27.1.Paparazi

9 0 0
                                        

Vote dan komen jangan sampai lupaa...

Happy Reading!

-----------------------

Keyla Andita

Sudah tujuh jam Keyla berdiri di ruang OK bersama as-op, perawat , dan tiga koas yang berada di bawah pengarahannya. Pasien yang kami tangani kali ini terkena tumor otak, jika sedikit saja kesalahan maka nyawa pasien taruhannya. Berulang kali Keyla menyedot hampir keseluruhan perdarahan di kepala si pasien.

"Satu orang dari kalian majulah." Aku melirik sekilas dokter koas staste bedah yang berada di hadapanku sekarang.

"Jahit kulit si pasien dan kalian berdua bisa mendekat untuk melihat dan mencatat jika perlu."

Aku mengamati pekerjaan koas dihadapanku dengan teliti. Bagi koas mendapat bagian menjahit kulit pasien adalah sebuah keberuntungan tersendiri.

Operasi akhirnya selesai dengan baik. Aku memilih kembali ke ruanganku, bersiap untuk mandi dan mengisi tenagaku. Lima jam berdiri di OK cukup menguras energi. Makan adalah cara terampuh untuk mengembalikan energi selain tidur. Walaupun sebenarnya aku ingin memilih tidur tapi keadaan tidak memungkinkan.

"Ingin makan siang di luar Dokter Keyla?"

Aku menoleh dengan cepat saat sebuah suara memanggil namaku di koridor rumah sakit.

"Oh iya Dokter Jannet."

Aku menjawab dengan sopan, meskipun Kak Jannet sahabat baik dari Kak Nana tetap aku harus memanggilnya dengan baik karena kami berada di rumah sakit.

"Kebetulan sekali kami juga akan makan siang di luar, bergabunglah dengan kami." Ucap Dokter Jannet kepadaku.

"Ah, tidak perlu Dokter Jannet. Saya bisa---".

Aku merasa sungkan dengan suami Dokter Jannet yang berada di sampingnya. Pasti mereka ingin makan berdua tanpa di ganggu oleh orang lain, lagipula mereka pengantin baru pasti ingin menghabiskan waktu berdua terus.

"Aku tidak menerima penolakan Keyla. Ayo ikut dengan Kami."

Kak Jannet tersenyum dengan lebar. Kak Jannet sudah aku anggap seperti Keluarga ku sendiri. Ia telah membantu banyak keluarga kami, termasuk salah satunya membantu biaya pendidikan ku dulu.

"Iya, bergabunglah dengan Kami."

Aku mengalihkan pandanganku saat Justin Lee yang merupakan suami Kak Jannet ikut membujuk ku juga. Aku kalah, pasangan di hadapanku tidak akan melepaskanku dengan mudah mengenai ajakan makan siang mereka. kalau di hitung – hitung aku bisa menghemat uang makan ku.

"Baiklah, aku akan ikut."

"Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi keyla."

Kak Jannet meraih tanganku, kami berjalan bergandengan keluar menuju rumah sakit. Sedangkan Kak Justin lee mengekor di belakang kami. Sesekali orang – orang melirik dan melihat terang – terangan ke arah kami, terutama orang – orang yang berada di bidang yang sama dengan kami di rumah sakit ini.

Lagipula siapa yang tidak tau Dokter Jannet Kendo. Anak dari pemilik rumah sakit swasta ini, yang mungkin nantinya akan menjadi Direktur utama di rumah sakit. Jangan lupakan juga suami dari Dokter Jannet yang merupakan sutradara film.

Inilah yang menjadi pertimbanganku untuk menolak ajakan makan siang dua pasangan sejoli yang berada di dekat ku sekarang. Sudah menjadi konsumsi publik di rumah sakit jika aku dan Dokter Jannet Kendo sangat dekat dan akrab. Aku dan Dokter Jannet berbincang dengan seru seolah – olah hanya ada kami berdua.

Ladies vs. GentlemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang