Twenty Three- Dirga

456 7 1
                                    

"Gue terlalu rendah gak?"

Gue menggeleng. "Engga lo ketinggian buat gue."

"Ketukan nya?"

Gue mengangguk. "Uda Pas kok.." "Uda pas untuk hati gue."

Dirga memetik kembali gitar nya mencari nada yang pas dengan suara gue dan suaranya. Sementara gue duduk disamping nya memperhatikan dan menjawab segala pertanyaan yang doi ajukan kepada gue.

"Lo lebih nyaman pakai nada yang pertama atau ini barusan?"

"Hm, Sama yang pertama kaya nya" Sama elo ding. Sambung gue dalam hati. Ah rasa nya gue ingin tertawa nyaris seharian bersama Dirga dan hanya menjawab sepata kata saja karena antara gugub dan otak gue yang ngebug.

"Yaudah kita pakai music yang awal aja ya, fix kan?"

Gue mengangguk.

Saat panitia menetapkan gue dan Dirga menjadi teman duet, gue meneruskan latihan gue dan Dirga setelah penampilan perdana gue dan Dirga beberapa jam lalu. Saat ini hanya tersisah beberapa mahasiswa di dalam ruangan ini karena kebanyakan dari mereka sudah pulang lebih awal karena penetapan grup-grup yang belum finish. Sementara gue, beradu dengan Dirga mencari nada yang aman gue dan Dirga kenakan tanpa sadar nyaris maghbrib.

Kali ini Dirga sudah mulai aktif, gue cukup kaget dengan perubahan sikaf nya kali ini karena Dirga sudah mengerti bagaimana menggunakan suara nya dengan baik dan dijalan yang benar. Padahal suara nya itu bagus, kenapa juga hanya diam dan senyum-senyum misterius, kan lebih baik disalurkan ke arah yang lebih baik lagi seperti ngobrol dengan gue.

"Yaudah sampai di sini dulu latihanya." Dirga menyimpan gitar nya. Setelah menyimpang gitar nya dan gue pun membereskan kertas-kertas yang berserakan.

Ting.

Cesta pelit gak bagi oleh oleh

Kevin : Uda pada punya buku Biomolekuler belom?

Kevin : Buku yang disuruh Dokter Ryan

Sofi : Uda, gue mungut buku sepupu gue.

Ailen : Pinjem boleh gak? Buku uda lama gue bingung mau nyari di mana

Pian : Gue uda ada juga nih. Minjem ke temen gue, minggu depan baru beli.

Pian : Pada pinjem aja dulu, kalo kagak ga boleh masuk kelas.

Salsa : Iya gue juga minjem. Buku lama, kata temen gue nyari di Pasar buku Kwintang

Rian : Iya cari di Kwintang, banyak banget.

Kevin : Gak keburu, gue masih ngebasket

Salsa : Basket aja otak lo!

Kevin : Otak gue isi nya elo!

"Pasar kwintang?" Gue berguman pelan, gue belum pernah ke pasar itu dan ini sudah terlalu sore gue gak mungkin ke sana sendirian. Tapi kalau tidak geu juga akan kena semprot dokter Ryan.

"Cesta.."

Gue mengalihkan pandangan dari ponsel ke arah senior yang memanejemen UKM musik ini. Nama nya Trisis.

"Ya?"

"Kamu ada nomor Dirga?"

Gue menggeleng. "Gak ada. Kenapa ya kak?"

"Ini buru salin nomor Dirga supaya kalian gampang kalau mau latihan ya." Setelah disodorkan nomor ponsel Dirga gue langsung menyalin nomor Dirga.

"Sis, gue balik dulu ya." Dirga yang tiba-tiba muncul bersamaan selesainya gue menyalin nomor ponsel nya cukup mengejutkan.

DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang