03. Sorry

10.4K 948 16
                                    

Satu persatu tamu undangan meninggalkan gedung pernikahanku. Akhirnya aku bisa berhenti untuk tersenyum, ini terlalu berat untukku. Hatiku begitu terasa sakit dan saat aku harus terus tersenyum di tengah rasa sakitku membuatku ingin mati saja.

“Ya! Eun Byul-ah. Bukankah kau menikah dengan Jaehyun? Apakah Jaehyun  melakukan operasi plastik?” tanya Joohyun sahabatku yang pasti kebingungan.

“Aku akan jelaskan nanti, hmm.” Aku terlalu bingung dari mana harus kujelaskan. Aku sendiri juga masih tidak mengerti dengan keadaan gila ini.

“Baiklah! Aku akan menunggu penjelasanmu.”

Aku mengangguk dan berusaha tersenyum padanya, mencoba mengatakan aku baik-baik saja. Akal sehatku seperti memang sudah hilang, yang laki-laki asing itu katakan memang benar. Aku gadis gila, jika aku waras mana mungkin melakukan hal seperti ini. Menikahi laki-laki yang bahkan baru kutemui. Tahukah apa yang lebih gila lagi? Dia setuju menikah denganku, entah karena dia terlalu baik atau dia sama gilanya dengan diriku.

“Go Eun Byul-sshi.” Suara yang sedikit berat, namun terdengar manis memanggilku.

“Ya,” sautku.

“Aku sudah melakukan tugasku sebagai manusia.” Tugas sebagai manusia??? “Jadi segera jelaskan pada orang tuamu, karena aku tidak ingin terlibat lebih jauh,” ujarnya.

“Baiklah! Aku pastikan tidak akan melibatkanmu lebih jauh.”  Dia benar aku harus menjelaskan pada orang tuaku, aku tak mungkin terus berbohong pada mereka terlebih untuk waktu yang lama. Aku tak sanggup melakukannya.

Aku mengumpulkan semua keberanianku. Aku sudah bertekad untuk berkata jujur. Meskipun pahit aku percaya kejujuran lebih manis dari kebohongan. Hatiku merasa sangat bersalah, apalagi saat aku melihat ibuku terlihat begitu bahagia. Aku bertanya pada diriku sendiri apa aku sanggup?

“Ibu ...," panggilku pada wanita yang mengenakan hanbok warna biru langit.

“Kenapa? Kau butuh sesuatu?” tanya dengan begitu lembut, yang membuat rasa bersalahku berkali lipat.

Bibirku tak mau terbuka, rasa bersalah ini membekukanku. Terlebih senyuman yang tergores di wajahnya adalah senyuman yang tercipta akan kebohonganku. Aku memeluk tubuh kurus ibuku. Entah setan apa yang sempat merasukiku hingga aku membuat kebohongan yang tak akan bisa untuk di maafkan.

“Ibu ....” Aku hanya mampu memanggilnya dan menangis. “Mianhae.”  Kata maaf mungkin tak pantas kuucapkan. Sungguh aku tak pantas untuk di maafkan.

Ibu maafkan putrimu ini, putri yang telah bertindak sesuka hati dan selalu membuatmu bersedih.

“Kau kenapa? Apa suamimu membuatmu sedih?” tanyanya penuh kekhawatiran.

“Aku baik-baik saja, Ibu.”

“Suamimu di mana?” Suami? Pantaskah aku menyebutnya sebagai seorang suami?

“Itu dia menantu Lee,” ujar ibuku. “Lee Taeyong ...,” teriak ibuku memanggil suamiku, bukan maksudku Lee Taeyong.

“Iya,” sautnya. Dia berlari kecil menghampiri kami karena jarak kami lumayan jauh.

Saat dia tiba, ibuku langsung memeluknya. Aku melihat dia begitu terkejut dari raut wajahnya. Dia menatapku tajam, entah apa yang dia pikirkan. Aku tidak tahu, tapi tatapannya terasa mengerikan dan membuatku merinding.

“Jaga putriku, meski dia terlihat kuat dan keras kepala tapi dia sebenarnya rapuh dan mudah hancur.”

Mataku memanas. Aku tidak bisa menahan air mataku agar tidak keluar. Aku terharu dengan kata-kata ibu yang membuatku semakin takut untuk berkata jujur. Ibu melepas pelukannya, dia tersenyum manis pada ibuku berbeda 180° dengan tatapannya padaku tadi.

My Strange Husband  I & IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang