07

1.7K 213 17
                                    

Kadunganku memasuki usia 18 minggu. Dia tumbuh dengan baik dan aku mulai bisa merasakan pergerakannya. Perutku juga mulai terlihat membesar, aku tidak terkejut ini sudah ketiga kalinya. Karena kondisiku juga perlahan membaik, aku mulai bisa beraktivitas seperti biasa. Ya meski Lee Taeyong tetap saja membatasi aktivitasku.

"Sudah kubilang jangan repot-repot menyiapkan sarapan," ujarku.

"Suamimu ini jago loh, masaknya!"

"Bukan begitu, kau pasti sudah lelah dengan pekerjaan kantor. Jika kau juga yang menyiapkan sarapan, apa gunanya aku jadi istri?"

Dia tersenyum, mengusap lembut rambutku. Dia menunduk hingga perutku, mengusap perutku yang sudah tidak rata lagi. "Tugasmu adalah, memastikan dia baik-baik di dalam sana," ujarnya.

Sial! Jantungku berdegup kencang karena ucapannya. Pipiku juga terasa panas. Lee Taeyong selalu bisa membuatku jatuh cinta lagi, lagi dan lagi kepadanya. "Ya ...." Dia tertawa kecil, lalu memelukku.

"Ibu, ayah!" Reflek aku mendorong Lee Taeyong saat mendengar suara Lee Eun Hwa.

"Oh, Eun Hwa-ya, kau sudah siap?" tanyaku gugup. Tidak seharusnya dia menyaksikan adegan aku dan Lee Taeyong barusan.

"Oh!" jawab Eun Hwa singkat.

"Jeno mana?" tanya Taeyong.

"Ayah aku di sini!"

"Baiklah karena sudah di sini semua, kita sarapan!"

Kami sarapan dengan tenang, meski ada sedikit perdebatan antara Eun Hwa dan Jeno, tapi itu masih bisa di tangani dengan baik. Sejak aku hamil lagi, mereka jadi lebih penurut. Aku bersyukur, karena Tuhan mengirimi mereka semua ke dalam hidupku.

"Eun Byul-ah, aku ada meeting mungkin hingga malam, kau tidak usah menungguku!"

"Memang malam banget, ya?"

"Aku tidak tau, aku akan segera pulang setelah urusanku selesai!"

"Baiklah," ujarku. Aku tidak ingin menjadi istri yang banyak menuntut, selama aku hamil dia sudah melakukan banyak hal. Lagi pula meeting hingga malam bukan hal yang aneh untuk pimpinan perusahaan seperti dia.

***

Aku menghabiskan hariku yang senggang dengan menulis bagian baru dari novel online-ku.  Jumlah pembaca meningkat lumayan banyak, mereka berhasil membuatku bahagia dengan komentar-komentar lucu mereka. Karena mereka aku juga, tidak mari bosan karena tidak mempunyai banyak kegiatan.

Kring .... Kringg  ... Kringg.

Dengan malas aku mengangkat telepon yang sebenarnya tidak berada jauh dariku.

"Hallo, selamat siang!" sapaku.

"Saya scurity, ada paket untuk Nyonya Go Eun Byul!"

Paket, seingatku aku tidak memesan apa pun. Lee Taeyong juga sudah berhenti dengan kebiasaanya belanja online.

"Nyonya ...."

"Saya akan ke sana mengambil paket itu," ujarku.

Baiklah, mari jadikan ini sarana untuk tidak malas. Setidaknya berjalan dari unit apartemenku hingga lobi cukup untuk berolahraga, setahuku tidak baik juga orang hamil jika kurang bergerak.

Jantungku berdebar saat mendapat paket  itu. Kotak berwarna merah mudah dengan pita cantik yang menghiasnya berukuran sekitar 10x10 cm. Mungkinkah Lee Taeyong yang mengirim ini? Astaga aku tidak sabar untuk membukanya.

Begitu sampai di dalam apartemen, aku segera membukanya sembari menebak isinya. Gaun? Kalung? Gantungan kunci berbentuk hati? Membayangkannya saja membuatku bahagia.

"Akkkkk!" jeritku. Aku melempar kontak itu sejauh yang aku bisa, tubuhku gemetar hebat. Sungguh aku sangat ketakutan sekarang, bagaimana hal seperti itu dikirim padaku.

"Nyonya, nyonya tidak apa-apa?" tanya bibi yang bekerja di rumah.  "Siapa yang mengirim ini?" tanyanya lagi.

"Aku juga tidak tahu, Bi!"

Bibi mencoba menenangkanku. Sungguh, aku benar-benar syok melihat itu kotak yang jauh dari ekspektasiku. Sebuah boneka plastik tanpa yang kepalanya terpisah berlumuran darah.

"Nyonya saya akan menelpon Tuan."

"Jangan!" cegahku, aku belum ingin melibatkan Lee Taeyong, "bawa kotak itu padaku," ujarku.

Meski ketakutan, aku tetap aku melihat kotak itu.  Biasanya teror seperti ini pasti di selingi dengan pesan. Benar, ada sebuah surat yang ditempel pada tutup kotak.

You'r Next!

Gila! Siapa orang gila yang mencoba mengancamku. Mungkin saja ini hanya perbuat random orang iseng. Namun bagaimana jika ini benar, bagaimana jika ini bukan ditujukan padanya, tapi pada orang lain.

"Nyonya, foto ini sepertinya terjatuh dari kotak itu!"

Aku mengambil foto itu. Sebuah foto, gagal cetak atau mungkin sengaja tidak di cetak secara sempurna. Kalian tahu kan, camera yang fotonya harus di cuci lebih dulu, sepertinya ini hasil jepretan dari kamera sejenis itu, tapi tidak sempurna. Aku hanya bisa melihat bayangan samar dua orang yang sedang berpelukan. Sepertinya laki-laki dan perempuan.

"Bi, tolong rahasiakan ini dari Lee Taeyong!"

"Tapi ...."

"Saya yang akan mengurus semua ini sendiri!"

"Baik."

Baiklah mari kita lihat siapa yang sedang bermain-main denganku. Aku memang hanya ibu rumah tangga biasa saat ini, tapi aku tetap Go Eun Byul.

"Eun Woo-ya, bisa datang ke rumahku?"

"Noona, aku lembur malam ini!"

"Kalau kau masih ingin melihat noona-mu ini hidup datang ke apartemenku!"

Aku segera memutus sambungan telepon, aku yakin dia pasti datang. Aku memang tidak mungkin menyelediki semua ini sendiri, tapi Eun Woo pasti bisa melakukannya. Tidak salah memang aku membelanya dulu, saat orang tua kami menentang dia masuk akademi polisi.

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Hai Gengs aku update!

Apa kabar?

Maaf lama banget nggak up date. Bukan karena apa-apa belakang ini aku benar-benar dalam fase stres hingga setengah depresi.

Untuk penyebabnya apa, nanti bakal aku ceritakan setelah aku berhasil melewatinya.

Aku cuma minta doa aja, agar aku segera bisa lewati ini semua dan lebih sering update.

Happy reading

See on the next chapter.




My Strange Husband  I & IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang