebelum aku bertindak. Ruangan ini benar – benar pengap tidak ada jendela hanya terdepat lubang persegi kecil dengan ukuran 10x10 cm di tempat – tempat yang strategis. Tempat persembunyian hanya terdapat tiga lantai dengan ukuran ruangan 3x3 meter dengan sudut ruangan terdapat tangga melingkar menuju lantai tiga yang terhubung dengan ruangan di kamarku dan di sisi sudut ruangan lainnya juga terdapat tangga melingkar terbuat dari besi yang akan terhubung dengan lantai satu.
Di lantai satu terdapat pintu yanag akan menuju ke lorong bawah tanah yang nantinya terhubung di gudang perkebunan milik Papa yang terdekat dari rumah kami sedangkan di lantai kedua merupakan tempat yang aku pijak sekarang. Tempat yang terdapat meja dan kursi juga tiga komputer berpentium satu. aku mulai menyalakan salah satu komputer dan benar saja seperti dugaanku semua komputer menyala, aku memang sengaja melakukannya dulu saat kami semua masih tinggal di rumah ini. Jika satu komputer dihidupkan maka yang lainnya akan menyala juga. Meskipun semua komputer akan menyala akan tetapi aku memasang sandi yang rumit di setiap komputer dan berbeda.
Sebenarnya rumah kami memiliki berbagai rahasaia dan hanya anggota rumah saja yang mengetahuinya bahkan Keyla dan Keyva tidak mengetahuinya dengan detail karena waktu itu mereka masih sangat kecil. Hanya Papa, Mama dan aku yang tau letak dan fungsi dari setiap ruangan di rumah ini. Seperti komputer yang berada di hadapanku sekarang terdapat gambar yang menampilkan cctv di ruangan rumah ini. Cctv yang memang di letakkan di tempat yang tidak terlihat. Di rumah ini terdapat dua jenis cctv yang terlihat dan tidak terlihat. Maksudnnya adalah cctv yang memang di letakkan di tempat yang akan terlihat dengan mata kepala kita sedangkan cctv yang tidak terlihat merupakan cctv yang berukuran sangat kecil, bisa digunakan, bahkan bisa berpindah tempat bahkan rumah ini mempunyai cctv yang ditimbun langsung dengan dinding rumah kami. Entalah Papa dan Mama memang sedikit berlebihan dengan konsep rumah canggih sekaligus aman buatannya.
Aku pun memutar kembali rekaman cctv sebelum dan sesudah seseorang yang tadi masuk ke rumah kami tanpa izin. Aku menghentikan rekaman cctv saat wajahnya terlihat dengan jelas, orang ini. Orang yang aku kenal tapi aku lupa pernah mengenalnya dimana dan siapa. Sebaiknya aku segera pulang untuk menunjukkan rekaman ini ke Keyla dan Keyva.
Aku keluar dari tempat persembunyian, bukan dari pintu aku masuk tadi melainkan dari pintu yang terhubung dengan kamarku. Kamar ini tidak berubah sejak aku meninggalkannya enam belas tahun yang lalu, tidak berubah sama sekali hannya semakin tidak terawat. Aku melangkahkan kakiku keluar dari kamar ku, dari lantai dua aku bisa melihat seisi rumah dari sini. Rumah ini, hampir sama dengan rumahku bersama kedua adik ku hanya berbeda di beberapa ruang.
Aku menuruni tangga menuju ruang keluarga, tidak ada orang di rumah ini hanya ada aku. Tanpa sadar kaki melangkah menuju dapur. Memori di dalam otakku terus berputar seperti film hitam putih. Dapur ini tempat kedua orang tua ku di bunuh. Tempat mereka pergi. Tempat Papa mengatakan 'kami menyanyangi kalian' untuk terakhir kalinya dan tempat Mama berkata kepadaku 'lindungi dan jaga kedua adikmu, kami mencintai kalian. Selamat tinggal sayang'. Tanpa sadar cairan bening dari kedua mataku berjatuhan tanpa bisa aku cegah.
Aku sangat merindukan kalian. aku tidak bisa menghentikan tangisku. Ini seperti melodi sekaligus trauma ku yang sejak dulu menghantuiku. Aku menangis dan menangis untuk kesekian kalinnya saat mengingat mereka. Tubuhku luruh hingga jatuh terduduk. Menyesali semua yang telah kulakukan kepada mereka. Dadaku sesak, kepalaku sakit, aku tidak bisa bernafas dan berakhir kegelapan yang datang kepadaku.
Flass Back End
------------------------
Cerita ini murni dari otak ku.
Sampai Jumpa...

KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies vs. Gentlemen
RomanceDON'T COPY MY STORY!! Kedua Orang tua dari tiga bersaudara Key, di bunuh dengan cara yang sadis dan kejam . Membawa mereka menjadi wanita pendendam. Mereka bertekad membongkar kematian kedua orang tua mereka yang meninggal secara misteri...