"Ga, tapi kita kan gak ada pake-pake team. Ngigau ya Lo.."
"Tahun ini gue buat perteam.."
Gue masih sempat mendengar perdebatan yang mereka debatkan. Jujur gue juga tidak mengerti dengan maksud dan tujuan yang akan Dirga lakukan kepada gue kedepannya. Sementara calon pelamar lainnya memandang gue dengan tatapan cemburu mungkin?
"Ta, si Dirga kenapa sih?" Pian melihat kearah gue yang masih terkejut. Yang benar saja gue langsung dijadikan sasarannya.
"Kaya kesel gitu cemberut aja.."
"Bukannya dia biasa nya emang jarang senyum." Kevin berceletuk.
Ailen memandang Kevin sengit. "Modelan panutan lo!"
"Dia emang gitu, gak ngerti juga gue susah banget senyum. Paling segaris doang, jarang liat doi senyum tiga jari.." Kevin masih terus menghibakan senior nya yang menata kearah kami.
"Kevin!"
Nah baru juga di ghibain, uda kerasa aja.
"Mampus lo Mpin!" Ailen dan Pian tertawa cekikikan.
"Iya Bang?"
"Kalau mau cerita ikut Ukm Seni.. ngedalang kamu disana!"
"Gak akan cerita lagi Bang.."
Kami semua langsung berhenti tertawa dan bercerita. Wajah nya ternyata sesadis kata-kata nya.
***
"HAH?"
"Ta serius lo!"
"Mata lo uda gak suci Ta.."
"Kaya nya doi labil deh Ta.."
Jadi ternyata gue tidak bisa merahasiakan kejadian tadi pagi diparkiran, Salsa dan Ailen mengupas habis apa gue lihat diparkiran tadi.
"Menurut gue Dirga gak jelas. Labil banget, dia itu uda punya pacar tapi masih sering kelihatan kesel kalau ekspektasinya gak sesuai." Rian tiba-tiba membuat kami semua melihat kearahnya. Memang Rian bukan tive manusia seperti yang ada disini, oleh karena itu gue terkadang lebih percaya apa yang dikatakan Rian dari pada yang lain.
"Maksud lo Yan?"
"Iya, ekspektasi yang gimana?"
"Jujur Ta, gue laki-laki. Gue tahu mana yang mandang lo sebagai junior sesunggunya, mana yang memandang lo lebih dari itu. Gue gak maksud ngebuat lo merasa gr, tapi sejauh yang gue lihat Dirga mungkin punya something sama lo. Gak tau kalau yang lain."
"Nah gue kali ini setuju Ta sama Rian." Salsa menyambung.
"Tapi harus nya dia gak bisa gitu. Sekarang dia punya pacar, gak boleh serakah kata nyokap gue." Pian ikut menyambung. Gue jadi pusing memikirkan asumsi teman-teman gue.
"Ta, pokok nya lo gak boleh gegabah. Gue yakin Dirga bukan orang yang gampangan berpindah kelain hati." Gue jadi semakin bingung. Di tingka mahasiswa sekarang seharus nya gue masih menikmati santai nya jadi mahasiswa bukan mengurus asmara yang gak jelas begini.
"Uda deh kaya nya, kenapa kita jadi diskusi begini. Lagian wajar kok Dirga nyium cewe nya." Gue akhirnya angkat bicara, lebih baik gue bersenang-senang dengan mereka dari pada melibat kan teman-teman gue dalam hal yang sunggu tidak menguntungkan kami ini.
"Kalau wajar kenapa lo yang gak mood?"
Gue menatap semua teman-teman gue dengan horor, yang benar saja. gue hanya terkejut, hanya terkejut.
Dari pada menambah rasa kesal dalam diri gue, akhirnya gue lebih memilih untuk pergi terlebih dahulu meninggalkan mereka yang memang sedang sibuk menertawakan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga
عشوائي"Gue jahat dan brengsek saat mutusi Nail begitu liat lo, gue juga brengsek karena mengkhianati Dante. Tapi setelah sejauh ini. Gue nggak akan berhenti. Lo adalah tujuan gue, akhir dari cerita gue Cesta. Gak ada yang bisa menghentikan gue menuju tuj...