25.1 Keputusan Keyna

5 1 0
                                    

Maaf atas keterlambatan yang begitu lama...

Cermat juga dalam baca povnya biar kalian gak kebingungan saat baca dikarenakan nama mereka yang hampir sama. Terima kasih...

Happy Reading!

--------------

Keyna Andita

Sudah seminggu yang lalu misi balas dendam kami berlalu, membunuh mereka bertiga bukan berarti balas dendam kami telah selesai, masih ada satu orang dibalik semua ini dan kami harus mendapatkannya untuk mengetahui motif tersembunyi dari pembunuhan kedua orang tua kami.

Untuk saat ini kembali ke aktivitas semula akan lebih baik bagi kami. Kembali bekerja seperti sedia kala, seolah – olah tidak terjadi apapun.

"Aku mencarimu kemana – mana ternyata kau disini, Keyna sayang."

Aku mengalihkan perhatian dari layar komputer di depan ku, ke arahnya. Ray menghampiri ku dengan langkah lebar. Ray semakin dekat, merangkul bahu ku dengan mesra dan mengecup dahi ku secara tiba – tiba. Aku menengang. Berada di dekat Ray membuat ku gugup.

"Apa yang kau lakukan Ray. Ini di kantor dan aku sekertarismu!"

"Sekertaris sekaligus kekasihmu Keyna."

Aku siap menyela perkataannya sebelum Ray mempersilahkan orang yang berada di belakang ku utnuk masuk ke ruangannya.

Tunggu sebentar. Ada orang lain, selain aku dan Ray.

Matilah aku.

Aku berdiri memberikan salam dengan membungkuk hormat, menyembunyikan wajah ku melalui helaikan rambu ku yang jatuh menjuntai. Setelah mendengar pintu tertutup, aku mendesah lega dan menjatuhkan tubuh ku di kursi kerja. Untuk saat ini, menyembunyikan wajah ku di meja adalah pilihan yang tepat.

Ray memang benar – benar gila.

"Aku menyuruhmu untuk masuk juga Keyna."

Suara Ray membuatku terkejut hingga berdiri dari kursi kerja ku.

"Hm ya.. tentu. Ma-maaf."

Aku mencari notes beserta bolpoin dengan tergesa – gesa. Tidak ingin membuat Ray menunggu lama di depan pintu ruangannya.

"Aku sabar menunggu Keyna sayang."

Aku bisa mendengar suaranya yang mencoba menertawaiku. Aku mendengus sebagai respon untuknya. Tunggu saja nanti Ray.

Aku masuk ke rungan Ray dengan menunduk masih tidak berani menatap tamu Ray, yang berada di kursi tamu yang disediakan. Ray menepuk lembut sofa panjang yang Ia duduki, memberikan intruksi untuk aku duduk disampinya.

Oh yang benar saja.

Aku tidak mungkin duduk di sampinya saat ada orang lain selain kami disini. Ini menyangkut profesionalitas dalam bekerja, aku tidak ingin dicap sebagai sekertaris penggoda meskipun tidak benar sekalipun.

Aku memilih duduk di sofa yang sama dengan Ray, dengan jarak yang cukup jauh. Masih tidak ingin menatap Ray maupun orang lain dihadapan kami berdua. Aku melirik sebentar mendapati setelan jas kerjanya menunjukkan orang tersebut sama dengan Ray. Aku masih tidak bisa menebak – nebak siapakah orang tersebut.

Aku merasakan sofa di samping ku bergerak dengan lengan kokoh yang melingkar di pinggangku. Berusaha sekuat tenaga melepaskan tangan Ray dari pinggang ku. Bukannya terlepas Ray semakin erat, membuat jarak kami semakin dekat. Harum parfum miliknya membuat ku ingin semakin berada di dekatnya.

Ladies vs. GentlemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang