Kelas Profesor Adnan sudah di tutup beberapa menit yang lalu tapi gue, Ailen dan Kevin masih setia di bangku masing-masing untuk membaca jurnal yang diberikan Profesor Adnan. Tidak hanya kita bertiga sebenarnya ada banyak mahasiswa lain yang masih berada dikelas membaca jurnal dan belajar mandiri atau belajar kelompok seperti suasana kampus biasanya.
Ailen sibuk menandai kata-kata atau istilah penting yang ada pada jurnal nya, memindahkan tulisan-tulisan penting didalam jurnal ke dalam Tablet nya lalu kembali fokus membaca jurnal. Kevin juga melakukan hal yang sama tapi beda nya Kevin sembari mendengarkan musik. Gue sendiri? Membaca jurnal sembari melihat refrensi dari buku yang gue beli kemarin bersama Dirga.
"Gaes, kelas nya bakalan di pakai, pada pindah aja." Ujar ketua kelas kepada kita semua, dan satu persatu dari kita mulai membereskan dan beranjak dari kelas. Mencari tempat belajar lain.
Gue, Ailen dan Kevin pun membereskan barang-barang kita.
"Pada mau kemana nih?"
"Gue mau ketemu dokter Budi di ruang dosen, ada titipan dari Mama kemarin." Ujar gue menenteng paper bag yang gue bawa dari rumah. Kebetulan salah satu dosen gue adalah teman Mama dulu, kata nya rumah Nenek gue dan rumah orang tua dokter Budi tetanggan, jadi setelah pulang dari Singapura kemarin Mama ada menitipkan sedikit oleh-oleh. Salam kolega kata Mama.
"Kok nyokap lo bisa kenal dokter Budi Ces?" Tanya Kevin.
Gue mengangguk. "Iya, dulu Mama gue sama dokter Budi tetanggan. Temenan juga kok sama nyokaf bokaf nya Sofi"
Kevin dan Ailen mengangguk. "Mau di tunggu gak? Kita mau ke perpus dulu nih."
"Gak usah deh, gue nanti mau latihan bareng kak Dirga."
Kevin dan Ailen berpandangan jail. Lalu Kevin menyenggol lengan Ailen lalu mereka sama-sama tertawa.
"Gue denger-denger kemaren ada yang ke Kwintang barengan? Bener gak sih Vin?"
"Iya, gue juga sih denger nya begitu. Kira-kita proses nya uda sampai mana ya?"
Gue menatap jengah dua sahabat gue. "Ya juga kalian pada kaga mau nemeni gue. Yaudah kebetulan ketemu kak Dirga."
"Eh Vin terus yang satu lagi gimana?"
"Yang mana sih gak paham gue!" Kevin dan Ailen semakin gencar mengangganggu gue yang belum berminat menanggapi nya.
"Itu lho yang jadi Demo kemarin jadi apa itu sih nama nya, mana ganteng bangett.."
"Susah ya jadi cakep, baru jadi anak baru aja uda famous begini." Kevin menggeleng kan kepala nya diikuti Ailen.
"Apaan sih lo pada, uda ah ntar keburu Dokter Budi ngilang." Gue berlalu meninggalkan mereka berdua yang seperti nya belum ikhlas menganggu gue.
Setelah sampai didepan ruangan dokter Budi gue langsung mengetuk pintunya dan begitu ada sautan untuk masuk gue membuka pintu ruangan itu. Dan ternyata dokter Budi tidak sendirian didalam ruanganya.
Sedang ada beberapa mahasiswa nya yang berdiri didepan nya. Gue yang kikuk pun hanya bisa tersenyum memandang wajah-wajah senior gue didepan dan ada yang lebih mengejutkan lagi, ada Nail dan Dirga di barisan mahasiswa yang ada didepan dokter Budi.
"Oh Cesta ya?" Suara dokter Budi membuat gue kembali tersadar. Lalu tersenyum lagi dan menutup pintu. Tatapan dari senior didepan gue ini membuat gue rasa nya dikuliti karena berani-beraninya masuk keruang dosen yang didalam nya ada senior.
"Apa kabar Cesta?" Tanya Dokter Budi lagi. "Kalian tunggu sebentar saya mau ngobrol sama Cesta." Ujar dokter Budi yang membuat beberapa mahasiswa didepan gue ini bergeser dan memberi gue jalan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirga
Random"Gue jahat dan brengsek saat mutusi Nail begitu liat lo, gue juga brengsek karena mengkhianati Dante. Tapi setelah sejauh ini. Gue nggak akan berhenti. Lo adalah tujuan gue, akhir dari cerita gue Cesta. Gak ada yang bisa menghentikan gue menuju tuj...