12. More and More

8.8K 830 58
                                    

Sebelum baca di sarankan untuk makan malam terlebih dahulu, karena chapter ini panjang dan mungkin akan membuat kalian laper.

Selamat malam Minggu.

Happy reading 😘

Pertemuan yang tak pernah aku duga, akhirnya aku tahu alasan dia meninggalkan aku. Gadis itu adalah alasannya, aku yakin. Namun kenapa gadis itu harus Lee Sae Ra yang kini telah menjadi keluargaku. Ini tidak akan mudah untukku bila aku harus sering bertemu dengannya. Aku takut, aku takut tak bisa menangani perasaanku bila terus melihatnya. Kalian lihat betapa frustrasinya aku kemarin saat tak sengaja bertemu dengannya, lalu apa yang akan terjadi jika aku lebih sering melihatnya. Kemungkinan terburuk, aku akan mati terbunuh oleh perasaanku sendiri.

"Kau benar-benar tidak apa-apa?" tanya Lee Taeyong yang sedikit mengalihkan aku dari pemikiran rumitku.

"Aku baik-baik saja, aku hanya sedikit lelah," jawabku jujur, karena aku memang lelah. Lelah dengan keadaan ini. "Aku mau mandi dulu," ujarku lalu melangkah menuju kamar mandi.

Aku membiarkan air dari shower mengguyur tubuhku. Menangis dalam diam bersama derasnya air yang perlahan mulai membekukan tubuhku. Aku berharap air dingin ini juga akan membekukan air mata dan juga luka hatiku.

"Go Eun Byul! Kau mandi atau bertapa? Cepatlah aku juga ingin mandi!" teriak Lee Taeyong dari luar.

Aku mematikan shower. Lee Taeyong benar, aku sudah terlalu lama. Kulit tanganku mulai mengeriput dan memucat. Aku mengambil handuk dan memakainya sebelum aku mati karena hipotermia. Sedikit berlebihan, manusia tidak mati semudah itu jika belum waktu.

"Lama sekali!" umpatnya sambil masuk ke dalam kamar mandi.

Aku tak menghiraukan dia. Aku terlalu malas untuk bertengkar dengannya. Tenagaku sudah habis untuk memikirkan hidupku yang sangat kacau. Setelah berpakaian aku hanya duduk diam di atas kasur. Aku tak ingin melakukan apa pun. Aku lelah fisik, hati dan juga pikiran.

"Hei! Go Eun Byul jangan melamun!" ujar Lee Taeyong sambil melempar handuk basah yang baru di pakainya padaku. Seperti yang aku bilang aku sedang tak punya tenaga untuk bertengkar dengannya jadi aku hanya meletakan handuk itu di keranjang pakaian kotor. "Go Eun Byul, kau benar-benar baik-baik saja, kab?" tanyanya lagi.

Hatiku terasa sakit setiap kali mendengar pertanyaan ' apa kamu baik-baik saja?' Aku membenci pertanyaan itu. Sungguh. Terlalu berat untukku harus mengatakan aku baik-baik saja, karena di lihat dari sisi mana pun aku tidak baik-baik saja.

"Aku bilang aku baik-baik saja!" jawabku ketus, " aku baik-baik saja," ulangku lagi dan kali ini bersama air mata yang tak lagi bisa aku tahan.

"Hei, kenapa kau menangis?" tanyanya bingung. "Aku hanya bertanya." Dia mengusap air mataku.

Aku terlalu enggan untuk bicara aku hanya ingin menangis. Biarkan aku menjadi cengeng untuk kali ini saja. Aku bosan pura-pura baik-baik saja dan juga tegar. Dia menarikku dan mengelamkan ke dalam pelukannya.

"Maaf ... Maafin aku. Jangan nangis lagi," ujarnya sambil mengusap rambutku. "Jika begini kau membuat aku bingung," katanya kemudian. Aku masih tak mengatakan apa pun, aku hanya ingin merasakan kenyamanan dan pelukannya membuat aku merasakan kenangan itu. "Kenapa tubuh kamu dingin sekali? Kau sakit lagi? Ayo kita ke rumah sakit!" Dia terlihat mengkhawatirkanku, dia berniat melepas pelukannya, tapi aku lebih dulu menahannya.

My Strange Husband  I & IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang