11

1.5K 174 27
                                    

Aku terdiam setelah mendengar cerita dari Jung Jaehyun. Aku merasa menjadi wanita berpikiran dangkal, aku menyimpulkan semuanya dari selebar foto. Sekarang tahu alasan kenapa Lee Taeyong marah dan memilih mengabaikan aku.

"Kau masih tidak ingin pulang?" tanya Jaehyun.

"Tidak!"

"Kenapa? Kau tidak mempercayai ceritaku?"

Aku memang tidak bisa kembali pada Lee Taeyong. Bukan karena aku tidak mempercayai cerita Jung Jaehyun, hanya saja aku merasa tidak pantas untuk kembali  padanya. Bukan hanya sekali dua kali, aku meragukannya. Menuduhnya hanya berdasarkan sesuatu yang hanya kulihat sekilas, atau bahkan hanya dari sepotong foto. Aku membuat karangan cerita yang aku percaya sebagai cerita yang terjadi.

"Dari dulu hingga sekarang aku tidak pernah pantas untuknya. Dia lebih pantas bersama dengan wanita yang memiliki pemikiran yang lebih rasional. Dari awal aku dan dia memiliki dunia yang berbeda, dia yang sangat tampan, kaya dan menawan ...,

... Aku hanya wanita biasa, wajahku juga biasa, keluargaku juga bukan keluarga yang hebat. Orang-orang sering bilang jika Lee Taeyong harusnya bersama wanita yang sama hebatnya dengan dia, bukan wanita sepertiku. Setiap dia mengajakku ke acara teman-teman atau rekan bisnisnya, orang-orang selalu berbisik jika aku mungkin menjebaknya hingga akhirnya dia menikahiku. Mereka memang benar, jika bukan karena aku meminta menikahiku atau artikel bodoh itu tidak ada mungkin saja seorang seperti Lee Taeyong tidak akan  pernah menikahi wanita sepertiku!"

"Bodoh! Wanita berotak dangkal, ya Go Eun Byul memang seperti itu!"

Aku menoleh ke arah suara itu berasal, seorang pria yang berurai air mata menatapku. Di sana juga ada Jeno dan Eun Hwa. Aku tidak bisa menahan air mataku. Mereka berlari memelukku.

"Ibu ...."

"Kenapa kalian jadi kurus begini?" Anak-anak terlihat lebih kurus, aku sadar betapa bodohnya aku meninggalkan mereka selama sebulan ini.

"Kau tidak lihat aku juga kurus, Eun Hwa, Jeno, aku, sangat membutuhkanmu! Kenapa kau selalu berkata kau tidak pantas untukku? Apa kau tidak bosan mengatakan itu?"

"Taeyong-ah ...."

Aku bisa melihat dia terlihat begitu berantakan dan juga kurus. Dia juga terlihat putus asa.

"Kau selalu meragukan tentang perasaanku padamu, bukankah jika seperti yang harus kau pertanyakan adalah perasaanmu?"

Aku hanya bisa diam. Dia benar, aku memang selalu meragukan perasaanya. Aku selalu bertanya apakah cintanya, sama besarnya dengan rasa cintaku padanya.

"Eun Byul-ah, kau tau apa yang membuatmu selalu terluka adakah pemikiranmu sendiri. Untuk terakhir kalinya akan mengatakan ini, aku mencintaimu, sangat mencintaimu ...." Dia menghapus air matanya, dia berjalan ke arahku lalu berlutut di depan tempat aku duduk bersama Eun Hwa dan Jeno. "Aku mencintaimu sebagai ibu dari anak-anakku, aku mencintaimu sebagai istriku, aku mencintaimu sebagai Go Eun Byul. Bahkan jika keadaanya saat itu berubah aku akan tetap memilihmu sebagai istriku."

Aku hanya bisa menangis, kata-kata Lee Taeyong seperti tamparan untukku. Menyadarkan berapa piciknya caraku berpikir selama ini. Selama bersamanya, aku selalu merasa takut, aku takut jika dia hanya mengasihaniku. Aku takut jika dia terpaksa mencintaiku, aku takut jika dia pergi saat bertemu wanita yang lebih hebat dariku. Ketakutan itu membuatku selalu curiga dan tidak bisa percaya padanya. Aku selalu ragu setiap kali dia mengatakan dia mencintaiku. Pada akhirnya semua itu membuatku terluka pada akhirnya.

"Mari kita berpisah," ujarku. Lee Taeyong menatapku, air matanya jatuh. Aku juga menangis.

"Baiklah ayo kita berpisah, jika itu bisa membuatmu lebih bahagia. Maaf jika aku tidak berhasil membuatmu percaya padaku."

Tanganku mengusap air matanya, "Aku percaya padamu, terima kasih sudah mencintaiku. Hanya saja, aku merasa kita akan terus bertengkar seperti ini di masa depan dan itu tidak baik untuk kita, terutama untuk anak-anak. Selama ini kita terlalu sibuk memikirkan cara membahagiakan satu sama lain, hingga lupa cara membuat diri kita sendiri bahagia ...

... aku bahagia memiliki suami sepertimu, aku bahagia memiliki anak-anak seperti Eun Hwa dan Jeno. Tapi aku merasa kita perlu waktu untuk diri kita masing-masing."

Lee Taeyong mengangguk, "Baiklah jika kau merasa itu yang terbaik, tapi kamu harus ingat satu hal aku akan tetap menjadi rumah untukmu. Kapan pun kamu ingin pulang, akan akan selalu membuka pintu untukmu."

Aku memeluknya. Berat rasanya membayangkan hari-hari tanpanya nanti, tapi aku tidak ingin hal-hal seperti ini terus terjadi. Aku merasa hubungan kami sudah tidak sehat, aku sering meragukannya dan dia sering tidak terbuka padaku. Banyak hal yang kami lewatkan karena semua ini. Kami sering bertengkar, meski akhirnya kami kembali rukun. Namun akhirnya kami melakukan yang sama lagi, lagi dan lagi. Kami terus terluka, hingga lupa tujuan awal kita bersama adalah saling membuat bahagia.

Sama sepertinya aku juga sangat mencintainya, maka dari itu aku ingin melepaskannya. Aku ingin kami sama-sama memiliki waktu untuk memikirkan diri kami sendiri, tanpa mengkhawatirkan satu sama lain.  Aku juga ingin membuat diriku lebih pantas, agar aku tidak lagi merasa rendah diri jika suatu hari nanti Tuhan memberikan jalan aku pulang ke rumahku.

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

Dobel update geng!

Aku nulis cerita ini, itu pingin berbagi pandanganku tentang hubungan. Menurutku dalam setiap hubungan pasti ada hal yang membuat kita bertengkar sama pasangan, aku rasa itu wajar.

Tapi jika pertengkaran itu terus menerus terjadi, munurutku itu nggak baik. Apalagi kalau sampai kaya Eun Byul yang terus bertanya apa pasangan kita cinta sama kita atau enggak?  Yang akhir justru membuat dia terus menerus curiga, ragu dan akhirnya sakit hati.

Atau seperti Lee Taeyong, yang lebih memilih menutupi apa yang sebenarnya terjadi, daripada jujur agar pasangannya nggak  marah. Tapi akhirnya pas pasangannya tahu, marahnya justru lebih besar, bahkan nggak mau dengerin penjelasannya.

Jadi dari pada kita terlalu sibuk mikirin sebenarnya dia sayang nggak sih sama kita? Kita bisa mencoba untuk merasakan perhatian-perhatian kecil yang dia berikan, yang buat kita merasa di cintai.

Dari pada kita menutupi sesuatu dari pasangan kita, lebih baik kita bercerita meski dia mungkin akan marah, tapi jika kita sendiri yang mengatakannya, dia pasti akan lebih mengerti.

Dalam hubungan nggak ada salahnya curiga, nggak ada salahnya bertengkar, nggak ada salahnya cemburu asal semua masih dalam hal wajar. Jangan sampai semua berlebihan, bikin hubungan jadi nggak sehat yang akhirnya mempengaruhi ke segala hal.

Yang sudah nikah mempengaruhi anak-anaknya, yang kerja bisa membuat kerjaannya nggak fokus, yang masih sekolah bikin nilai-nilai sekolahnya turun.

Perlu diingat kalian itu menjalin hubungan dengan sesama manusia, dan manusia itu tidak ada yang sempurna. Hubungan itu harus saling terbuka, percaya dan saling menjaga kepercayaan.

Ok sampai sini dulu deh,

Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

My Strange Husband  I & IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang