"Jadi kalian juga gak saling kenal?"
Gue uda fix kayanya jadi bagian dari mereka. Kevin, Rian dan Pian. Tiga laki-laki yang gak saling kenal dari awal ini ternyata sangat asik jika diajak ngobrol. Walaupun mereka laki-laki gue selalu nyambung kalau ngobrol barengan sama mereka. Terutama sama Kevin yang kalau ngmong jawa banget.
Fyi, Kevin ini asli Jogja, dan kalau lagi ngomong fure bahasa indonesia juga logat jawa nya tetap kelihatan banget. Paling imut, dan paling suka ngelawak. Pian juga gak jauh bedah sama Kevin yang suka ngelawak dan buat kerusuhan. Sebagai Maba seharus nya kita takut dan merasa tidak percaya diri tapi mereka berdua seperti senior yang gak kenal rasa takut. Beda dengan Rian yang terlihat malu-malu tapi mau. Menurut gue Rian tive orang yang serius. Beda banget dari Kevin dan Pian yang emang suka bercanda.
Jangan tanya ketampanan mereka. Karena mereka jauh dari kata jelek. Menurut gue...
"Iya, gue sama Rian uda ketemu dari dipangkalan ojek. Kalau sama Kevin ketemu nya di lapangan aja abis nontoni elo berantem sama Senior.." Ujar Pian menjelaskan.
"Tapi tadi lo keren banget lho Ta, berani sama Senior..." Tambah Kevin.
"Masa sih? Tapi gue emang gak suka kalau ada acara bullyan begitu. Gak pandang bulu deh gue. "
Pian dan Kevin mengangguk setuju. "Gue juga. Tapi gue belum seberani elo. Tapi gue juga dulu suka membully deng!" Pian tersenyum sendiri saat membayangkan betapa nakal nya dirinya dahulu.
"Heeehhh, elo juga dulu team Pembully, kalau gue mah suka jadi antek-anteknya doang. Heheh" Tawa Kevin diakhirnya membuat kita juga ikut tertawa. By the way Kevin ajaib lho? Kalau dia tertawa kita semua bakalan ketularan. Asik kan?
Gue memandang Rian yang sedari tadi hanya menjadi penonton setia. Sesekali tertawa, sesekali ikut nimbrung dan sesekali hanya tersenyum sedikit.
"Rian kok diam aja?"
Dan lagi Rian hanya tersenyum. "Seneng punya temen yang ceriah kaya kalian.." Ujar nya yang membuat gue tersenyum terharu.
"Ih bisa aja lo Mbloo.." Ujar Pian sedikit menyenggol bahu Rian. Dan hanya dibalas oleh tatapan yang menyeramkan tapi kita semua tahu itu hanya candaan.
"Mblo?"
"Iya Jomblo.." Ujar Pian lagi.
"Kok lo tau sih Pi kalau Rian jomblo?" tatapan selidik gue langsung mendapat dukungan oleh Kevin. Terbukti dari dirinya yang juga ikut nimbrung.
"Iya, jangan-jangan kalian homoan ya?" Logat jawa Kevin membuat gue tidak bisa menahan tawa. Eh gue cerita ini ya? Gue pernah punya temen yang seperti Kevin ini tapi temen gue itu gak seimut Kevin. Malahan terkesan garang, tapi kalau Kevin logat jawa nya yang kentara ditambah wajahnya yang imut bak anak SD minta dibelikan gula-gula berbentuk kuda. Gue kan jadi susah mengkondisikan nya.
"Mpin, lo lucu banget sih kalau ngomong. Kalau suara lo bisa gue cubit bakalan gue cubit.."
"Mau donggg Ta diubitttt.." Kevin menyodorkan pipinya kearah gue, tapi bukanya tangan gue menyentuh pipinya. Tangan Pian terlebih dahulu menyapa pipi Kevin.
"Kok gatel pipi mu yo Mpinn.."
"Opo to sih Pi.." dan kembali lagi itu membuat gue tertawa lagi. Pian ini gak mau kalau dipanggil dengan sebutan 'ian' kata nya itu sudah pasaran. Jika dipanggil dengan sebutan 'Pi' kan akan lebih unyu-unyu. Dan dia juga gak mau namanya nanti sama dengan nama Rian. Kata Pian..
Ddrrttt
Dddrrttt
Sofi: Lo dimana Ta?
Sofi: Ini uda mau makan siang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga
Random"Gue jahat dan brengsek saat mutusi Nail begitu liat lo, gue juga brengsek karena mengkhianati Dante. Tapi setelah sejauh ini. Gue nggak akan berhenti. Lo adalah tujuan gue, akhir dari cerita gue Cesta. Gak ada yang bisa menghentikan gue menuju tuj...