04. Ketiga

1.9K 258 32
                                    

Lee Taeyong, sungguh aku membencinya. Wanita itu masih menganggu pikiranku. Benar memang Lee Taeyong suamiku, tapi dari yang aku dengar laki-laki tidak melupakan cinta pertamanya. Aku juga sadar Lee Taeyong sedikit berubah sekitar satu bulan ini. Mungkinkah karena wanita itu?

"Eun Byul-ah kau masih marah?" tanyanya.

"Tidak, lagi pula dia bilang hanya bercanda!" jawabku.

"Syukurlah. Su Ha memang begitu, tapi sebenarnya dia baik. Penampilan dan cara bicaranya memang sering membuat orang salah paham."

"Ya tidak memang baik. Karena dia baik, kenapa tidak kamu jadikan dia sebagai istri!" ujarku ketus.

"Emang boleh?" tanya Lee Taeyong dengan bodohnya.

"Tentu saja, tapi jangan lupa siapin pemakaman untuk kalian berdua!"

Dasar Lee Taeyong tidak peka. Bagaimana dia begitu tega mengatakan itu padaku. Lihat saja, aku akan benar-benar membunuh mereka jika dia melakukan itu.

"Hei, aku hanya bercanda."

"Tidak lucu!"

Dia melakukan triknya lagi. Aku selalu luluh setiap kali dia memeluk seperti ini. Rasanya semua amarahku runtuh.

"Maaf sudah membuatku tidak nyaman. Aku sungguh tidak tahu Su Ha datang. Malam itu juga, dia mengantarku karena dia juga tinggal di dekat sini," jelasnya.

"Jangan jelaskan apa-apa lagi padaku!"

"Kau tidak percaya?"

"Aku percaya padamu, jadi jangan jelaskan apa-apa lagi. Semakin kamu menyakinkan, semakin aku mulai meragukanmu."

"Eun Byul-ah ...."

"Sudahlah aku lelah. Aku ingin istirahat, kau juga istirahat, besok kau harus pergi bekerja, kan?"

Aku pergi meninggalkan dia. Memang benar, dia mampu meluluhkan amarahku, tetapi tidak dengan rasa kecewaku. Aku kecewa karena dia bahkan tidak menyadari rasa tidak nyamanku karena wanita itu. Aku juga merasa tak percaya diri, meskipun aku istrinya, tetapi aku tidak yakin jika dia mencintaiku. Terlebih dengan bagaimana hubungan kami di mulai.

***

Hari berlalu, seperti biasanya aku juga melupakan kejadian hari itu. Bukan lupa, tetapi aku tidak ingin membahasnya lagi. Aku tidak tahu cara untuk marah padanya. Bagaimana bisa aku marah terlalu lama, sedangkan dia adalah orang yang aku lihat setiap aku akan tertidur dan bangun tidur. Terlebih aku tidak bisa membuat anak-anakku merasa tidak nyaman karena hubungan orang tuanya tidak baik. Mereka adalah alasanku tidak bisa untuk menjadi egois.

"Eun Byul-ah, nanti siang tidak usah mengantar makan siang untukku," ujarnya.

"Oke!" jawabku singkat.

Aku tidak ingin memperpanjang ini. Aku ingin berprasangka baik padanya. Meski semua pikiran negatif tetap saja datang dan membuatku merasa gila. Namun aku bisa apa? Marah-marah justru akan membuatku terlihat seperti wanita gila.

Sendirian, aku sudah biasa sendirian saat mereka sudah pergi. Belakangan ini aku terlalu malas untuk beraktivitas. Aku hanya duduk dan bermain laptopku. Rasanya cukup menyenangkan menulis lagi, apa lagi aplikasi novel online aku bisa berinteraksi langsung dengan pembacaku. Aku menulis karena aku menyukainya, meski aku tidak mendapat bayaran seperti dulu aku bahagia. Apalagi saat membaca komentar-komentar pembacaku membuatku lebih bersemangat menulis bagian selanjutnya.

Aku segera berlari ke kamar mandi saat rasa mual menghampiriku. Belakangan ini aku memang sering mual dan badanku juga sedikit terasa lemah. Aku sudah membuat janji dengan dokter Yoona. Siang nanti setelah menjemput Eun Hwa dan Jeno aku akan ke sana. Hasilnya positif, saat aku mengetes dengan tespack. Aku tidak memberi tahu Lee Taeyong, karena juga tidak yakin dia bahagia jika aku hamil lagi.

My Strange Husband  I & IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang