Twenty- Dirga

523 6 0
                                    


S

etelah salam, Dirga mengadakan tangannya. Berdoa kepada sang khaliq, memintah, merendahkan hati dan diri nya serendah-rendahnya didepan Sang pencipta.

Saat ada kajian di Fakutas Kedokteran Umum beberapa bulan yang lalu Dirga mendengar sang Ustadz berkata, jika kamu selalu menahan setiap amarah mu setiap emosi yang rasa nya akan meletup-letup ingatlah Allah, sehingga jika Allah merasa marah dengan mu, Allah juga akan menahan marah nya kepada mu.

Maka dari itu hari ini, Dirga memohon agar Tuhan sang Pencipta Alam dan isi nya mendengarkan keluh kesahnya, emosi nya yang rasa nya siap meledak kapan pun ia mau, dan lelah nya dalam fisik dan Psikis nya.

Setelah selesai berdoa Dirga terdiam beberapa saat sebelum mengistirahatkan tubuh sebentar. Menggriing mata nya untuk terpejam, menetral kan jiwa nya seperti yang dikatakan Dante beberapa saat yang lalu. Sembari memikirkan kesalahan apa yang di buat oleh keluarga nya di masa lalu hidup mereka sehingga di kehidupan saat ini keluarga nya hancur lebur tak terbaca.

Ini yang kedua kali nya.
Kedua kali nya kakak Perempuannya mencoba bunuh diri. Seorang aktivis bunuh diri mencoba bunuh diri? Rasa nya Dirga ingin hilang saja dari muka bumi.
Jika kedua orang tua nya saling berteriak karena malu anak mereka seorang mahasiswa hubungan Internasional yang akan wisuda S2 nya di California bulan depan mencoba melakukan bunuh diri. Berbeda dengan Dirga yang merasa jika kesehatan fisik dan psikis kakak nya lah yang lebih penting dari pandangan publik kepada kakak nya dan keluarganya.

Dirga bukan datang dari keluarga yang broken home atau kedua orang tua yang sibuk bekerja sehingga menelantarkan anak mereka sehingga mereka menjadi liar dan tak terarah. Ibu nya sudah memutuskan menjadi Ibu rumah tangga sejak Dirga lahir. Dan sejak saat itu mereka tidak kekuarangan kasih sayang. Tidak sama sekali, bagi Dirga.

Di bangku perkuliahan S1 nya kakak nya mulai agresip. Dengan kata melakukan segala hal yang mengambil resiko untuk naik ke permukaan menunjukan segala kemampuannya kepada orang tua nya yang menurut nya hanyak memandang satu anak, yaitu Dirga.

Menjadi duta Perdamaian, mengikuti pertukaran pelajar dan mencoba menjadi staf milenian di Kemenlu. Pokok nya segala kegiatan di KBRI diikuti.

Lalu setelah segala prestasi yang diraihnya dirasa belum cukup, kakaknya melanjutkan S2 di California tanpa bantuan sedikit pun dari orang tua mereka. Mendapat berbagai beasiswa, mengikuti segala kegiatan kenegaraan di California guna mendekatkan diri dengan KBRI. Tapi kepuasan tak kunjung didapatkan oleh Seza sang kakak. Hingga tiba di batas akhir kesabaran jiwanya, Seza rasa tidak perlu melakukan hal yang melelahkan utu membuat orang tua nya melihatnya. Mungkin dengan tidur selama-lamanya akan membuat orang tua nya menyesal telah menyingkirkan Seza.

Beruntungnya Keluarga Dirga yang
memang sudah dekat dengan Keluarga Dante hingga penyakit kejiwaan yang diderita kakak nya tidak sampai mencuat ke publik.

Lagi-lagi Dirga merasa miris dengan keluarga nya, disaat anak mereka sedang dalam ambang batas hidup dan mati masih sempat-sempatnya mereka memikirkan reputasi dan opini publik tentang keluarga mereka.

"Gaaa.."

"Dirga.."

"Bangun Ga, oi, Kak Seza uda sadar."
Dirga sayup-sayup mendengar suara yang membangunkannya. Dipikirnya hanya halusinasinya saja, hanya alam bawa sadarnya, tetapi bukan ternyata. Ada Dante disebelahnya sembari mengusap lengannya agar Dirga terbangun.

Dirga mengangkat tubuhnya untuk duduk, seketika pusing langsung mendera. Tidur sembari berfikir ternayata menyakitkan juga.

"Eh, apaan Nte?"

DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang