21. Membujuk Kakak

16 3 0
                                    

Part ini aku dedikasikan kepada user30587102 😍😍💕💕💕

Happy Reading!


----------------------------


Keyva Andita

"Kak Nana sudah siap..."


Aku mengerutkan dahi. Saat melihat Kaka Nana tidak menggunakan setelan kerjanya dan masih menggunakan piyama. Kak Nana hanya melewatiku saja, tanpa perlu mengajakku berbicara atau sekedar menyapa selamat pagi seperti biasanya. Menatapku saja, sudah enggan.

Aku hanya bisa menatap sedih punggung Kakak Nana yang berjalan menuruni tangga rumah kami. Aku saja sudah menunggu Kak Nana selama 30 menit yang lalu, supaya bisa mengantarkan Kakak Nana dan Kak Lala berangkat kerja bersama dengan mobil. Sirna sudah harapanku pagi ini, untuk mengembalikan suasana hati Kak Nana.

"Kenapa belum berangkat Keyva?."

Kak Lala mengintrupsi rasa sedihku. Aku hanya mengela nafas sebagai jawaban. Kak Lala juga sama sepertiku, sudah memakai pakain rapinya dan siap untuk berangkat bekerja bersama.

Sebenarnya itu sebagian dari rencana kami berdua, untuk membujuk Kak Nana supaya tidak marah lagi. Usahaku sudah gagal sebelum aku memulainya. Aku sudah kalah sebelum berperang.

"Aku tidak jadi bekerja hari ini Kak."

Aku berjalan gontai ke arah kamarku yang terletak di sebelah kamar Kak Nana. Aku melempar asal tas kerjaku. Melepas semua pakaian kerjaku dan menggantinya dengan pakaian rumah yang santai.

Aku duduk di tepian tempat tidur sambil memikirkan rasa bersalahku. Jika saja aku tidak membuat clue yang memperlibatkan orang lain, mungkin tidak akan terjadi makan siang sialan itu dan Kakak Keyna tidak akan semarah ini.

Aku lebih memilih kemarahan Kak Keyna dibandingkan kemarahannya yang hanya diam dan mengganggap kami seperti tidak ada.

Itu lebih menyakitkan untukku.

Aku lebih senang Kak Nana menumpahkan semua kemarahannya, kalau perlu saling memukul di ring tinju yang berada di basement daripada seperti sekarang.


Aku mengambil ponselku yang entah dimana, setelah aku lempar ke atas tempat tidur. Aku mulai mengirim pesan ke sekertarisku atas ketidakhadiranku bekerja hari ini.

Aku lebih memilih libur bekerja, daripada aku bekerja tetapi pikiranku tidak ada di tempat semestinya. Lagipula firma hukum yang menaungiku akan mengerti, track recordku lima tahun ini sangat baik.

Aku juga mnegirim pesan, supaya mengalihkan janji bertemu dengan klien di lain hari. Setelah selesai mengetik beberapa kalimat, aku melemparkan lagi ponselku ke tempat tidur. Merebahkan tubuhku di ranjang, menatap langit - angit kamarku yang berwarna putih.

Apa yang harus aku lakukan untuk membujuk Kak Nana dari kemarahannya?

Jika saja Kak Nana seperti perempuan pada umumnya, yang akan gila berbelanja saat marah. Aku pasti akan mengajaknya ke pusat perbelanjaan dan membelikan apapun yang Kak Nana inginkan - sangat disanyangkan Kak Nana bukan perempuan seperti itu.

Aku bangun dari posisi rebahku dan berjalan keluar dari kamar. Lebih baik aku menghampiri Kak Nana daripada hanya diam di kamar dan memikirkan cara yang tidak segera aku lakukan.

"Kau sudah berganti pakaian?"



Suara Kak Lala menyambutku dari ruang keluarga saat aku akan menuruni satu tangga terakhir rumah kami.

Ladies vs. GentlemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang